Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Satgas Polri Gagal Temukan Peneror Novel Baswedan, Wadah Pegawai KPK Minta Jokowi Turun Tangan

Kasus penyerangan terhadap Novel sendiri terjadi pada Selasa, 11 April 2017, sekitar pukul 05.10 WIB saat dia pulang dari salat subuh di mesjid

Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Satgas Polri Gagal Temukan Peneror Novel Baswedan, Wadah Pegawai KPK Minta Jokowi Turun Tangan
Tribunnews/MUHAMMAD FADHLULLAH
Penyidik KPK Novel Baswedan sedang diskusi di Lobi Gedung KPK, Jakarta, Kamis (11/04/2019). Acara tersebut memperingati 2 tahun atas penyerangan Penyidik KPK Novel Baswedan hingga sekarang kasusnya belum terungkap. TRIBUNNEWS/MUHAMMAD FADHLULLAH 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Wadah Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (WP KPK) Yudi Purnomo ingin hasil investigasi tim satuan tugas (satgas) bentukan Kapolri Jenderal Tito Karnavian bisa mengungkap pelaku terkait kasus penyiraman air keras yang menimpa Novel Baswedan.

Diketahui, hasil investigasi yang dilakukan tim gabungan pencari fakta (TGPF) selama enam bulan akan dibeberkan pada pekan depan.

"Kami minta hasilnya bisa pelakunya ketemu. Dan segera ditangkap dan diadili. Bukan hanya pelaku lapangannya tapi juga pelaku sesungguhnya siapa yang menyuruh mereka," ujar Yudi di Gedung Merah Putih KPK Setiabudi, Jakarta Selatan, Rabu (10/7/2019).

Yudi juga mengharapkan hasil investigasi itu dapat memuaskan harapan masyarakat terutama para pegawai di KPK. "Kalau itu harapan ideal kami ya."

Menurut Yudi, seandainya hasil dari penyelidikan kasus Novel tak memberikan harapan, Yudi pun meminta agar Presiden Joko 'Jokowi' Widodo untuk turun tangan membentuk TGPF independen. 

Ketua Wadah Pegawai KPK, Yudi Purnomo
Ketua Wadah Pegawai KPK, Yudi Purnomo (Tribunnews.com/ Ilham Rian Pratama)

"Jika ternyata tim (TGPF bentukan Polri) ini tidak dapat menemukan pelakunya, ya kami meminta presiden Jokowi mengambil alih, tanggung jawab ini seperti yang sudah kita minta dari awal Novel disiram (air keras)," ujar Yudi.

BERITA REKOMENDASI

Sebelumnya, anggota tim satgas bentukan Polri, Hendardi, menyampaikan adanya dugaan motif politik di balik teror air keras terhadap Novel Baswedan.

Tokoh Intelektual Cak Nun dan Presenter Najwa Shihab bersama Penyidik KPK Novel Baswedan (kanan) sedang diskusi di Lobi Gedung KPK, Jakarta, Kamis (11/04/2019). Acara tersebut memperingati 2 tahun atas penyerangan Penyidik KPK Novel Baswedan hingga sekarang kasusnya belum terungkap. TRIBUNNEWS/MUHAMMAD FADHLULLAH
Tokoh Intelektual Cak Nun dan Presenter Najwa Shihab bersama Penyidik KPK Novel Baswedan (kanan) sedang diskusi di Lobi Gedung KPK, Jakarta, Kamis (11/04/2019). Acara tersebut memperingati 2 tahun atas penyerangan Penyidik KPK Novel Baswedan hingga sekarang kasusnya belum terungkap. TRIBUNNEWS/MUHAMMAD FADHLULLAH (Tribunnews/MUHAMMAD FADHLULLAH)

"Bagaimana hasilnya itu nanti minggu depan akan kami sampaikan, tapi yang kedua juga kami mencari tentu saja ini bukan perkara biasa, jadi pasti bukan perkara pembunuhan biasa di pinggir jalan atau apa. Tapi ini perkara yang melibatkan, saya kira orang yang juga bisa kita kategorikan sebagai ada latar belakang politik," kata Hendardi di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Selasa (9/7/2019).

Kasus penyerangan terhadap Novel sendiri terjadi pada Selasa, 11 April 2017, sekitar pukul 05.10 WIB saat dia pulang dari salat subuh di mesjid sekitar rumah. Di tengah jalan dua orang laki-laki yang berboncengan sepeda motor menyiramkan air keras ke arah wajah Novel.

Air keras itu belakangan, seperti keterangan Tito pada saat setahun kasus ini, adalah jenis H2SO4. Karena air keras dan bahan kimia, mata sebelah kiri Novel rusak dan buta.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas