Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengapa Belum Ada Satu pun Partai yang Deklarasi Jadi Oposisi Setelah Pilpres?

Menurut Hariyadi, bergabung ke pemerintahan dan mendapat jatah kursi menteri lebih rasional bagi Gerindra.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Mengapa Belum Ada Satu pun Partai yang Deklarasi Jadi Oposisi Setelah Pilpres?
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Capres dan Cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto (tengah) dan Sandiaga Uno (kedua kanan) memberikan keterangan pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak gugatan terkait perolehan suara Pilpres 2019 di kediaman Prabowo Subianto di Jakarta, Kamis (27/6/2019) malam. Dalam keterangannya, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno menerima hasil keputusan Mahkamah Konstitusi terkait gugatan Pilpres 2019. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

"PKS selama lima tahun ini jadi kekuatan penyeimbang. Konstruktif artinya, yang bagus dari pemerintah kami dukung, tapi kalau ada yang salah, kami perbaiki," tuturnya.

Bagaimanapun, partai politik dianggap bakal menanggung persoalan finansial saat menjadi oposisi, terutama dalam perpolitikan yang masih bergantung pada kekuatan patron.

Menjadi oposisi dalam waktu kurun waktu berturut-turut bukan pilihan yang rasional, termasuk bagi Gerindra, kata Dosen ilmu politik Universitas Airlangga, Haryadi.

"Tidak ada satupun partai yang merasa nyaman berjauhan dengan kekuasaan. Yang ada adalah rasa sakit secara material," ujar Hariyadi.

"Itulah mengapa setelah hitung cepat pemilu, satu per satu partai koalisi Gerindra membangun komunikasi dengan pihak Jokowi, tuturnya.

Menurut Hariyadi, bergabung ke pemerintahan dan mendapat jatah kursi menteri lebih rasional bagi Gerindra.

Meskipun berpotensi ditinggalkan kelompok penyokong seperti Persaudaraan Alumni 212, Gerindra dianggap tidak bakal goyang karena massa itu bukan konstituen murni mereka.

Berita Rekomendasi

"Kalau Gerindra masuk kekuasaan, mereka akan lebih mudah menyiapkan diri dalam kontestasi 2024, dengan memanfaatkan instrumen kebijakan pemerintah."

"Walau akan ada pengaruh, suara kelompok seperti itu tidak signifikan karena mereka secara ideologis lebih dekat ke PKS," kata Hariyadi.

"Kalau akhirnya Gerindra menjadi oposisi, itu karena terpaksa. Itu bukan sesuatu yang diinginkan secara politik, termasuk oleh PKS. Partai masih oligarki, biaya politiknya sangat tinggi," ujarnya.

Sumber: BBC Indonesia
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas