Warga Paniis Pandeglang Mengungsi ke Saung Setelah terjadi Gempa 7,4 SR
Sejumlah warga di Kampung Paniis, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Pandeglang, Banten memilih mengungsi ke dataran tinggi usai gempa 7,4 SR
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah warga di Kampung Paniis, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Pandeglang, Banten memilih mengungsi ke dataran tinggi usai gempa 7,4 SR mengguncang wilayah tersebut, Jumat (2/8/2019) malam.
Seorang warga Kampung Paniis, Raniah mengatakan, sejumlah warga memilih mengungsi ke dataran tinggi usai gempa mengguncang wilayah kampungnya.
Ia dan ratusan warga mengungsi ke sebuah saung di tepi sawah yang berjarak 300 meter dari kediamannya.
Sebab, kampung Paniis berjarak kurang lebih 100 meter dari bibir pantai.
Baca: Informasi Kebijakan Ganjil Genap Berlaku bagi Sepeda Motor, Anies Baswedan : Belum Diputuskan
Baca: Delapan Daerah di Jatim Disebut Sempat Rasakan Getaran Gempa Banten
Baca: Penerapan Konsep 3E untuk Kurangi Angka Kecelakaan di Tol Cipali
Baca: Diguncang Gempa, Rina Lari dari Lantai 3 Gendong Anak Sambil Bawa Tiang Infus, Lihat Videonya
Khawatir terjadi tsunami, ia pun bersama 30 warga lainnya mengungsi sejauh 300 meter dari rumahnya.
"Saat ini saya mengungsi di saung kecil di sekitar sawah. Jaraknya 300 meter dari rumah," ucap Raniah kepada Tribunnews.com, melalui sambungan telepon, Jumat (2/8/2019) malam.
Raniah juga sempat membagikan foto kondisi saung yang diisi anggota keluarga dan tetangganya untuk mengungusi.
Terlihat dalam foto, sejumlah ibu dan anak-anak tampak duduk di saung itu.
Kondisi saung pun terlihat gelap.
Hanya kilat lampu kamera yang terlihat dari foto tersebut.
Dikira truk lewat
Raniah, warga Kampung Peniis, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten menceritakan detik-detik terjadinya gempa berkekuatan 7.4 SR, Jumat (2/8/2019) malam.
Kepada Tribunnews.com, Raniah menceritakan detik-detik suasana tempat tinggalnya diguncang gempa.
Ia mengatakan, saat itu dirinya memasak air di dapur usai santap malam.
Saat sedang asik duduk, suara gemuruh terdengar kencang dari luar rumah.
Raniah beranggapan suara gemuruh berasal dari suara mobil truk yang melintas di jalan kampungnya.
Namun, tiba-tiba bangunan rumahnya yang baru direnovasi pascatsunami Banten Desember 2018 silam bergoyang keras.
Baca: Pentingnya Anak Muda Indonesia Menjaga Perdamaian Dunia
Baca: Pemkot Surabaya Perang Terbuka dengan Anggota TGUPP Jakarta Soal Sampah, Ini Kata Pengamat
Baca: Cegah Kanker hingga Redakan Nyeri Sendi, Inilah Manfaat Tak Terduga Ubi Jalar
"Karena di sini sedang angin kencang, kirain angin kencang. Tiba-tiba ada suara gemuruh kencang, dikira mobil truk lewat, tau-tau rumah langsung goyang," ucap Raniah kepada Tribunnews.com, melalui sambungan telepon, Jumat (2/8/2019) malam.
Ia lalu bercerita, warga di sekitar tempat tinggalnya berhamburan keluar rumah.
Saat keluar rumah, listrik di kampungnya seketika padam.
Kepanikan warga pun memuncak karena setelah gempa hebat, suasa kampung seketika gelap gulita.
"Langsung warga keluar dan mati lampu, langsung listriknya mati, makannya orang kelabakan. Orang-orang bingung mau kemana karena gelap, semua pada menjerit," ungkapnya.
Cabut peringatan tsunami
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencabut peringatan dini tsunami yang disebabkan oleh gempa Magnitudo 7.4, Jumat (2/7/2019) pukul 19:03:25 WIB.
"Peringatan Dini TSUNAMI yang disebabkan oleh gempa Mag:7.4, 02-Agu-19 19:03:25 WIB, dinyatakan telah berakhir," tulis BMKG.
Sebelumnya gempa bumi yang berpusat di Sumur, Pandeglang, Banten tersebut dinyatakan BMKG berpotensi menimbulkan tsunami.
Dikutip Tribunnews.com dari tayangan KompasTV Breaking News Gempa Magnitudo 7,4 malam ini.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menginformasikan, peringatan dini tsunami akan dicabut jika sudah melewati pukul 21.35 WIB.
Baca: Persebaya Surabaya vs Persipura Jayapura: Irfan Jaya Bawa Persebaya Menang 1-0
Baca: Dilaporkan Farhat Abbas Terkait Dugaan Konten Porno, Hotman Paris: Tak Akan Melakukan Hal Bodoh
Baca: Basarnas Jabar: Warga Sukabumi dan Cianjur Selatan Sudah Mengungsi ke Perbukitan
Ia juga mengungkapkan, peringatan dini tsunami harus menunggu 2 jam setelah gempa terjadi sebelumnya.
Dwikorita juga mengimbau agar tetap tenang dan masyarakat yang berada di lokasi waspada mohon segera menjauhi lokasi bibir pantai.
Melansir laman Kompas.com, Kepala Pusat Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengatakan, ada tiga daerah berstatus siaga tsunami pasca-gempa.
Menurut Rahmat, di tiga daerah itu yaitu Pandeglang, Lampung Selatan, dan Tanggamus berpotensi terjadi tsunami dengan gelombang relatif tinggi.
"Ini daerah-daerah yang cukup signifikan ancaman tsunaminya. Ancaman tsunaminya di atas 3 meter," kata Rahmat kepada Kompas TV, Jumat (2/8/2019).
Rahmat mengatakan, pusat gempa terdeteksi di selat sunda dengan jarak 159 kilometer dari Labuan, Pandeglang, Banten.
Gempa terasa hingga Jakarta, sebagian Jawa Tengah, Lampung, dan Bengkulu.
Menurut Rahmat, setelah terjadinya gempa, BMKG terus memantau potensi tsunami.
Namun demikian, setelah 40 menit gempa melanda, BMKG tak melihat perubahan muka air laut.
"Kami masih pantau, sampai sekarang kami belum melihat perubahan muka air laut. Kami berharap tak ada tsunami," kata dia.
Rahmat mengimbau warga di daerah yang masuk dalam level siaga dan waspada tsunami agar menjauhi pantai.
"Jika tak ada perubahan dalam waktu dua jam, mungkin akan kita akhiri (peringatan tsunami)," tukasnya.