Pasca Pertemuan Jokowi-Prabowo Harusnya Tak Ada Hoaks Provokatif
masih menemukan berita bohong atau hoaks di dunia maya setelah pertemuan antara Presiden Joko Widodo dengan Prabowo Subianto
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Instansi Polri masih menemukan berita bohong atau hoaks di dunia maya setelah pertemuan antara Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, pada Sabtu (13/7/2019).
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo, mengungkapkan hoaks itu bernada provokatif.
Adapun, narasi yang disebarkan berisi intoleransi dan polarisasi atau memecah belah.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Perkumpulan Gerakan Kebangsaan, Muhlis Ali, menilai seharusnya setelah pertemuan itu tidak perlu lagi ada yang memprovokasi kedua tokoh itu.
Sebab, kata dia, rakyat sudah mulai merasa tenang dan nyaman pasca pertemuan Jokowi-Prabowo itu. Menurut dia, jika provokasi terus digalakkan maka hal itu akan sangat merugikan.
"Saya meminta hentikan itu provokasi. Jangan lagi ada demo-demo karena masyarakat kita sudah mulai nyaman dan tenang," ujar Muhlis di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (18/7/2019).
Dia menjelaskan, perbedaan pandangan dan pilihan politik masyarakat selama tahapan Pilpres 2019, merupakan sesuatu yang wajar di negara demokrasi.
Namun, kata dia, apabila terdapat provokasi, maka akan berdampak luas.
Tidak hanya soal politik, menurut dia, pembangunan ekonomi Indonesia yang sedang digalakkan pemerintah juga dipastikan akan terganggu.
"Tugas kita sekarang bagaimana menyatukan kembali masyarakat setelah pak Jokowi dan pak Prabowo bertemu. Pertemuan pak Jokowi dan pak Prabowo itu untuk kepentingan bangsa," kata dia.
Dia menambahkan, situasi nasional akan menentukan masa depan Indonesia. Dia meyakini keberadaan TNI dan Polri akan memberikan jaminan keamanan.
"Kalau sudah ada jaminan keamanan saya yakin banyak investor datang," tambahnya.
Sebelumnya, Polri mendeteksi masih beredar berita bohong atau hoaks di dunia maya setelah pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, pada Sabtu (13/7).
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan bahwa hoaks tersebut bernada provokatif.
"Masih ada beberapa ya, di Twitter masih ada tagar-tagar yang menyuarakan hal-hal tidak setuju dengan kegiatan mendinginkan situasi nasional itu."
"Lalu di Youtube juga ada. Kemudian di Facebook, kita juga masih menemukan foto-foto, video provokasi," ujar Dedi saat ditemui di Gedung Pakarti Centre, Jakarta Pusat, Senin (15/7).
Dedi mengatakan bahwa narasi yang disebarkan berisi intoleransi dan polarisasi atau memecah belah. Polri belum memiliki data pasti terkait jumlah hoaks tersebut.
Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri sedang mendalami konten terkait dugaan perbuatan melanggar hukum.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.