Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Aliansi Masyarakat Adat Minta Jokowi Perintahkan Kapolri Usut Dalang Kerusuhan Manokwari

AMAN juga meminta Kapolri menindak tegas aparat negara dan ormas yang terlibat di dalam aksi-aksi kekerasan terhadap 43 mahasiswa Papua di Surabaya

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Aliansi Masyarakat Adat Minta Jokowi Perintahkan Kapolri Usut Dalang Kerusuhan Manokwari
KONTRIBUTOR KOMPAS TV/ BUDY SETIAWAN
Aksi blokade jalan oleh warga Papua di Kota Manokwari, Senin (19/8/2019) pagi. Mereka memprotes tindakan rasisme yang terjadi terhadap mahasiswa Papua di Surabaya pekan lalu. 
 
 
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) meminta Presien Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk mengusut aktor-aktor yang terlibat langsung maupun tidak langsung pada kerusuhan Manokwari, Papua Barat, Senin (19/8/2019).
 
Karena aksi demonstrasi yang berujung pada pembakaran Gedung DPRD Papua Barat, sebagai protes terhadap aksi pengepungan di asrama mahasiswa Papua di Surabaya, pada 16 Agustus malam  hingga 17 Agustus lalu.
Pun aksi lain yang dialami mahasiswa Papua di Malang.
 
"Presiden Jokowi memerintahkan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) untuk mengusut aktor-aktor yang terlibat langsung maupun tidak langsung pada kejadian tersebut," tegas Sekretaris Jenderal AMAN,  Rukka Sombolinggi  dalam keterangan tertulisnya kepada Tribunnews.com, Senin (19/8/2019).
 
Bukan itu saja, AMAN juga meminta Kapolri  menindak tegas aparat negara dan ormas yang terlibat di dalam aksi-aksi kekerasan terhadap 43 mahasiswa Papua di Surabaya.
 
"Kekerasan terhadap mahasiswa Papua di Surabaya harus segera diselesaikan agar tidak meluas dan memastikan kekerasan serupa tidak berlulang di kemudian hari – bukan hanya terhadap Orang Papua tetapi kepada seluruh Masyarakat Adat di Nusantara," ucap Sekjen AMAN.
 
Pengepungan Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya oleh sekelompok anggota ormas terjadi, pada Jumat (16/8/2019) malam. 
 
Pengepungan Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, Kota Surabaya, disebut bermula dari peredaran foto bendera merah putih yang rusak di depan asrama tersebut di sejumlah grup WhatsApp.
 
Polisi sempat mengimbau masyarakat pengepung untuk mundur. Namun, keesokan harinya, pada Sabtu (17/8/2019), polisi mencoba masuk dan melontarkan gas air mata ke dalam asrama tersebut.
Setidaknya 43 mahasiswa di dalam asrama itu kemudian diamankan. Sementara itu kini mereka telah dipulangkan kembali ke asrama. 
 
Di bagian terakhir, Sekjen AMAN ini meminta kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah dan aparat keamanan harus memastikan rasa aman bagi orang Papua yang berada di wilayahnya, mengingat peristiwa serupa pernah juga terjadi di tempat lain.
 
Kapolrestabes: 43 Mahasiswa Papua telah Dipulangkan ke Asrama 
 
Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Sandi Nugroho mengatakan, sebanyak 43 mahasiswa Papua telah dipulangkan ke Asrama Mahasiswa Papua pada Minggu (18/8/2019) dini hari.
 
Sandi menyampaikan, 43 mahasiswa tersebut telah menjalani pemeriksaan di Polrestabes Surabaya dan kembali ke asrama mereka di Jalan Kalasan, Surabaya, pukul 00.00 WIB. 
"Dari hasil pemeriksaan (43 mahasiswa Papua) mengaku tidak mengetahui ( perusakan bendera). Jadi kami pulangkan sementara," kata Sandi, Minggu (18/8/2019).
 
Pemicu Kerusuhan 
 
Ketua DPRD Papua Barat Peter Kondjol menyebutkan bahwa kerusuhan di Papua disebabkan kemarahan massa atas aksi dugaan persekusi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya.
 
Kerusuhan terjadi di Manokwari hingga memicu pembakaran gedung DPRD Papua Barat, Senin (19/8/2019). 
Sementara itu Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, ada pihak yang sengaja menginginkan terjadi kerusuhan di Papua. 
 
Mereka menyebar hoaks foto mahasiswa yang tewas disebabkan kejadian di Jawa Timur. 
 
"Ada yang punya kepentingan tertentu dengan menyebar foto hoaks tentang mahasiswa Papua yang tewas di Jawa Timur," katanya saat mengunjungi korban serangan terduga teroris di RS Bhayangkara Polda Jatim, Senin (19/8/2019). 
 
Aksi kerusuhan di Manokwari, kata Tito, berawal dari peristiwa kecil di Malang dan Surabaya. 
 
Ada ungkapan yang dianggap merendahkan masyarakat Papua. 
 
"Tapi itu sudah dilokalisir, lalu muncul hoaks yang sengaja disebarkan untuk kepentingan tertentu," ujarnya. 
 
Tito berharap warga Papua tidak mudah terpancing dengan berita hoaks yang tidak jelas sumbernya.
 
Kepada warga di luar Papua, dia berharap bisa menjalin komunikasi dan persaudaraan yang baik dengan warga Papua. 
 
"Warga Papua adalah saudara kita sendiri, jangan mudah diadu domba dengan informasi yang tidak jelas sumbernya," kata Tito.
Aksi kerusuhan di Manokwari, Papua Barat pecah sejak Senin Pagi. Massa disebut membakar gedung DPRD dan sejumlah kantor instansi lainnya.
 
 Kerusuhan dipicu kejadian di Surabaya dan Malang yang disebut telah menghina warga Papua.
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas