Soal Rektor Asing Pertama, Guru Besar UI: Universitas Siber Asia Bukan Universitas Murni Indonesia
Menristekdikti Mohamad Nasir memperkenalkan Profesor Jang Youn Cho sebagai rektor asing pertama di Indonesia.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Guru Besar Universitas Indonesia (UI), Hikmahanto Juwana salut kepada Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir berhasil mendatangkan rektor asing untuk memimpin sebuah universitas di Indonesia.
Menristekdikti Mohamad Nasir memperkenalkan Profesor Jang Youn Cho sebagai rektor asing pertama di Indonesia.
Cho yang berasal dari Korea Selatan akan memimpin Universitas Siber Asia, perguruan tinggi swasta pertama di Indonesia yang membidangi siber.
Universitas ini merupakan kerja sama Universitas Nasional dengan Hankuk University of Foreign Studies Korea.
"Dalam hal ini saya salut sekaligus meminta maaf kepada Menristekdikti karena selama ini menganggap tidak mungkin rektor asing memimpin sebuah universitas di Indonesia," ujar Guru Besar Ilmu Hukum ini kepada Tribunnews.com, Senin (26/8/2019).
Namun demikian, bila melihat laman dari Universitas Nasional, dia menjelaskan, Universitas Siber Asia ternyata merupakan Universitas baru.
Baca: Soal Kebiri Kimia, Wakil Ketua Komisi IX DPR Lebih Setuju Kebiri Permanen
Baca: Persebaya Surabaya Bisa Mainkan David da Silva Kala Hadapi Bhayangkara FC
Baca: Daftar Susunan Pemain Inter Milan vs Lecce Liga Italia 2019 Serie A, Nantikan Tuah Lukaku
Universitas Siber Asia berada di bawah naungan Yayasan Memajukan Ilmu dan Kebudayaan (YMIK) yang saat ini menaungi Universitas Nasional baru menerima izin prinsip pendirian.
Artinya, dia tegaskan, saat ini Universitas Siber Asia belum menerima mahasiswa.
Memang menurut dia, Universitas Siber Asia harus berjuang keras untuk memperoleh ranking 100 dunia dalam lima tahun ke depan mengingat masa jabatan rektor biasanya hanya lima tahun.
Selain itu, Hikmahanto menjelaskan, Universitas Siber Asia ternyata bukan Universitas murni Indonesia.
"Mengingat Universitas ini merupakan kerja sama antara YMIK dengan Hankuk University of Foreign Studies, Korea Selatan," tegas Hikmahanto.
Menjadi pertanyaan apakah ke depan Universitas Siber Asia akan mampu masuk 100 ranking dunia sebagaimana yang diharapkan oleh Presiden?
Terlebih, lanjut dia, yang diharapkan Presiden sebenarnya adalah Perguruan Tinggi Nasional (PTN).