Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Protes Ke Sandiaga, Politikus PDIP: Tidak Benar Bu Mega Tak Ucapkan Selamat Kepada Pak SBY

Sandiaga menyinggung mengenai Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri tidak menyampaikan selamat saat kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Protes Ke Sandiaga, Politikus PDIP: Tidak Benar Bu Mega Tak Ucapkan Selamat Kepada Pak SBY
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Capres dan Cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kiri) dan Sandiaga Uno (kanan) berjabat tangan usai memberikan keterangan pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak gugatan terkait perolehan suara Pilpres 2019 di kediaman Prabowo Subianto di Jakarta, Kamis (27/6/2019) malam. Dalam keterangannya, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno menerima hasil keputusan Mahkamah Konstitusi terkait gugatan Pilpres 2019. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Politikus PDI Perjuangan, Arteria Dahlan menanggapi pernyataan mantan Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno.

Sandiaga menyinggung mengenai Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri tidak menyampaikan selamat saat kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Pilpres 2004.

Anggota Komisi III DPR RI ini menegaskan Sandiaga keliru mengenai hal itu.

Anggota Tim Hukum Joko Widodo (Jokowi)-KH Maruf Amin itu meminta Sandiaga menelusuri jejak digital mengenai ucapan selamat dari Megawati kepada SBY saat pilpres 2004 lalu.

"Tidak benar Bu Mega tidak mengucapkan selamat kepada Pak SBY terkait kemenangan Pak SBY dalam kontestasi pilpres saat itu," tegas politikus PDI Perjuangan ini dalam keterangannya kepada Tribunnews.com, Selasa (2/7/2019).

"Boleh ditelusuri rekam jejak digitalnya. Bahkan saksinya masih ada yakni Pak Syarif Hasan (Ketua Harian Demokrat-red), dulu beliau Wasekjen Partai Demokrat," jelas Arteria Dahlan.

Untuk itu dia mengingatkan mengenai kebesaran jiwa seorang pemimpin untuk menyampaikan selamat kepada yang menang.

Anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan mengemukakan hal itu saat mengikuti rangkaian Kunjungan Kerja Komisi III DPR RI ke Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), Selasa (8/5/2018).
Anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan mengemukakan hal itu saat mengikuti rangkaian Kunjungan Kerja Komisi III DPR RI ke Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), Selasa (8/5/2018). (dok. DPR RI)
BERITA TERKAIT

Karena itu wajar apabila publik menanti kembali sikap ksatria, jiwa besar dan sportifitas.

Baca: Diprediksi Prabowo Akan Bertarung Kembali di Pilpres 2024, Juga Sandiaga dan Anies

"Jadi ndak perlu Mas Sandi sampai begitu reaktif, nyerempet sana sini, seperti "kebakaran jenggot", gagal paham dan menebar hoax. Ndak perlu beliau menggiring opini sesat dengan menganalogikannya dengan Ibu Mega," ucapnya.

Langkah Sandiaga tersebut menurut dia, malah blunder dan justru menghadirkan sentimen negatif dari publik di saat rakyat sedang haus akan kebijakan seorang pemimpin.

"Mas Sandi harus meralat bahkan mencabut pernyataan tersebut. Di samping materi muatan perngataannya tidak benar, juga menyerang kehormatan Ibu Mega," tegasnya.

Untuk itu pula dia meminta Sandiaga mengenali lebih dekat sosok Megawati.

"Bu Mega itu ibu yang memilih jalan kemanusian dalam berpolitik, petarung handal namun taat aturan kompetisi," jelasnya.

Sebelumnya Sandiaga menyinggung sikap Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri yang menurutnya tak pernah mengucapkan selamat kepada Susilo Bambang Yudhoyono pascapemilihan presiden 2004 dan 2009.

Hal ini disampaikan Sandiaga saat ditanya ihwal pernyataannya yang menyebut ucapan selamat dari pihak yang kalah kepada yang menang sebagai budaya barat.

"Kita enggak pernah melihat itu (ucapan selamat) dilakukan oleh Ibu Presiden Megawati waktu 2004, tidak melihat itu disampaikan oleh Bu Presiden Megawati ke Pak SBY 2009," kata Sandiaga di Mall Pelayanan Publik DKI Jakarta, Senin (1/7/2019).

Pernyataan Sandiaga ihwal ucapan selamat sebagai budaya barat awalnya terlontar Minggu (30/6/2019) lalu.

Saat itu, Sandiaga menilai, mengucapkan selamat kepada pemenang kontestasi demokrasi adalah budaya Barat.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas