Menteri Siti Nurbaya Mendadak Ditelfon Jokowi
HP miliknya berbunyi, panggilan dari presiden yang harus direspon cepat
Editor: Rachmat Hidayat
Paradigma menjadi salah satu yang dibenahi dalam menangani, mencegah kebakaran hutan. Dulu, penanganan dilakukan saat kebakaran terjadi.
"November saya masuk (kabinet) saya bilang ke pak Jokowi, pak kenapa baru teebakar (hutan) baru ribut. Kita siaga aja tanpa menunggu kebakaran, beliau setuju. Karena menurut UU menangani bencana salah satunya kesiagaan," katanya.
Baca: Pakar Hukum Sarankan Jokowi Tunggu Hasil Uji Materi UU KPK di Mahkamah Konstitusi
Kemudian, yang diubah adalah dengan terus memonitor daerah daerah yang rawan kebakaran hutan atau yang kerap memunculkan titip api atau hotspot.
Di Bulan Maret ia mencontohkan sudah harus waspada dan di bulan Juli. Agustus, September lanjutnya menjadi waktu yang kewaspadaannya harus ditingkatkan dalam mencegah kebakaran hutan.
"Melihat hotspot juga harus melihat kualitas udara dan menyertakan tentara. Yang kemarin ini, ada 251 ribu, TNI dan polisi yang ikut menangani kebakaran hutan," ungkapnya.
Baca: Menteri Siti Nurbaya, Kerja Senyap dan tak Suka Dandan
Cerita berlanjut. Di tahun 2015 ia mengungkap pernah disuruh pulang secepatnya oleh Jokowi. Padahal saat itu dirinya sedang berada di Norwegia.
Disuruh pulang lantaran harus menangani kebakaran hutan yang terjadi dan beberapa negara sempat protes.
"Saya kemudian mempersingkat perjalanan. Saya dipanggil pulang (oleh Jokowi). Kebakaran hutan saat itu jauh lebih hebat dari sekarang sekitar 2.6 juta hektar yang terbakar," kenangnya.
Diakuinya, ia lebih suka bekerja 'senyap' tak suka berkonflik menanggapi jika ada pihak-pihak yang mengkritisinya.
"Saya menjaga Pak Jokowi. Yang penting kerja saja, kan kelihatan hasilnya," katanya lagi.