Ekspor Pangan Naik Tajam, Jangan Terpengaruh Bisikan Para Hobby Impor
Data BPS menyebutkan volume ekspor pertanian sejak 2014-2018 naik 9 sampai 10 juta ton dan neraca perdagangan pertanian surplus
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Ekonomi Politik Pertanian Universitas Trilogi Muhammad Karim tidak sependapat dengan ulasan tentang pangan Indonesia yang menilai Indonesia 'dikutuk' impor pangan seumur hidup.
Menurutnya, justru kerja pembangunan pertanian era pemerintahan Jokowi-JK membuahkan hasil positif.
Data BPS menyebutkan volume ekspor pertanian sejak 2014-2018 naik 9 sampai 10 juta ton dan neraca perdagangan pertanian surplus.
"Judul yang diangkat itu membuat saya merinding dan terkesima. Mungkin itu yang dikutuk yang dimaksud adalah dia yang pemikiran-pemikirannya dibisikin dan berafiliasi dengan para pehobby impor," demikian jelas Karim di Jakarta, Kamis (22/8/2019).
Alumni IPB ini menekankan bahwa yang perlu digarisbawahi yakni rakyat Indonesia tidak suka impor dan mengutamakan konsumsi dari hasil petani sendiri. Para mafia pangan dan mafia impor sudah diproses hukum.
"Jadi janganlah publik dibawa-bawa ke upaya-upaya untuk impar impor. Indonesia sudah swasembada dan bahkan ekspornya melejit. Silakan cek," ujar Karim.
Untuk kalian ketahui, sambung Karim, bahwa perdagangan dunia semakin terbuka, sehingga tidak mungkin dengan sistem ekonomi tertutup, maka tidak tabu mengadakan ekspor dan impor. Di Negara manapun juga begitu, misalnya tengok saja Negara China dengan penduduk besar, namun tetap melakukan impor pangan juga dalam jumlah besar.
"Kenapa negara-negara impor karena ada kebutuhan dan mereka ekspor untuk meraup devisa. Jadi kebijakan Indonesia era sekarang sudah tepat yakni mengendalikan impor dan mendorong ekspor," terangnya.
Oleh karena itu, Karim meminta agar tidak terbatas mengupas sisi impor beras, jagung dan bawang putih, tapi harus juga mengangkat sisi ekspor dan neraca perdagangan total pertanian.
Nilai impor tiga komoditas tersebut pada kenyataanya sudah tertutup dengan ekspor sawit sehingga Indonesia surplus.
Buktinya, data BPS menyebutkan Indonesia surplus neraca perdagangan pertanian 2018 sekitar USD 11 miliar.
"Memang benar ada impor beras, jagung dan bawang putih, tapi coba disimak dan cermati trend impor semakin mengecil," tuturnya.
Lebih lanjut Karim menegaskan hasil berbagai program di era Menteri Pertanian (Mentan) Amran sekarang ini gamblang terlihat nyata.
Lihat saja, dulu impor jagung 3,5 juta ton pertahun, pada 2016 impor turun drastis dan 2017 tidak ada impor jagung pakan ternak, bahkan selanjutnya 2018 sudah ekspor 340 ribu ton.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.