Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Turut Tewas dalam Kerusuhan Wamena, Dokter Soeko Marsetiyo Punya Alasan Haru Abdikan Diri di Papua

Alasan haru dokter Soeko Marsetiyo memilih mengabdikan hidupnya di Papua meski diliputi kesulitan.

Editor: Salma Fenty Irlanda
zoom-in Turut Tewas dalam Kerusuhan Wamena, Dokter Soeko Marsetiyo Punya Alasan Haru Abdikan Diri di Papua
TribunMataram Kolase/ Kompas.com Wijaya Kusuma
Soeko Marsetiyo, korban kerusuhan di Wamena dimakamkan 

TRIBUNNEWS.COM - Alasan haru dokter Soeko Marsetiyo memilih mengabdikan hidupnya di Papua meski diliputi kesulitan.

Dokter Soeko Marsetiyo meninggal dunia setelah menjadi korban kebrutalan kerusuhan di Wamena, Jayawijaya.

Mobil yang ditumpanginya dibakar saat Soeko Marsetiyo tengah melintas hingga membuatnya tewas.

Sejak lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, dokter Soeko Marsetiyo memilih untuk mengabdikan diri di tanah Papua.

Dokter Soeko Marsetiyo, yang bertugas di Tolikara, Papua, meninggal setelah menjadi korban kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya.

 Fakta Tragis Kerusuhan Wamena Papua, 32 Korban Tewas Banyak Ditemukan Terbakar dengan Puing Rumah

"Biasa kan ada masa bakti PTT (Pegawai Tidak Tetap), Dia (Dokter Soeko Marsetiyo) memilih dapat di Papua," ujar adik Soeko Endah Arieswati saat ditemui usai pemakaman, Jumat (27/9/2019).

Endah menyampaikan, seingatnya, Dokter Soeko Marsetiyo mendapat masa bakti di Papua selama dua tahun.
Proses pemakaman dr Soeko, salah satu korban kerusuhan Wamena, di Yogyakarta, Jumat (27/9/2019)(KOMPAS.com/WIJAYA KUSUMA)
Proses pemakaman dr Soeko, salah satu korban kerusuhan Wamena, di Yogyakarta, Jumat (27/9/2019)(KOMPAS.com/WIJAYA KUSUMA) ( )

Awal-awal di Papua, Dokter Soeko Marsetiyo sempat bercerita kepada Endah.

Berita Rekomendasi

Saat itu, Dokter Soeko bercerita tentang suka duka di Papua.

• Korban Kerusuhan Wamena Tambah Jadi 30 Orang, Gubernur Papua Minta Kedaulatan Papua Tak Lagi Diusik

"Jarang pulang, ya tahu sendiri terkendala biaya kan PTT di sana gajinya enggak seberapa, apalagi di pedalaman.

Awal-awal cerita mau makan mie saja harganya mahal minta ampun, ya cerita suka duka di sana," urainya.

HALAMAN 2 >>>>>>

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas