Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Diiming-imingi Lihat Monas, Siswa SD-SMP Ikut Demo Pelajar di DPR

Siswa SD-SMP ikut diamankan dalam demo aksi demo pelajar di DPR, beberapa waktu lalu. Ternyata, mereka diimingi-imingi melihat Monas.

Penulis: Sri Juliati
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Diiming-imingi Lihat Monas, Siswa SD-SMP Ikut Demo Pelajar di DPR
tangkap layar KompasTV
Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Budhi Herdi Susianto mengatakan, ada beberapa siswa SD dan SMP yang ikut diamankan saat demo pelajar di DPR, beberapa waktu lalu. 

Siswa SD-SMP ikut diamankan dalam demo aksi demo pelajar di DPR, beberapa waktu lalu. Ternyata, mereka diimingi-imingi melihat Monas.

TRIBUNNEWS.COM - Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Budhi Herdi Susianto mengatakan, ada beberapa siswa SD dan SMP yang ikut diamankan saat demo pelajar di DPR, beberapa waktu lalu.

Hal tersebut dikatakan Budhi saat program AIMAN yang tayang di KompasTV, Senin (7/10/2019) malam ini.

Budhi menjelaskan, mereka diamankan bersama dengan sejumlah pendemo lain saat istirahat di dekat terminal dan stasiun.

"Bahkan kami menemukan anak SD-SMP, dua orang. Bukan warga Jakarta Utara, dari Cikampek," kata dia.

Baca: Program Aiman di Kompas TV: Unjuk Rasa dan Penggalangan Pelantikan Presiden

Baca: SEDANG BERLANGSUNG Live Streaming Aiman: Misteri Pendemo Jadi-jadian, Siapa Dalang Dibalik Aksi Ini?

Polres Metro Jakarta Utara kembali mengamankan puluhan pelajar yang hendak berangkat menuju ke Gedung DPR RI, Selasa (1/10/2019)
Polres Metro Jakarta Utara kembali mengamankan puluhan pelajar yang hendak berangkat menuju ke Gedung DPR RI, Selasa (1/10/2019) (TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino)

Menurut Budhi, anak SD-SMP ini ikut demo karena dirayu akan diajak ke Monas.

"Dia dinaikkan kereta. Jadi ada yang membujuk mereka, mereka akan diajak ke Monas. Sehingga, namanya anak-anak pengen lihat Monas, mereka tertarik," beber Budhi.

Berita Rekomendasi

Saat ditemukan, murid SD-SMP ini mengenakan seragam Pramuka dan hanya diberi uang Rp 10 ribu.

"Ini yang kami temukan dan mohon maaf, seperti gelandangan di situ karena mereka nggak bisa apa-apa. Beli makan aja, mereka nggak pegang uang," kata dia.

Baca: Penelusuran Massa Bayaran Saat Demo Tolak RUU, Misteri Demonstran Jadi-jadian

Baca: Program Aiman: Misteri Pendemo Jadi-jadian

Akhirnya, sejumlah pelajar yang diamankan, digelandang ke Polres dan diberikan makan-minum.

"Baru mereka cerita, mereka datang ke sini karena dijanjikan," kata Budhi.

Budhi juga membenarkan penelusuran tim AIMAN, pendemo yang diamankan bukan hanya berasal dari Jakarta, melainkan ada yang dari luar kota.

"Jadi ada yang dari Sumedang, Kuningan, Cirebon, Purwakarta, Cikampek, bahkan ada yang Karawang," ujar dia.

Budhi lantas membeberkan kronologi tertangkapnya sejumlah pendemo.

Pihaknya melakukan pengamanan demo pelajar sebanyak tiga kali.

"Yang pertama tanggal 25 (September, red), itu rata-rata pelajar SMK dari Jakarta."

"Dan kalau kami lihat, mereka seperti terkoordinir. Jadi mereka berjalan bersama-sama, bergelombang," ujar dia.

Namun, saat dihalau, ada sosok orang yang dicurigai sebagai penggerak massa, kabur.

Lantas, pada 30 September, polisi juga mengamankan sejumlah pelajar.

Keesokan harinya, pada 1 Oktober, kepolisian menerima laporan dari masyarakat, ada orang yang tidur dengan pakaian anak sekolah di dekat stasiun kereta dan di depan kejaksaan negeri.

Polisi mendatangi lokasi dan mendapati sejumlah orang yang tidur di sana.

"Awalnya kami hanya melihat sekitar 20an, tapi setelah kami sisir di sekitar stasiun dan terminal ada 64," ujar dia.

Tak cukup sampai di situ, kondisi para pendemo yang berpakaian ala siswa SMK ini sangat capek dan lelah.

"Kami tanya, mereka juga belum makan. Kami tanya, mereka mau ke mana? mereka mau pulang," beber Budhi.

Dari 64 orang yang diamankan tersebut, 15 di antaranya bukan pelajar SMK.

Termasuk sosok bernama Rahmat Hidayat dan Widodo yang disebut sebagai pendemo 'jadi-jadian.'

Menurut Budhi, sejumlah orang diminta untuk datang ke DPR untuk 'meramaikan' aksi demo.

"Meramaikan dalam tanda kutip, seperti membuat huru-hara sehingga seolah-olah nantinya membuat chaos."

"Jadi yang tadinya mungkin damai, lancar, dan baik-baik saja, mereka buat seolah-olah ramai sehingga polisi mengejar mereka, dan seterusnya, ini yang dikehendaki si pembuat," tambah Budhi.

Temuan polisi lainnya, ada dua pendemo dari 199 pendemo yang diamankan, positif memakai narkoba.

"Satu positif sabu, satu lainnya positif sabu dan ganja," ujar Budhi.

Kondisi inilah yang menurut Budhi, membuat pendemo begitu brutal melawan polisi, seolah-olah tanpa rasa takut.

Lebih lanjut Budhi bilang, saat mengamankan pendemo 'jadi-jadian' ini tidak semudah mengamankan demo yang dilakukan pelajar SMK.

"Mereka sudah tahu arahnya mau menyebar ke perkampungan, harus menyelamatkan diri ke mana," kata dia.

Lantas, apa efek jera pada para pendemo 'jadi-jadian' ini dan bagaimana cara polisi mencari aktor intelektualis di balik demo ini?

"Kami memberikan treatment tersendiri. Kami lakukan upaya, 1X24 jam sengaja tidak kami pulangkan bersama pelajar."

"Kami ingin menggali lebih dalam, termasuk tadi siapa aktor di belakang mereka."

"Kami juga berkoordinasi dengan Polda Metro Jaya, sedang diusut dan dicari aktor itu," pungkas Budhi.

(Tribunnews.com/Sri Juliati)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas