Demi Indonesia Maju Lemhannas Teropong Bonus Demografi
Apa itu bonus demografi ? Apa itu SDM unggul ? Apa itu Indonesia Maju? Tiga pertanyaan mendasar
Editor: FX Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARATA - Apa itu bonus demografi ? Apa itu SDM unggul ? Apa itu Indonesia Maju?
Tiga pertanyaan mendasar ini perlu dikedepankan mengingat sejak terpilihnya Joko Widodo sebagai Presiden RI untuk masa periode kedua, tiga istilah itu menjadi jargon yang terus menerus bergaung di tengah-tengah masyarakat. Ungkapan SDM Unggul – Indonesia Maju bergaung terutama setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan lima prioritas pembangunan dan sementara bonus demografi senantiasa terdengar lebih dari lima tahun lalu.
Bonus demografi, SDM Unggul dan Indonesia Maju menjelaskan keterkaitan satu sama lain dengan menggunakan pengertian berapa banyak usia produktif yang dimiliki Indonesia akan menjamin terwujudnya Indonesia Maju jika merupakan SDM Unggul. Konteks keterkaitan inilah yang oleh Lemhannas akan diteropong melalui seminar pada Jumat (20/09/2019) dengan thema “Pengembangan SDM Unggul Untuk Memanfaatkan Peluang Bonus Demografi Menju Indonesia Maju pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020 – 2024”.
Demikian ditegaskan oleh Gubernur Lemhannas RI, Letjen TNI (Pur) Agus Widjojo dalam pernyataan media di Jakarta, Kamis (19/09/2019). Seminar nasional yang akan diadakan di Gedung Dwi Warna, Lemhannas RI itu akan menghadirkan sebagai pembicara Menteri PPN/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasion Bambang P.S. Brodjonegoro (Keynote Speaker), Puan Maharani Nakshatra Kusyala (Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan), Muhajir Effendy (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan), Muhammad Hanif Dhakiri (Menteri Ketenagakerjaan), Nila Djuwita F. Moeloek, (Menteri Kesehatan, Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah), H. Wahidin Halim (Gubernur Banten) dan Victor Bungtilu Laiskodat (Gubernur Nusa Tenggara Timur). Sementara sebagai pembahas adalah, Prof.dr.Fasli Djalal, PhD,SP.GK, Dr.Bambang Wasito Adi,SH, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Umar Daihani, D.E.
Dijelaskan oleh Agus Widjojo, Indonesia saat ini sedang mengalami bonus demografi dan akan mencapai puncak dari bonus demografi di 2040. Dalam periode ini, Indonesia sudah memasuki population ageing serta menjadi kerangka kependudukan dan pembangunan menempatkan penduduk sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi (engine of growth). Namun untuk mencapai itu, diperlukan persiapan sejak sekarang agar bonus demografi tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini mengingat setelah tahap ini Indonesia mengalami transisi demografi yakni penurunan fertilitas dan mortalitas dalam jangka panjang.
“Secara sederhana Bonus Demografi dapat diartikan sebagai kondisi di mana usia produktif lebih banyak daripada usia nonproduktif. Dalam konteks ini agar bonus demografi tidak menjadi beban salah satunya adalah dibutuhkan banyak lapangan kerja. Namun lapangan kerja menuntut SDM yang bermutu agar hasil produksinya berdaya saing dengan produk dari luar negeri,” ujar Agus Widjojo.
Diurai lebih lanjut oleh Gubernur Lemhannas itu, namun untuk mencetak SDM unggul diperlukan infrastruktur dalam hal ini adalah pendidikan yang dapat menunjuk terwujudnya SDM yang berkualitas. SDM yang berkualitas juga sangat tergantung pada tingkat kesehatan SDM Indonesia. Jika semua faktor ini terpenuhi, ada satu faktor yang harus menjadi dasar dari semuanya yakni pembangunan karakter SDM unggul Indonesia.
“Bonus demografi tidak diperoleh secara otomatis, tetapi memerlukan prasyarat, dan prasyarat utamanya adalah tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, sehingga harus diupayakan dan diraih dengan arah kebijakan yang tepat. Kebijakan tertulis dalam menangkap peluang bonus demografi secara spesifik baru dituangkan dalam buku I Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Dalam RPJMN tersebut, dinyatakan bahwa pembangunan manusia merupakan salah satu dimensi penting dari tiga dimensi pembangunan, selain dimensi pembangunan sektor unggulan, dan dimensi pemerataan dan kewilayahan. Artinya berbagai kebijakan, strategi, target dan sasaran telah ditetapkan dalam pembangunan untuk meningkatkan SDM berkualitas dan berdaya saing, sebagai prasyarat utama dalam memanfaatkan peluang bonus demografi,” jelas Agus Widjojo lebih lanjut.
Implementasi dari berbagai kebijakan yang telah dilakukan, masih menurut Agus Widjojo, menunjukkan beberapa keberhasilan, namun juga masih menghadapi berbagai persoalan. Hal ini dilihat dari capaian berbagai indikator yang merefleksikan kualitas SDM secara makro. Sebagaimana pengukuran indikator baru yang diluncurkan oleh Bank Dunia (2018) yang diberi nama Human Capital Index (HCI), terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan kesehatan yang mengakumulasi sepanjang hidup manusia, sehingga memungkinkan bagi mereka untuk menyadari potensinya sebagai anggota masyarakat yang produktif.
Berdasarkan perhitungan HCI tersebut, Indonesia tercatat pada peringkat ke-87 dari 157 negara. Dibanding Negara-negara di Asean,posisi Indonesia masih tertinggal dibanding Singapore, Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Philippine, serta di atas negara Kamboja dan Myanmar. Demikian pula menurut World Economic Forum (WEF) yang menerbitkan index serupa dalam publikasinya “Global Human Capital Report” (GHCR), 2017, Indonesia berada di peringkat ke-65 dari 130 negara, posisi Indonesia masih berada dibawah lima negara ASEAN yaitu Singapura, Vietnam, Malaysia, Thailand dan Filipina namun masih sedikit diatas tiga negara ASEAN lainnya yaitu Kamboja, Myanmar dan Laos.
“Inilah tantangan kita semua. Dari para pembicara termasuk tiga gubernur kita akan mengambil intisarinya yang kemudian akan diperdalam dan selanjutnya akan diajukan kepada Presiden Joko Widodo sebagai usulan. Namun yang jelas seluruh rencana pembangunan SDM Unggul terkait dengan Bonus Demografi berujung pada sejauh mana Ketahanan Nasional dapat terwujud melalui bonus demografi tersebut. Pertanyaannya mendasar sebagai lanjutan adalah, jika bonus demografi tidak dapat dimanfaatkan, ancaman dan tantangan apa yang akan dihadapi ketahanan nasional? Inilah yang akan kita bahas dalam seminar tersebut,” Agus Widjojo mengakhiri penjelasannya.