Tentang Kutai Kartanegara, Bakal Ibu Kota Baru Indonesia, Perekonomian Didominasi Pertambangan
Seluk beluk Kutai Kartanegara, bakal ibu kota baru Indonesia di Kaltim. Perekonomian didominasi pertambangan.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Daryono
Seluk beluk Kutai Kartanegara, bakal ibu kota baru Indonesia di Kaltim. Perekonomian didominasi pertambangan.
TRIBUNNEWS.COM - Tentang Kutai Kartanegara yang bakal menjadi ibu kota baru Indonesia di Kalimantan Timur.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan lokasi ibu kota baru Indonesia di Istana Kepresidenan Jakarta pada Senin (26/8/2019) siang.
Jokowi mengungkapkan lokasi ibu kota baru yang ideal adalah di sebagian Penajam Paser Utara dan sebagian Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
"Lokasi ibu kota baru yang paling ideal adalah di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kertangera, Provinsi Kalimantan Timur," ungkap Jokowi.
Baca: Profil Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara yang Menjadi Lokasi Ibu Kota Baru
Baca: Bukit Soeharto Jadi Lokasi Pembangunan Ibu Kota Baru
Terkait hal tersebut, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia, Bambang Brodjonegoro, menyebutkan pihaknya akan segera menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam proses pemindahan ibu kota.
Lebih lanjut, Bambang juga mengatakan pada akhir 2020 fase persiapan hingga final akan dimulai.
Ia menambahkan, ibu kota pindah ke Kalimantan Timur paling lambat diharapkan terjadi pada 2024.
"2024 itu paling lambat dipindahkan secara bertahap," kata Bambang.
Profil Kutai Kartanegara
Kutai Kartanegara adalah satu diantara dua kabupaten yang akan menjadi sebagian wilayah ibu kota baru Indonesia.
Dikutip Tribunnews dari situs resmi kabupaten, Kutai Kartanegara memiliki luas wilayah 27.263,10 kilometer persegi dengan luas perairan lebih kurang 4.097 km persegi.
Berikut batas administratif Kutai Kartanegara:
Utara: Kabupaten Bulungan, Kabupaten Kutai Timur, dan Kota Bontang
Timur: Kabupaten Kutai Timur dan Selat Makassar
Selatan: Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kota Balikpapan
Barat: Kabupaten Kutai Barat
Kutai Kartanegara merupakan kelanjutan dari Kabupaten Kutai yang mengalami pemekaran wilayah pada 1999 lalu.
Baca: Apa Nama Ibu Kota RI yang Baru Diumumkan Jokowi? Ini Kata Kepala Bappenas
Baca: Jokowi: Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara Jadi Lokasi Baru Ibu Kota
Berdasarkan Undang-undang No 47 Tahun 1999, Kabupaten Kutai dimekarkan menjadi empat daerah otonom.
Yaitu Kabupaten Kutai, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, dan Kota Bontang.
Untuk membedakan Kabupaten Kutai sebagai wilayah pemekaran, namanya diubah menjadi Kutai Kartanegara melalui Peraturan Pemerintah RI No 8 Tahun 2002 tentang Perubahan Nama Kabupaten Kutai Menjadi Kabupaten Kutai Kartanegara.
Peratutan Pemerintah tersebut ditandatangani Megawati Soekarnoputri yang saat itu menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.
Nama Kutai Kartanegara merupakan usulan Gus Dur saat menjadi Presiden ketika ia membuka Munas I Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) di Tenggarong pada 2000.
Kutai Kartanegara diketahui terbagi menjadi 18 kecamatan, yaitu:
1. Anggana
2. Kembang Janggut
3. Kenohan
4. Kota Bangun
5. Loa Janan
6. Loa Kulu
7. Marang Kayu
8. Muara Badak
9. Muara Jawa
10. Muara Kaman
11. Muara Muntai
12. Muara Wis
Baca: Profil Ibu Kota Baru, Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur
Baca: Beragam Alasan Pemindahan Ibu Kota dan Dipilihnya Kalimantan Timur Menjadi Ibu Kota yang Baru
13. Samboja
14. Sanga-Sanga
15. Sebulu
16. Tabang
17. Tenggarong
18. Tenggarong Seberang
Berdasarkan topografinya, Kutai Kartanegara pada umumnya kawasan pegunungan dengan ketinggian 500-2.000 mdpl.
Perekonomian
Perekonomian Kutai Kartanegara saat ini masih didominasi sektor pertambangan dan penggalian.
Dilansir situs resmi kabupaten, kegiatan pertambangan Kutai Kartanegara meliputi pertambangan migas dan non migas.
Hasil tambang minyak bumi dan gas alam memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian Kutai Kartanegara karena menjadi komoditi ekspor utama hingga saat ini.
Berdasarkan data dinas pertambangan, total produksi batu bara di Kutai Kartanegara pada 2015 mencapai 55.844.597,90 ton yang berasal dari 73 perusahaan tambang batu bara.
Pada 2010 lalu, sektor pertambangan dan penggalian di Kutai Kartanegara menyumbang 83,84 persen bagi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Penduduk dan bahasa
Mengutip kukarkab.bps.go.id, jumlah pertumbuhan penduduk di Kutai Kartanegara pada 2016 tercatat sebesar 2,40 persen dengan total 735.016 jiwa.
Baca: Wajah Gembira Isran Noor, Ibu Kota Dipindahkan ke Kaltim
Baca: PPP Setuju Adanya RUU Pemindahan Ibu Kota
Dilansir situs resmi kabupaten, Kutai Kartanegara sebagian besar penduduknya bertempat tinggal di daerah pantai dan tepian sungai.
Mereka kebanyakan bekerja sebagai nelayan, pedagang, dan karyawan di pemerintahan maupun swasta.
Sementara itu, penduduk asli Kutai Kartanegara dulunya hidup nomaden alias berpindah-pindah karena mata pencaharian mereka adalah berladang dan berburu.
Penduduk Kutai Kartanegara terdiri dari banyak suku dan sub suku memiliki bahasa beragam.
Kini, bahasa Indonesia sudah dikenal hampir di seluruh pelosok Kutai Kartanegara, sementara bahasa suku hanya digunakan untuk berkomunikasi antar anggota suku sendiri.
Beberapa bahasa sub suku yang kini tidak digunakan lagi adalah bahasa Umaa Wak, Umaa Palaa, Umaa Luhaat, Umaa Palog, Baang Kelo, dan Umaa Sam.
Bahasa tersebut dulunya lazim digunakan masyarakat Dayak di hulu maupun hilir Mahakam.
Saat ini, Kutai Kartanegara dipimpin seorang bupati bernama Edi Damansyah.
Edi Damansyah sebelumnya juga sempat menjabat sebagai Plt Bupati Edi Damansyah pada 2017-2018.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)