Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Resmikan Rapat Pleno PBNU di Purwakarta, Ma'ruf Amin Sampaikan Pesan Jaga Agama Dan Negara

Kiai Ma’ruf berpesan agar selalu menjaga agama dan negara. Menurutnya, menjaga agama supaya tetap berada dalam kerangka pemahaman

Editor: Husein Sanusi
zoom-in Resmikan Rapat Pleno PBNU di Purwakarta, Ma'ruf Amin Sampaikan Pesan Jaga Agama Dan Negara
Istimewa
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Rapat Pleno, Rapat Pleno PBNU tersebut dibuka Wakil Presiden Indonesia terpilih KH Ma’ruf Amin di Pesantren Al-Muhajirin 2, Purwakarta, Jawa Barat 

TRIBUNNEWS.COM - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Rapat Pleno di Pesantren Al-Muhajirin 2, Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (20/9/2019). 

Rapat pleno yang diselenggarakan pada 20-22 September 2019 tersebut dibuka Wakil Presiden Indonesia terpilih KH Ma’ruf Amin.

“Dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, rapat pleno PBNU untuk menghadapi Muktamar NU ke-34, dengan ini saya nyatakan dibuka dengan resmi,” kata Kiai Ma’ruf.

Pembukaan ditandai dengan penabuhan beduk yang dilakukan Kiai Ma’ruf dan didampingi Plt Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Ketua Panitia Nasional Rapat Pleno PBNU 2019 KH Abdul Manan Ghani, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kami, Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika, dan Pengasuh Pesantren Al-Muhajirin Purwakarta KH Abun Bunyamin.

Kiai Ma’ruf berpesan agar selalu menjaga agama dan negara. Menurutnya, menjaga agama supaya tetap berada dalam kerangka pemahaman yang moderat. Hal itu disebabkan tren radikalisme terus meningkat dan besar.

“Karena itu kita perlu melakukan upaya-upaya penangkalan untuk supaya masyarakat kembali memahami ajaran agama ala manhaj tawassuth wal i’tidal, yaitu ala manhaji ahlussunnah wal jamaah an-Nahdliyah,” katanya.

Menurutnya, persoalan tersebut harus segara ditangani agar tidak membahayakan pengembangan paham Islam moderat yang selama ini telah dilakukan NU.

Berita Rekomendasi

Kedua, menjaga negara. Ia mengatakan bahwa upaya ini supaya masyarakat selalu berada dalam kerangka atau bingkai kesepakatan yang diletakkan para pendir bangsa, yakni menyepakati empat pilar, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945. Sebab di sisi lain, terdapat kelompok yang menghendaki sistem lain, seperti khilafah.

“Sebab ada gejala untuk mencoba keluar dari wilayah ini, mencari alternatif-alternatif lain, sehingga menjadi kegaduhan, mencari sistem lain, misalnya bagi kita NKRI itu sudah harga mati,” terangnya.

Sementara itu Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj dalam sambutannya meminta pemerintah, terutama aparat kepolisian agar lebih tegas dalam menghadapi kelompok-kelompok radikal yang mengancam keutuhan negara Indonesia.

Pasalnya, menurut Kiai Said, selama ini kepolisian dianggap kurang serius dalam menangani kelompok-kelompok tersebut, bahkan cenderung melakukan pembiaran.

“Oleh karena itu dari mimbar ini, NU meminta agar kepolisian Indonesia lebih tegas lagi menghadapi kelompok-kelompok radikal, bukan hanya HTI,” kata Kiai Said pada pembukaan Rapat Pleno PBNU

Menurut Kiai Said, kini kelompok-kelompok tersebut telah terang-terangan menghina dan memfitnah para ulama, tokoh-tokoh nasional, hingga Presiden Republik Indonesia.

Kiai Said berpesan agar aparat kepolisian tidak ragu dalam menindaknya. Nabi Muhammad saja ketika di Madinah, katanya mengutip ayat Al-Qur’an, diberikan pesan oleh Allah agar mengusir orang-orang yang membikin keributan di Madinah.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas