Pengamat Intelijen: Minta Pemerintah Waspada Aparat Keamanan Sudah Terpapar Radikalisme
Ancaman radikalisme dan terorisme itu telah menyusupi ke berbagai sektor, termasuk aparat keamanan, seperti TNI dan Polri.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat intelijen dan keamanan, Stanislaus Riyanta, meminta pemerintah Indonesia mewaspadai ancaman radikalisme dan terorisme.
Menurut dia, ancaman radikalisme dan terorisme itu telah menyusupi ke berbagai sektor, termasuk aparat keamanan, seperti TNI dan Polri.
Dia membenarkan pernyataan Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, yang mengungkap ada sekitar tiga persen anggota TNI yang sudah terpapar paham radikalisme.
"Jika melihat fakta, radikalisme sudah masuk berbagai sektor. Pernyataan Menhan bahwa tiga persen anggota TNI terpapar radikalisme adalah situasi serius," kata dia, saat menyampaikan materi Mengembangkan Patriotisme di Kisaran Bahaya Laten Khilafah, Jakarta Pusat, Kamis (22/8/2019).
Bahkan, kata dia, untuk aparat Polri sendiri sudah ada yang diamankan karena diduga terpapar paham radikal.
Baca: Lirik Lagu Lover Taylor Swift Lengkap dengan Terjemahnya, Tonton Juga Video Klipnya
Baca: Ramalan Cinta Zodiak Hari Ini Jumat 23 Agustus 2019: Taurus Banjir Kasih Sayang, Aquarius Tertekan
Baca: Saipul Jamil Mengaku Akan Nikahi Sang Mantan Usai Keluar Penjara, Ini Kata Citra Yunita
Baca: Ramalan Zodiak Besok Sabtu 24 Agustus 2019 Aries Ingin Bebas & Kesabaran Scorpio Berbuah Manis
Dia menjelaskan, pada Mei 2019 lalu, seorang polisi wanita (polwan) dari Polda Maluku Utara ditahan oleh Polda Jawa Timur karena diduga terpapar paham radikal.
Selain itu, dia melanjutkan, pada 2015 lalu, seorang anggota Polres Batanghari, yaitu Brigadir S, diduga menghilang pada saat berdinas dan bergabung dengan kelompok ISIS.
"Beberapa waktu lalu Polwan di Maluku Utara ditahan di Jawa Timur karena diduga terpapar paham radikal. Anggota Polres Batanghari juga diklaim gabung dengan ISIS di Suriah yang selanjutnya dikabarkan sudah tewas," ungkapnya.
Sejauh pengamatan dia, ancaman radikalisme sudah terjadi mulai Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga perguruan tinggi. Selain itu, masuk ke sendi-sendi kehidupan bermasyarakat.
Selain aparat keamanan, kata dia, ada pegawai BUMN yang menjadi donatur teroris di Riau, pejabat BP Batam yang gabung dengan ISIS di Suriah, eks pegawai Depkeu yang menjadi simpatisan ISIS, dan tiga alumni IPDN diketahui terlibat terorisme.
Untuk mencegah penyebaran paham radikalisme dan terorisme, dia menyarankan, perlu adanya suatu gerakan nasional yang bisa menciptakan kontra narasi terhadap paham radikal.
"Gerakan ini lebih efektif kalau dilakukan oleh civil soviety melibatkan para ahli," tambahnya.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menyebut ada sekitar 3 persen prajurit TNI yang terpapar radikalisme dan tak setuju Pancasila sebagai ideologi negara.
Soal 3 persen prajurit TNI terpapar radikalisme, dia mengatakan angka tersebut didapatnya setelah berkeliling Indonesia. Dia mengatakan jumlah 3 persen itu termasuk juga purnawirawan.