Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Masih Terkait Pertemuan Jokowi-Prabowo:Peran Intelijen, Soal Khianat & Bukan Rekonsiliasi

Berita terkini masih terkait pertemuan Jokowi-Prabowo: mulai peran intelijen, sola khianat, bukan rekonsiliasi

Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Daryono
zoom-in Masih Terkait Pertemuan Jokowi-Prabowo:Peran Intelijen, Soal Khianat & Bukan Rekonsiliasi
ISTIMEWA
Presiden Jokowi 

Berita terkini masih terkait pertemuan Jokowi-Prabowo: mulai peran intelijen, sola khianat, bukan rekonsiliasi

TRIBUNNEWS.COM - Pertemuan Jokowi dan Prabowo masih hangat diperbincangkan hingga saat ini.

Sejumlah tokoh nasional hingga pengamat pun menyampaikan tanggapan terkait pertemuan Jokowi-Prabowo yang dilakukan di Stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu (13/7/2019) lalu.

Mulai dari peran intelijen, tanggapan Wapres Jusuf Kalla, kemudian soal berkhianat hingga bukan rekonsiliasi.

Seluruhnya dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber berikut ini: 

Baca: Kabar Terkini Kasus Baiq Nuril Kirim Surat ke Jokowi: Menangis, Sebut Teror, Jujur Pilih 01

Baca: Berbagai Tanggapan untuk Pidato Jokowi Visi Indonesia, TKN Sebut Lugas, Fahri Hamzah: Butuh Jubir

1. Peran intelijen

Dikutip dari TribunJakarta.com, politisi Partai Gerindra, Miftah Sabri memberikan tanggapan mengenai pertemuan Jokowi dan Prabowo pada Sabtu lalu (13/7/2019).

Pertemuan itu berlangsung di Stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu (13/7/2019).

Berita Rekomendasi

Ratusan warga calon pengguna MRT pun geger saat melihat dua tokoh nasional tersebut bertemu.

Keduanya kemudian naik MRT menuju ke kawasan Senayan.

Sesampainya di kawasan Senayan, Jokowi dan Prabowo meuju ke FX, kemudian menuju ke restoran Sate Khas Senayan.

Keduanya tampak menyantap makanan di satu meja yang sama.

Pertemuan Jokowi dan Prabowo yang berujung makan bersama di Sate Khas Senayan itu pun akhirnya menjadi perhatian publik.


Politisi Partai Gerindra Miftah Sabri pun angkat bicara.

Miftah Sabri
Miftah Sabri (Reza Deni/Tribunnews.com)

Di awal perbincangan, Miftah Sabri menuturkan, pertemuan Jokowi - Prabowo kemarin bukan merupakan sebuah kesepakatan politik tertentu.

Menurutnya, Jokowi - Prabowo bertemu itu hanya merupakan pertemuan informal.

"Saya tegaskan kembali di pertemuan tersebut tak ada jika dan maka," ucap Miftah Sabri.

Miftah Sabri menegaskan, pertemuan Jokowi - Prabowo merupakan sebuah sikap untuk mendinginkan suasana masyarakat yang kerap memanas pasca pilpres 2019.

"Tujuannya murni untuk cooling down. Pak Prabowo akan senantiasaber bersama pendukung dan ulamanya," aku Miftah Sabri.

Miftah Sabri mengungkapkan, tak ada kesepakatan tertentu antara Jokowi - Prabowo saat itu.

"Dari pertemuan mereka dari awal sampai pesawat dan terbang lagi, kamera wartawan terus melekat sehingga pertemuan tersebut merupakan sebuah hal yang informasl," imbuh Miftah Sabri.

Gerindra menyatakan, pertemuan Jokowi dan Prabowo itu memberikan pesan rival kompetensimu bisa saja teman dekatmu saat ini.

Tak hanya itu, Gerindra juga menegaskan, pertemuan itu mengartikan pihak yang oposisi kini telah berteman.

Baca: Razia Bonek yang akan ke Jogja, Kepolisian Pati Temukan Miras dan Rantai

Sementara itu, Miftah Sabri menilai intelijen Jokowi saat pertemuan tersebut berfungsi.

Intelijen Jokowi berjalan tepat karena Sate Khas Senayan merupakan kesukaan Prabowo Subianto sejak dahulu kala.

"Menarik juga di akhiri dengan makan di Sate Khas Senayan. Pak Jokowi intelijennya jalan juga karena sejak Prabowo Subianto perwira muda suka makan disana," ucap Miftah Sabri saat menjadi narasumber di acara Apa Kabar Indonesia Malam Tv One dilansir TribunJakarta.com pada Senin (15/7).

Miftah Sabri mengartikan, jika Jokowi ingin berdamai melalui pertemuan tersebut maka Presiden RI terpilih itu harus berdamai pula dengan rakyat Indonesia.

"Dengan kebijakan pro rakyat dan tak ada kriminalisasi ulama," cetus Miftah Sabri.

2. Bukan rekonsiliasi

Masih dari TribunJakarta.com, analis Marketing dan Komunikasi Politik Nyarwi Ahmad mengungkapkan analisisnya mengenai pertemuan Jokowi - Prabowo.

Analis Komunikasi Politik itu menilai, pertemuan Jokowi - Prabowo yang dilakukan pada Sabtu lalu (13/7) bukanlah sebuah rekonsiliasi.

Nyarwi Ahmad menilai, pertemuan Jokowi - Prabowo yang terjadi di MRT Jakarta itu merupakan reposisi.

"Rekonsiliasi sebenarnya bukan kata yang tepat tapi mungkin karena kata rekonsiliasi sering dipakai maka oke lah kita menggunakan istilah rekonsiliasi kebangsaan yang berarti kebangsaan menjadi poin disana," ucap Nyarwi Ahmad dilansir TribunJakarta.com dari program acara Apa Kabar Indonesia Malam pada Senin (15/7).

Dengan adanya pertemuan tersebut, lanjut Nyarwi Ahmad, terdapat pertanyaan mengenai seberapa besar konsekuensi tersebut terhadap pendukung Jokowi - Prabowo.

"Ini memang langkah politik dari politisi yang tak pernah tegak lurus sebenarnya dari pendukung karena dunia politik itu dinamis dan tarik menarik.

Maka wajar Pak Prabowo di sini dalam konteks kenegarawaan dan sebagai capres sebelumnya membawa aspirasi dari pendukungnya," ungkap Nyarwi Ahmad.

Nyarwi Ahmad menegaskan, jika melihat gaya Prabowo saat bertemu dengan Jokowi itu disebut sebagai populis style.

"Saya ingin menyampaikan konsekuensinya dari populis style yaitu kalimat yang pilihan katanya atraktif karena itu menampung aspirasi dari pendukungnya," beber Nyarwi Ahmad.

Baca: Jokowi dan Prabowo Telah Berdamai tapi Berita Hoaks Masih Beredar, Siapa yang Bermain?

Nyarwi Ahmad menyatakan, terdapat konsekuensi tidak kepuasan pendukungnya ketika Prabowo melakukan pilihan politik yang dianggap tak sesuai aspirasi pendukungnya.

"Ini problem yang terjadi saat pemimpin politik dihadapkan pasar politik," ungkap Nyarwi Ahmad.

Nyarwi Ahmad mengatakan, sehebat apapun pemimpin belum tentu bisa memenuhi seluruh aspirasi pendukungnya.

"Apapun pilihannya, saya lihat pilihan-pilihan yang sifatnya statementship, kita perlu apresiasi hal tersebut. Kita kan ingin merajut dari berbagai multi bangsa tapi founding father kita bilang satu bangsa itu konsekuensi politik. Itu narasi yang harus dibangun oleh elite dan mereka harus memilih dari berbagai hal tersebut," cetus Nyarwi Ahmad.

Sebelumnya, Jokowi dan Prabowo bertemu untuk rekonsiliasi pasca Pilpres 2019 akhirnya terwujud.

Menurut pantauan Wartakotalive.com dan informasi yang diperoleh mereka akan ketemu di Stasiun MRT Lebak Bulus. Dan berakhir di Stasiun MRT Senayan.

Rencananya Jokowi dan Prabowo akan mengadakan pertemuan tertutup di salah satu mal di Senayan.

Peristiwa bersejarah ini diharapkan bisa membuat teduh situasi politik yang sempat memanas.

Direktur Komunikasi Politik TKN Jokowi-Ma'ruf Amin, Usman Kansong membenarkan adanya rencana pertemuan antara kedua tokoh tersebut.

"‎Benar beredar kabar soal kemungkinan pertemuan Jokowi dengan Prabowo. Cuma dimana dan pukul berapa belum ada pakar. Pak Jokowi sendiri pukul 10.00 ada jadwal mengunjungi stasiun MRT Lebak Bulus. Apakah bila ada pertemuan, pertemuan itu berlangsung di Lebak Bulus atau di MRT atau di tempat lain, belum ada kabar pasti juga," papar Usman Kansong saat dikonfirmasi awak media melalui pesan singkat.

Baca: Presiden Trump Saja Bisa Berdamai dengan Kim Jong Un, Masak Jokowi-Prabowo Gak Bisa

Kabar soal pertemuan keduanya sempat menyeruak setelah pemungutan suara digelar pada 17 April 2019 lalu.

Hingga keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) atas sengketa Pilpres 2019 keluar, keduanya belum kunjung bertemu.

Kedua belah pihak dari Jokowi yang diwakili TKN dan Prabowo diwakili Gerindra mengaku telah menjalin komunikasi antar kedua pihak.‎ 

Sejak pagi hari tadi Sekretaris Kabinet Pramono Anung melalui twitternya sudah mencuitkan tanda-tanda pertemuan untuk membuat bangsa semakin kuat, maju, adil dan makmur.

"Semoga hari ini menjadi hari yang dikenang buat proses demokrasi yang semakin dewasa.. Mudah2an pertemuan yang terjadi membuat bangsa ini semakin kuat, maju, adil dan makmur #pertemuan#indonesia#AlFatihan,"

Kicauan ini mengakhiri kicauan sebelumnya:

"Ada waktunya berkompetisi, ada waktunya bersama-sama membangun bangsa, mari melangkah ke depan #PersatuanIndonesia #Garuda #Indonesiaku"

Sebelumnya, Jokowi selalu enggan berkomentar banyak soal rencana pertemuan.

Namun, dia sempat menyinggung kemungkinan bertemu Prabowo ketika berada di Bali.

Jokowi mengatakan, rekonsiliasi politik dengan Prabowo Subianto rival politiknya dalam Pilpres 2019 bisa dilakukan di mana saja.

“Ya di mana pun bisa, bisa dengan naik kuda, bisa. Bisa di Jogja bisa, bisa naik MRT bisa. Kita ini ya,” katanya saat dikonfirmasi wartawan saat meninjau proyek revitalisasi Pasar Sukawati di Gianyar, Bali, Jumat.

3. Kata Jusuf Kalla

 Menyampaikan pidatonya dalam kegiatan 'Pembekalan kepada Calon Perwira Remaja (CAPAJA) TNI-POLRI Tahun 2019', Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) membahas mengenai pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.

Kedua tokoh bangsa itu memang sebelumnya bersaing sebagai Capres dalam Pilpres 2019.

Pertemuan yang terjadi di Stasiun MRT Senayan, Jakarta Selatan, pada Sabtu (13/7/2019) lalu tersebut pun sangat diapresiasi JK, karena ia menilai bahwa keduanya telah menunjukkan sikap sebagai negarawan.

Jokowi dan Prabowo, kata JK, telah memperlihatkan upaya dalam menurunkan tensi politik negara ini.

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) memberikan 'Pembekalan kepada Calon Perwira Remaja (CAPAJA) TNI-POLRI Tahun 2019', di Gelanggang Olah Raga (GOR) Ahmad Yani, Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (15/7/2019).
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) memberikan 'Pembekalan kepada Calon Perwira Remaja (CAPAJA) TNI-POLRI Tahun 2019', di Gelanggang Olah Raga (GOR) Ahmad Yani, Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (15/7/2019). (Biro Setwapres)

Baca: Hari Ini Amien Rais Akan Sampaikan Pernyataan Resmi Sikapi Pertemuan Prabowo-Jokowi

Baca: Tempat Makan Jokowi dan Prabowo di FX Sudirman Jadi Objek Foto Pengunjung Mall

Setelah sebelumnya masyarakat Indonesia terpolarisasi pasca Pilpres 2019 hingga akhirnya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) dibacakan.

"Pada Sabtu lalu, bertemunya pak Presiden dengan Pak Prabowo juga mendamaikan politik kehidupan bangsa ini," ujar JK, dalam kegiatan yang digelar di Gelanggang Olah Raga (GOR) Ahmad Yani, Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (15/7/2019) itu.

Oleh karena itu, kebesaran hati Jokowi dan Prabowo patut untuk diberikan penghargaan.

Menurut JK, kedua tokoh bangsa tersebut telah bijaksana dalam menentukan sikap mereka demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Kita harus menghargai kedua tokoh itu, atas kebesaran hati untuk bersatu demi persatuan bangsa ini," kata JK.

4. Soal berkhianat

Dikutip dari WartaKotaLive.com, Wasekjen Partai Gerindra Andre Rosiade angkat bicara soal tuduhan negatif yang menimpa Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto usai bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Andre membantah jika pertemuan Prabowo Subianto dengan Jokowi dilatar belakangi iming-iming kursi kabinet.

“Miris membaca tuduhan kepada pak @prabowo yang disebutkan tergiur kursi Kabinet karena mau Silahturahim dengan pak @jokowi. Saya ingin tegaskan kami @Gerindra adalah partai yang tidak gampang tergoda kursi kabinet dan jabatan lainnya,” tulis @andre_rosiade dalam akun twitternya Minggu (14/7/2019).

Dikonfirmasi Tribunnews.com, Andre membenarkan statement-nya tersebut.

Capture status Andre Rosiade di twitter.
Capture status Andre Rosiade di twitter.

Pria yang menjabat sebagai Kepala Departemen Penggalangan Jaringan Mahasiswa itu menjabarkan konsistensi Gerindra sebagai oposisi sejak tahun 2004.

Dari 2009 sampai 2014, menurut Andre mereka ditawarkan kursi kabinet Presiden SBY waktu itu namun tidak diambil.

Bahkan kata Andre di tahun 2014, Presiden Jokowi pernah menawari kursi menteri kepada Gerindra.

“2014 sd 2019 kami juga ditawarkan pak @jokowi kursi Kabinet juga tidak kami ambil. 2018 pun kami ditawarkan kursi Wapres untuk 2019 pun tidak kami ambil,” ujar Andre.

“Lalu sekarang dengan gampang kami @Gerindra dan pak @prabowo di tuduh berkhianat krn iming2 jabatan??? Kami 10 tahun beroposisi. Kami sejak berdiri sp sekarang selalu berada di luar pemerintahan. Dan ini membuktikan kami konsisten dan tidak gampang tergoda,” imbuhnya.

Andre memastikan keputusan Prabowo untuk bertemu Jokowi ialah semata-mata demi Indonesia guyub.

Juga demi membebaskan ratusan pendukung yang masih di tahan.

“Demi menyesaikan masalah yg masih mendera Ulama dan tokoh2 pendukung 02. Bukan karena iming-iming jabatan,” imbuhnya.

Oleh karenannya Andre menjamin Prabowo tidak akan pernah menghianati pendukungnya.

“Silahkan di cek kepada teman-teman pendukung, Tokoh, dan Ulama yang sudah bebas mengenai komitmen pak @prabowo yg akan selalu bersama pendukungnya,” tandas Andre.

Anggota Badan Komunikasi Gerindra Andre Rosiade
Anggota Badan Komunikasi Gerindra Andre Rosiade (Chaerul Umam/Tribunnews.com)

Pertemuan dikritik

Diberitakan Wartakotalive.com sebelumnya Pertemuan Presiden Jokowi dan Prabowo pasca Pilpres 2019 akhirnya terwujud.

Pertemuan dua mantan calon presiden itu digelar di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu (13/7/2019) pagi.

Namun dalam pertemuan tersebut beberapa pihak pun mengkritisi langkah mantan Capres 2019 itu.

Misalnya kritikan itu datang dari Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais tak tahu peristiwa pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, pada Sabtu (13/7/2019) pagi.

Baca: Fadli Zon Jelaskan Maksud Pertemuan Prabowo dengan Jokowi

Amien pertanyakan sikap Prabowo yang tidak meminta izin kepada dirinya terlebih dahulu sebelum bertemu Presiden Jokowi.

"Sama sekali saya belum tahu. Makanya itu, mengapa kok tiba-tiba nyelonong?" kata Amien di kediamannya, Yogyakarta, Sabtu.

Sejumlah kalangan bereaksi terhadap kontroversi yang terjadi dalam pertemuan di antara Prabowo Subianto dan Presiden joko Widodo (Jokowi).

