Pasar Keuangan Dalam Negeri Masih akan Digerakkan Sentimen Eksternal Perang AS-Tiongkok
Harga emas dunia saat ini masih berada di rentang perdagangan US$ 1.503 per troy ounce yang terus meningkat di tengah ketidakpastian global
Editor: Eko Sutriyanto
Harga minyak global terkerek naik akhir pekan lalu, setelah adanya serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi, pada Sabtu lalu.
Serangan ini menyebabkan output produksi hariannya terpangkas hingga 5,7 juta barel, lebih dari setengah produksi harian Arab Saudi.
Harga minyak diperkirakan berpotensi naik hingga USD 10/barel, meski dampaknya bergantung pada kemampuan normalisasi output produksi.
Hingga awal minggu ini, Arab Saudi menyatakan dapat menormalisasi output yang hilang sebesar 2 juta barel.
Berdasarkan asumsi APBN, setiap kenaikan harga minyak mentah dunia sebesar USD 1 akan meningkatkan suplus anggaran pemerintah Indonesia sebesar IDR 0,3 – 0,5 trilliun. Kenaikan harga minyak dunia biasanya akan diikuti dengan kenaikan harga komoditas lainnya.
Terkait satu persoalan lain yakni kebijakan bank sentral AS, alias The Fed, Moekti Prasetiani mengatakan, Bank sentral AS akan mengadakan sidang di September 2019 atau kuartal ke-4 ini, (sebelum Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia). Pada sidang tersebut, besar kemungkinan The Fed akan menurunkan tingkat suku bunganya.”
Bank Indonesia pada 22 Agustus 2019 menurunkan suku bunga acuan menjadi 5,5% atau sebesar 25 basis poin (bps). BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur pada Rabu-Kamis atau 18-19 September mendatang untuk menetapkan tingkat suku bunga.
Dalam kaitannya dengan ini, Danareksa Research Institute memprediksi suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI 7-Day Reserve Repo Rate akan diturunkan bunga sebesar 25bps menjadi 5,25%