Kembangkan Potensi Ekonomi Daerah Tertinggal Kemendes PDTT Gandeng Marketplace
Menurut Samsul, dengan jumlah 74.957 desa yang tersebar di seluruh Indonesia tersimpan potensi yang sangat besar.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guna mengembangkan potensi perekonomian daerah tertinggal hingga ke pasar global Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menggandeng pelaku ekonomi digital.
Dirjen Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Kemdes PDTT, Samsul Widodo mengatakan sudah saatnya para pemain marketplace seperti Shopee, Lazada, dan Alibaba terlibat langsung untuk mengembangkan produk unggulan daerah tertinggal.
"Saya menantang startup untuk memikirkan ini. Saya bilang ke Shopee jangan menunggu saja, tapi bagaimana kita bikin project yang ikut membantu mengkurasi dan mencari produk yang layak ekspor," kata Samsul dalam pernyataannya saat acara diskusi Produk Lokal yang Diekspor Melalui Ekonomi Digital di sesi workshop Pasar idEA, di Jakarta Convention Center Minggu(18/8/2019).
Menurut Samsul, dengan jumlah 74.957 desa yang tersebar di seluruh Indonesia tersimpan potensi yang sangat besar.
Hanya saja, potensi tersebut belum termanfaatkan dengan baik.
"Artinya penetrasi digital perlu ditingkatkan. Infrastruktur sudah ada, marketplace sudah ada, tinggal bagaimana menumbuhkan kreativitas di level desa, sehingga mereka mampu ekspor," ucapnya.
Namun dia mengatakan, jka tidak dimanfaatkan dengan baik hanya akan habis begitu saja, oleh karena itu dia telah menyiapkan sejumlah konsep.
Baca: Chelsea Pilihannya Christian Pulisic Bergabung Soalnya Pernah Dilatih Jose Mourinho
Baca: Bonceng Kini Punya Fitur untuk Pengguna Belanja di Pasar Tradisonal
Baca: PSS Sleman Main Ladeni PS Tira Persikabo, Alfonso de la Cruz dan Dua Rekan Absen
Salah satunya adalah lewat program perkebunan yang terintegrasi.
Ia mencontohkan bagaimana perkebunan mangga di Situbondo dapat ditingkatkan efisiensi produksi dan distribusinya dengan mengintegrasikan sistem perkebunan dengan teknologi digital.
Dengan mengukur luas tanam, jumlah pohon, dan juga tingkat kesuburan pohon mangga dengan menggunakan teknologi artifisial intelijen dapat diketahui perkiraan produksi dan memudahkan petani dalam melakukan pemeliharaan kebun.
"Sangat mungkin dilakukan dengan adanya teknologi. Kita lakukan grading sehingga yang keluar dari pintu petani udah grade A, B, dan C. Ini belum dilakukan yang kita lakukan selama ini baru ritel kecil-kecil. Kita ingin mengkonsolidasi dengan jumlah besar," ujarnya.
Hal ini, lanjutnya, akan didorong dengan program Kontainer Masuk Desa.
Ia mengatakan telah menyiapkan kontainer dengan kapasitas tiga ton dan berbagai ukuran sehingga dapat melewati jalan-jalan yang ada di desa.
Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kendala distribusi yang ada selama ini.
"Konsepnya adalah end to end, mempersingkat rantai logistik. Sehingga produk petani atau nelayan langsung diangkut ke pelabuhan dan disebarkan langsung ke restoran atau supermarket," tuturnya.
Samsul mengatakan, untuk itu perlu kerjasama yang sinergis dengan pelaku ekonomi digital untuk dapat melakukan penetrasi hingga ke desa-desa.
Pemasaran produk-produk unggulan desa dan daerah tertinggal dapat dipermudah dengan adanya sistem perdagangan elektronik atau yang dikenal dengan sebutan e-commerce.
Dengan adanya e-commerce, maka para pengrajin, petani, nelayan, peternak, dan produsen lainnya dapat menjual produk mereka tanpa perlu bertemu langsung dengan para pembeli, sehingga produk yang dijual dapat dipasarkan baik nasional maupun internasional.
"Saya harap teman-teman di startup dan marketplace bukan hanya menunggu onboarding para petani, tapi kita kembangkan project ikut terlibat kurasi, mendampingi, sampai terbukti petani dan nelayan mampu ekspor. Jadi suatu saat mereka bisa survive sehingga tidak harus menunggu apa yang ada dari pemerintah," ujarnya.(Willy Widianto)