Kalangan publik bereaksi memberikan dukungan meski ada sebagian kalangan yang mengecam terjadinya pertemuan tersebut.

Tidak kurang, akun Twitter Parta Gerindra memberikan keterangan untuk menangkis berbagai ungkapan kekecewaan pendukung Prabowo Subianto yang mencuat.

Gerindra berupaya menangkis setiap tuduhan netizen yang ditumpahkan bertubi-tubi di akun tersebut.

Sebagian di antaranya terjawab.

Sebetulnya, kubu Joko Widodo sejak awal sudah menawarkan posisi Calon Wakil Presiden (Cawapres) untuk Prabowo Subianto.

Saat itu, ada wacana capres tetap joko Widodo dan cawapres dipilih oleh masing-masing parpol, sehingga saat Pilpres 2019, Joko Widodo berpasangan dengan berbagai pilihan cawapres.

Setelah itu, publik yang memilih, tapi tawaran itu ditolak.

Berikut keterangan yang disampaikan di akun Gerindra:

Selamat siang Bung Andi.

Pak @prabowo diundang untuk mencoba MRT oleh jokowi.

Sebagai warga negara yang baik Pak @prabowo ketika mendapat undangan dari kepala negara sebisa mungkin tentu akan hadir, apalagi jika menyangkut kepentingan rakyat, bangsa, dan negara.

1. Mungkin banyak sahabat yang tidak setuju dengan pemberitaan hari ini, namun di sini admin menegaskan bahwa Pak @prabowo tidak akan pernah tawar-menawar terhadap cita-cita dan nilai yang beliau pegang yaitu Indonesia yg merdeka, berdaulat, adil, dan makmur.

2. Pak @prabowo akan selalu berjuang untuk Indonesia yang berdiri di atas kaki kita sendiri.

Rakyat Indonesia yang menikmati kekayaan alamnya. Indonesia yang utuh, Bhinneka Tunggal Ika yang berdasarkan UUD 45. Untuk itu, tidak akan pernah beliau tawar menawar.

3. Kadang-kadang dalam perjuangan, kita harus melakukan langkah-langkah yang mungkin tidak cocok dengan perasaan kita sendiri ataupun dengan rekan-rekan seperjuangan.

4. Namun, keadaan memaksa kita untuk melakukan itu, kami berharap kepercayaan daripada semua elemen yang memiliki cita-cita yang sama.

Pak @prabowo dan Partai @Gerindra akan setia berjuang membela kepentingan rakyat Indonesia.

Ucapan selamat

Sementara itu, diungkap Kompas.com, Calon presiden, Prabowo Subianto mengucapkan selamat kepada Joko Widodo yang ditetapkan sebagai calon presiden terpilih pada Pemilihan Presiden 2019.

Ucapan selamat ini ia sampaikan saat bertemu dengan Jokowi di Stasiun MRT Senayan, Jakarta, Sabtu (13/7/2019).

"Ada yang bertanya kenapa Pak Prabowo belum ucapkan selamat atas Pak Jokowi ditetapkan sebagai presiden, saya katakan saya ini walau bagaimana pun ada euh pakeuh, tata krama," kata Prabowo.

"Jadi, kalau ucapkan selamat, maunya tatap muka, jadi saya ucapkan selamat," ujar Prabowo lagi.

Kata-kata Prabowo ini disambut teriakan warga yang hadir dalam pertemuan itu.

"We love you..." demikian teriakan warga kepada Prabowo.

Baca: Besok Presiden Jokowi Beri Kuliah Umum di Sekolah Legislatif Partai Nasdem

Sementara itu, Jokowi sebelumnya mengatakan bahwa pertemuan ini merupakan pertemuan sahabat.

Menurut Prabowo Subianto, mereka memang berteman.

Hanya saja, saat ikut kontestasi Pilpres 2019, keduanya mengambil posisi berseberangan yang saling bersaing dan mengkritik.

"Jadi kalau kadang-kadang bersaing, mengkritik, itu tuntutan politik, tuntutan demokrasi, tetapi setelah bertarung keras, kita tetap dalam kerangka keluarga besar Republik Indonesia," ucap Prabowo.

(Tribunnews.com/Chrysnha, Fitri Wulandari/TribunJakarta.com/WartaKotaLive.com)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas