Pertemuan Jokowi-Prabowo Mengudang Berbagai Komentar Mulai Guru Mengaji, PA 212 Hingga Amien Rais
Inilah deretan pernyataan pendukung Prabowo soal pertemuan Jokowi-Prabowo, Guru Mengaji, PA 212, Dahnil Anzar, dan Amien Rais
Editor: Sugiyarto
Inilah deretan pernyataan pendukung Prabowo soal pertemuan Jokowi-Prabowo, Guru Mengaji, PA 212, Dahnil Anzar, dan Amien Rais
TRIBUNNEWS.COM - Kontestan Pilpres 2019, Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto telah bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu (13/7/2019) kemarin.
Pertemuan capres Pilpres 2019 itu mendapat tanggapan berbagai kalangan, tokoh nasional, hingga organisasi masyarakat (ormas).
Seperti halnya tanggapan para pendukung Prabowo Subianto atas pertemuan Jokowi dan Prabowo yang berlanjut dengan menyantap sate sebagai hidangan makan siang.
Inilah deretan pernyataan pendukung Prabowo dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber.
Baca: Basis Tulis Megalomania setelah Pertengkaran di Panggung, Rian DMasiv Unggah Ini di Instagram
Baca: Setelah Insiden Pertengkaran di Atas Panggung, Rai Unfollow Rian DMasiv?
1. Dahnil Anzar
Eks Koordinator Juru Bicara Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak menilai, pertemuan antara Jokowi-Prabowo pasca-Pilpres 2019 merupakan hal yang lumrah.
"Lumrah yang saya maksud adalah tentu dalam kaitannya memulai langkah pertama untuk saling bertukar ide, bertukar gagasan."
"Baik itu dalam bentuk kritikan nanti apakah Pak Prabowo memutuskan menjadi oposisi atau lainnya," kata Dahnil dalam video yang diunggah dalam akun Youtubenya DAS Official, Sabtu malam, (13/7/2019).
Sehingga menurut Dahnil, komunikasi awal sangat dibutuhkan untuk memulai langkah selanjutnya itu.
Politik, menurutnya jangan selalu dimaknai sebagai permusuhan, dendam, dan sebagainya.
"Pak Prabowo melakukan itu (pertemuan), kalau kemudian teman-teman merasa kecewa, marah, saya yakin beliau paham itu dan mahfum dengan sikap sahabat sekalian," katanya.
Dahnil menjelaskan, politik merupakan seni merangkai gagasan, menyampaikan ide untuk menjual dalam tanda kutip,ide dan gagasan untuk kemajuan bangsa dan negara.
Ide dan gagasan tersebut bisa disalurkan melalui eksekutif maupun legislatif.
Oleh karena itu, ketika gagasan yang dimiliki kalah dukungan dari gagasan rival politiknya, maka bisa disalurkan melalui ekesekutif dengan berkoalisi atau legislatif sebagai oposisi.