Teknologi BioPeat akan Tanggulangi Penyebab Utama Karhutla
Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) menawarkan inovasi untuk mencegah terjadinya penyebab utama kebakaran
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) menawarkan inovasi untuk mencegah terjadinya penyebab utama kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Deputi Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA) Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT), Yudi Anantasena mengatakan inovasi ini ditujukan guna mencegah karhutla.
"Ada BioPeat untuk menyuburkan lahan gambut sehingga dapat dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan tanpa perlu pembakaran lahan" ujar Yudi, Senin (23/09/2019) dalam Forum Merdeka Barat (FMB) 9.
Menurutnya pemanfaatan pupuk hayati biopeat pada tanah gambut mampu meningkatkan ph tanah dari semula pH 3,9 menjadi sekitar pH5.
Baca: Politikus PDIP Minta Jokowi Berani Bicara di Sidang Umum PBB
Baca: Kemenkominfo Batasi Layanan Data di Wamena Papua
Baca: Jadwal Korea Open 2019 - Siapa dan Kapan 4 Wakil Indonesia Tampil?
"Dengan meningkatkan pH tanah gambut, tanah gambut menjadi lebih subur. Sehingga dapat ditanami tanpa membakar"
Dengan teknologi, diharapkan akan jadi solusi untuk masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar.
"Kita tau penyebab utama kebakaran hutan dan lahan pembakaran lahan gambut yang dilakukan masyarakat" ujar
Pejabat Pemerintahan Kesejahteraan Rakyat Pemprov Jambi, Apani Saharudin mengungkapkan rendahnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar menjadi salah satu penyebab Karhutla.
"Anemo masyarakat Jambi untuk berkebun itu dari leluhurnya. Mereka murni buka lahan untuk dibudayakan untuk berkebun. Kadang mrk melanggar rambu" ujarnya
Apani juga membantah tudingan adanya keberpihakan Pemda terhadap korporasi dibanding masyarakat.
"Bukannya membela perusahaan tapi kondisi riilnya kami telah menghimbau masyarakat untuk patuh" ujarnya
Kedepannya dengan teknologi yang dimiliki BPPT diharapkan dapat mengetahui lebih awal bencana Karhutla.
"Kita punya alat sensor mampu mendetekasi air lahan gambut. Kalau air lebih rendah itu akan memberikan sinyal. Sehingga kita bisa memastikan lahan gambut selalu basah" ujar Yudi