Derasnya Budaya Asing Masuk Bisa Diredam Melalui Persatuan dalam Budaya Nusantara
Kerajaan di Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua sekarang masih ada berjumlah 50 an kerajaan dan Jokowi sangat memperhatikan
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN) menilai Presiden Joko Widodo mampu melindungi kebudayaan dan adat di Indonesia.
Ini dibuktikan dengan diayominya raja-raja dan keraton di seluruh Indonesia.
"Presiden memberi secercah harapan bagi kami di FSKN, karena Jokowi menjaga marwah kerajaan dan kesultanan Indonesia karena sumber dan akar budaya Indonesia yang sesungguhnya," kata Sekertaris FSKN Dra Hj Yani WSS Widodo di Jakarta, Rabu (17/7/2019).
Wanita yang akrab dipanggil bunda Yani menegaskan, budaya Indonesia wajib dijaga sebab ketika budaya asing masuk ke Indonesia dengan derasnya hanya bisa diredam melalui persatuan di dalam budaya.
"Kita memerlukan ketahanan nasional dan itu ada didalam budaya yang telah menyatu didalam UUD 1945, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika," ujarnya.
Ia menyebut, kerajaan di Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua sekarang masih ada berjumlah 50 an kerajaan dan Jokowi sangat memperhatikan.
Sejumlah kerajaan sedang direvitalisasi, misalnya kesultanan Banten.
"Alasannya pemerintah ingin menjadikan kerajaan dan keraton Indonesia sebagai destinasi pariwisata," kata Pengageng Kesultanan Sumenep ini.
Bunda Yani secara pribadi merasakan mendapat seorang pemimpin yang memiliki jiwa yang melestarikan budaya bangsanya.
"Sebab itu saya rela menjadi relawan di Bravo Lima mendukung Jokowi, saya keliling ke kerajaan-kerajaan dan mencoba menerangkan kepada masyarakat penerus kerajaan agar bisa menjadi benteng daya tahan untuk nasional, akibat dari gempuran globalisasi, kita itu harus bisa mengkombinasikannya antara kesenian dengan budaya adat tradisi yang kita punya, melalui pemimpin yang pemerhati budaya," sebutnya.
Unesco saat ini telah bekerjasama dengan FSKN melalui Kemenko Maritim ingin selalu bekerjasama didalam segala hal, terutama dalam meliterasi.
"FSKN ada MOU dengan Unesco melalui Komenko Maritim,selalu ingin bekerjasama dalam setiap even, untuk bagaimana budaya kerajaan dan keraton, bukan hanya tarian dan musik tapi bagaimana meliterasi semua sejarah ini, karena penting bagi generasi penerus kita, contohnya di Sumenep yang terkenal adalah jamu-jamuan dan obat-obatan herbal masih tertulis dalam tulisan arab gundul, nah Unesco maunya semuanya dalam literasi," ungkap Yani.
Sebagai informasi, Presiden Jokowi juga telah menyetujui adanya dana abadi kebudayaan yang ditujukan sebagai salah satu bentuk pendanaan pemajuan kebudayaan sebagai pendamping APBN dan APBD yang langsung dapat diakses oleh pemangku kepentingan dan penerima sebagai pelaksanaan dari amanat UU no 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan.