Kisah Haru Nyai Heni, Istri Mbah Moen Dilarang Masuk Ma’la, Lihat Pemakaman Dari Balik Pagar Besi
Nyai Heni Maryam, hanya mampu memandang ribuan pelayat yang menghantar kepergian Sang Suami KH Maimoen Zubair dari balik pagar pemakaman Ma'la, Makkah
Penulis: Husein Sanusi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Muhammad Husain Sanusi Dari Makkah
TRIBUNNEWS.COM, MAKKAH - Senandung tahlil terdengar lirih keluar dari mulut perempuan paruh baya itu. Tangannya gemetar terus menengadah, sambil terus menyenandungkan ke-Esaan Sang Khalik.
Dari balik pagar bertembok tebal dan berjeruji besi kokoh itu terlihat matanya tak beranjak menatap kerumunan ratusan bahkan ribuan orang yang berada sekitar 500 meter dari tempatnya berdiri.
Jelas tampak di raut wajahnya, keinginan untuk berada di tengah kerumunan itu. Namun apa daya, aturan di tanah Saudi ini jelas.
Perempuan, tak diperkenankan masuk ke dalam area pemakaman Ma’la.
Baca: Putra Almarhum Mbah Moen Jelaskan Alasan Silaturrahmi Dengan Habib Rizieq di Makkah
Baca: INFO HAJI - Mulai Pagi Ini Jemaah Mulai Bergerak ke Arafah, Muzdalifah dan Mina
Nyai Heni Maryam, hanya mampu memandang ribuan pelayat yang menghantar kepergian Sang Suami KH Maimoen Zubair dari balik pagar pemakaman Ma'la, Makkah.
Sesekali, dengan ujung jilbabnya ia tampak mengusap matanya. Mungkin titik air mata tak kuasa ia tahan untuk keluar dari sepasang mata yang tersembunyi di balik kacamata hitamnya. "Duduk saja dulu Bu Nyai," bujuk dokter perempuan yang terus mendampinginya.
Bu Nyai menggeleng lemah, sambil terus menatap areal pemakaman yang sebenarnya khusus diperuntukkan bagi penduduk Makkah tersebut.
Namun akhirnya perempuan itu pun menuruti bujukan sang dokter dan kerabat. Ia pun terduduk di kursi roda yang memang sengaja dibawa untuknya.
“Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu. Allahumma la tahrimna ajrahu, wa laa taftina ba'dahu waghfirlana wa lahu,” terdengar sayup-sayup doa dari Nyai Heni.
"Wong semalem masih ngobrol kok. Proses perginya almarhum cepat sekali," kata Bu Nyai bercerita saat-saat terakhir sang suami.
Kalimat istighfar tak henti keluar dari bibirnya yang bergetar, seakan ingin menguatkan hati atas kepergian Sang Suami yang tiba-tiba.
"Bu Nyai mendampingi almarhum sejak jam 03.00 pagi tadi, waktu Kyai dibawa ke RS," ujar dokter yang selalu berada di samping Bu Nyai.
"Jam 04.00 pagi, saat kami menunggu di luar ruang rawat almarhum, tiba-tiba hujan di Kota Makkah. Kami semua gak tahu kok ya menangis semua. Bu Nyai juga. Mbah Kyai kepundut pukul 04.17," imbuhnya.