Ajak 100 UMKM di Bali, #DengarYangMuda Dorong Pengelolaan Sampah yang Inovatif
"Permasalahan sampah berdampak tidak hanya kepada isu kesehatan, pariwisata dan perekonomian tetapi juga harga diri kita sebagai sebuah bangsa."
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM - Acara Talkshow #DengarYangMuda seri ke-16 yang digagas Staf Khusus Presiden Diaz Hendropriyono digelar di Sanur, Bali.
Acara tersebut terinspirasi oleh pergerakan progresif masyarakat di pulau Bali lewat visi serta aksi nyata untuk menjadikan Bali sebagai wilayah terdepan dalam isu penanganan sampah.
Sebagai pembicara kunci, Diaz Hendropriyono menegaskan, permasalahan sampah dapat menghambat Indonesia untuk mencapai cita-cita pendiri bangsa menjadi bangsa yang maju.
Baca Juga: Ketua umum parpol koalisi dan tokoh bangsa dijadwalkan hadiri acara syukuran Jokowi
"Permasalahan sampah berdampak tidak hanya kepada isu kesehatan, pariwisata dan perekonomian tetapi juga harga diri kita sebagai sebuah bangsa, untuk itu lah #DengarYangMuda ingin mendengar dari pemuda Bali bagaimana mereka menangani isu sampah agar bisa ditiru oleh kota-kota lain, " ujar Diaz Hendro Priyono dalam keterangannya, Kamis (15/8/2019).
Wali Kota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, dalam kata sambutannya menjelaskan, meskipun keluhan dari masyarakat sudah banyak namun pemerintah tidak bisa terburu-buru karena pengelolaan sampah membutuhkan pembangunan ekosistem sehingga pengelolaan sampah dapat berkelanjutan.
Kota Denpasar sendiri telah berhasil menurunkan penggunaan kantong plastik hingga 99,60% dalam waktu kurang dari 1 tahun.
Baca Juga: Kecantikan Danau Toba memikat hati wisatawan milenial
Acara Talkshow diisi oleh 4 narasumber, yaitu (1) Komang Sudiarta – Komunitas Malu Dong; (2) Pande Gede Bayu Antariksa – Pengusaha Pariwisata; (3) Jeff Kristianto – BEDO, dan (4) I Gde Ngurah Widiadnyana – Somia Design.
Acara kemudian dilanjutkan dengan Bazaar dan pameran UMKM binaan, Workshop Upcycling dan presentasi peserta olah limbah kreasi atau Olikasi
Dalam penyelenggaraan #DengarYangMuda ke-16 ini, Diaz Hendropriyono bersama dengan Bali Export Development Organization (BEDO) sebuah lembaga swadaya masyarakat di Bali, dan 100 pelaku UMKM asal Bali, dan Komunitas-komunitas pemuda Bali yang bergabung dalam acara kali ini, terus mendorong peluang pemanfaatan sampah, khususnya sampah plastik agar tidak mencemari lingkungan dan dapat menjadi produk bernilai ekonomi tinggi lewat inovasi dan kreatifitas.
Komunitas Yang Hadir, antara lain: Bargengster Bali, Dongki Bali, BEDO, Trashstock, Rahwana Bali, Laskar Bali, Triupcycle, Malu Dong, UKM Trend Tabanan, SarangLebah, Duakala, Yayasan Lengis Hijau, JCI Bali, HIMKI Bali.
Baca Juga: Panduan Menyusun Anggaran Liburan ke Bali di Akhir Tahun
Pande Gede Bayu Antariksa, Pengusaha Pariwisata menjelaskan, sampah yang banyak di pantai sangat berdampak bagi usaha. Mindset seharusnya diubah, karena semua sampah yang dibuang sembarangan akan berakhir di Pantai.
Jeff Kristianto perwakilan BEDO menambahkan, organisasinya fokus bagaimana mengelola limbah dari sisi ekonomi kreatif. Salah satunya adalah dari segi tekstil karena Bali sangat dikenal dari produk Tekstilnya.
Kata Jeff, BEDO mendorong UMKM bagaimana menjalankan usaha agar minim limbah, ataupun bagaimana limbah tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku bagi ukm lain.
BEDO adalah Lembaga swadaya masyarakat di bidang pengembangan UMKM yang memfasilitasi serta mengatur program pengembangan kapasitas UKM yang didukung oleh berbagai organisasi nasional dan internasional seperti Ditjen PEN, APINDO, CBI, PUM & ILO.
Melalui kemitraan kami dengan Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan kementerian kerja sama dan UMKM.
Komang Sudiarta dari Komunitas Malu Dong, menambahkan, mindset setiap orang dalam memperhatikan lingkungan tergantung dari individu masing-masing dalam memperhatikan isu tersebut. "Kami menyebarkan midnset bahwa semua masalah tidak ada tantangannya asal serius,"katanya.
Baca Juga: Gempa Bali terjadi dua kali, getarannya dirasakan sampai Banyuwangi
Malu dong berdiri dari 2009 dengan tujuan utama mengetuk hati mereka apa masih ada kepedulian terhadap itu. Masalahnya saat di sekolah, di pedalaman bahkan tong sampah saja tidak ada bagaimana masyarakat mau belajar memilah sampah.
Malu Dong dibangun untuk mengingatkan dan menyadarkan kembali bgmn membuang sampah yang benar, dari hal yang paling dasar, sebelum menerapkan konsep lainnya
I Gde Ngurah Widiadnyana, perwakilan Somia Design menambahkan, Somia design menggunakan material recycle.
Sampai finishing materialnya pun yang bisa kembali ke alam, mendesain bukan hanya memikirkan estetikanya juga tetapi bagaimana mewujudkan karya seni yang tidak berdampak buruk bagi lingkungan juga bagaimana mengubah mindset masyarakat bahwa membangun dengan menggunakan bahan recycle juga dapat kokoh dan bagus.