Zainudin Amali: Tidak Fair Jika Golkar Disebut Kritis
Menteri Perindustrian itu berhasil mensolidkan partai saat kondisinya sedang turun karena masalah kepengurusan.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Jawa Timur Zainudin Amali menilai tidak fair bila Golkar saat ini disebut dalam kondisi kritis atau terpuruk.
Justru sebaliknya Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto bisa mempertahankan posisi sebagai partai paling banyak kedua meraih kursi di parlemen.
"Saya kira enggak fair, Airlangga ini memimpin organisasi baru 1 tahun, ya kan, nah, dalam Kondisi partai yang dilanda konflik internal, sempat terpecah dengan dua kepemimpinan, kemudian berganti-ganti ketum, kemudian ada masalah-masalah yang dihadapi, turbulensi yang luar biasa yang dihadapi oleh Golkar, memperoleh kursi yang sekarang itu luar biasa, menurut kami ya," kata Amali di Kompleks Parlemen, senayan, Jakarta, Selasa, (18/6/2019).
Menurutnya, Airlangga bisa menjawab prediksi sejumlah lembaga yang memperkirakan Golkar hanya memperoleh 6-8 persen.
Golkar memperoleh 17.229.789 suara (12,31 persen) Pemilu legislatif 2019.
"Jadi saya kira, harus objektif, harus adil kita melihat apa yang sudah dilakukan oleh Pak Airlangga, kalau menurut saya,"katanya.
Baca: Kasus Suap Kader Golkar Bowo Sidik Pangarso, KPK Panggil 2 Anggota Komisi VI DPR
Menurut Amali, Airlangga telah bekerja keras selama Pemilu Legislatif 2019.
Menteri Perindustrian itu berhasil mensolidkan partai saat kondisinya sedang turun karena masalah kepengurusan.
"Tapi saya kira dengan effort yang dilakukan oleh pak Airlangga, kita juga harus fair menilai, bahwa beliau sudah bekerja, sudah melakukan hal yang tebaik untuk partai, dan di tengah penurunan yang begitu tajam, beliau masih bisa mempertahankan posisi Golkar pada posisi ranking kedua perolehan kursi," pungkasnya.
Sebelumnya sejumlah kader Golkar yang menyebut diri Barisan Pemuda Partai Golkar (BPPG) mendorong percepatan Munas Golkar pada Juli atau Agustus 2019.
Berdasakan jadwal yang telah ditetapkan, Munas Golkar baru digelar pada Desember 2019. Mereka beralasan Golkar kini berada dalam kondisi kritis.
Menurut mereka Golkar kehilangan 1,2 juta suara atau 6 kursi di parlemen.
Mereka juga mendorong Ketua DPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) sebagai calon ketua umum Golkar.