Pengungsi: Saya Lihat Pelaku Kerusuhan Wamena Tua-tua dan Berjenggot, Mana Ada Mahasiswa Begitu?
Para pengungsi mengakui bahwa dalam kerusuhan di Wamena, tidak semua warga Wamena terlibat dalam kerusuhan tersebut.
Editor: Hasanudin Aco
Meski demikian, kata dia, Puskesmas Wamena Kota memiliki obat-obatan yang cukup untuk pasien yang sakit.
Lebih lanjut, Lorina mengatakan kondisi pelayanan kesehatan di Kota Wamena berangsur pulih.
Dokter di puskemas bergantian berjaga.
"Kan ada yang pergi, ada yang pulang bawa anaknya. Diganti dengan dokter lainnya," tambahnya.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Wamena, Antonius Manaor mengatakan saat ini sebagian besar puskesmas masih tutup lantaran tenaga medis masih khawatir dengan keselamatan mereka.
"Kalau RSUD itu kan di tengah kota. Kalau ada apa-apa aparatnya bisa cepat datang. Tapi di puskemas ini kan, apalagi yang di pinggir kota, agak pedalaman sedikit, kalau ada apa-apa dengan meraka, kita nggak tahu," kata dokter umum di RSUD Wamena itu melalui sambungan telepon, Kamis (03/10).
IDI Wamena mencatat, kemungkinan dokter yang keluar Wamena karena kerusuhan pekan lalu berjumlah 10 orang.
"Mungkin ada 10. Soalnya kan ada yang dari puskemas, ini dia pergi ada yang nggak lapor ke kita juga," tambah Antonius.
Antonius menambahkan, pihaknya akan memanggil kembali dokter-dokter yang sudah angkat koper dari Wamena. "Tapi itu yang sempat keluar itu, kita usaha untuk panggil lagi. Kan kondisinya sudah mulai tenang, walaupun tetap waspada."
Dalam konferensi pers Senin (30/09) lalu, Menteri Kesehatan Nina F. Moeloek (tengah) menyatakan tenaga medis yang bekerja di wilayah terdampak kerusuhan telah mendapat pendampingan pengamanan dari TNI dan Polri, serta akan ditambah jumlah petugas medis dari tim kesehatan gabungan sipil, Polri dan TNI ke Wamena, Ilaga, dan Tolikara
Saat ini pelayanan kesehatan di Kabupaten Jayawijaya berpusat di RSUD Wamena. Sementara dokter yang bertahan di Jayawijaya berjumlah 35 orang.
"Makanya itu perlu sekali dukungan masyarakat, untuk melindungi para dokter, termasuk tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, di situ, di distrik-distrik, di puskesmas-puskesmas, di mana dokter bertugas," tambah Antonius.
Sebelumnya, sejumlah organisasi dokter mengancam bakal angkat kaki dari Wamena jika pemerintah tidak memberikan jaminan keselamatan.
Hal ini menyusul pembunuhan dr. Soeko Marsetiyo dalam kerusuhan di Wamena, 23 September lalu.