Menteri Siti Nurbaya Mendadak Ditelfon Jokowi
HP miliknya berbunyi, panggilan dari presiden yang harus direspon cepat
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, LABUAN BAJO -Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya harus sigap. Saat itu, kebakaran hutan di Provinsi Riau menjadi perhatian serius Presiden Jokowi. Handphone (HP) miliknya kemudian berdering.
Menteri Siti melajutkan ceritanya. HP miliknya berbunyi, panggilan dari presiden yang harus direspon cepat.
"Sehari sebelum Presiden berangkat ke Riau. Telfon ke saya (presiden) saat itu kritis, kebakaran di Riau. Kebetulan di rumah saya ada pengajian persiapan pernikahan anak saya," cerita menteri Siti Nurbaya di sela sela kunjungannya ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (6/10/2019).
Situasi yang serba repot di rumahnya, tak membuat dirinya lambat merespon.
"Kebetulan saya juga akan pidato juga. Meski sedang repot, saya harus jelaskan (kepada presiden) langkah yang sudah diambil terkait kebakaran hutan di Riau," ungkapnya.
Sebelum Presiden Jokowi memutuskan ke Riau untuk meninjau langsung ke lolasi hutan yang terbakar, diakuinya berbagai antisipasi sudah dilakukan jauh jauh hari.
Ia tak memungkiri, penanganan hutan di Provinsi Riau memang agak lambat dibanding provinsi lain yang juga mengalami hal sama.
Baca: Gaya Maskulin Menteri Siti Nurbaya Bergaya Maskulin di HUT ke-74 TNI
"Setelah ditelfon, hampir setiap jam saya lapor ke pak Jokowi. Melaporkan setiap perkembangan, dalam menangani kebakaran hutan," kata dia.
Siti Nurbaya menutirkan, selain terjun langsung ke lokasi kebakaran, kerap berkomunikasi dengan kepala daerah yang wilayahnya terjadi kabakaran hutan. Baik itu Gubernur Kalimantan Barat, Riau termasuk Sumatera Selatan.
"Kalimantan Barat cepat penanganannya, Riau agak lambat. Tergantung kepala daerahnya juga. Kalbar itu cepat menangani kathutla dan memang jago dia (gubernur Kalbar). Setiap gubernur saya telefon satu persatu," lanjutnya.
Baca: Langka, Setelah Hampir 1 Dekade Hengkang, Desta dan Vincent Nostalgia Bareng Clubeighties
"Kalau di Riau kenapa saya bilang beda, sebab kalau ngga salah bupatinya masing-masing punya cara penanganannya beda-beda. Dan gubernurnya juga baru," katanya.
Menteri Siti mengungkap beberapa faktor kebakaran hutan kini lebih sedikit. Salah satunya adalah pola pencegahan yang dilakukan.
Faktor penyebab hutan terbakar selain human error juga karena faktor alam. " Di tempat tempat tertentu, pohon Cemara atau pohon yang ada bulunya,atau yang lancip, bergesek dan kena panas kemudian jadi api dan mudah terbakar," katanya.
"Di jaman pak Jokowi-lah kemudian dibenahi sistem penanganannya.Dibenahi," ujarnya lagi.
Paradigma menjadi salah satu yang dibenahi dalam menangani, mencegah kebakaran hutan. Dulu, penanganan dilakukan saat kebakaran terjadi.
"November saya masuk (kabinet) saya bilang ke pak Jokowi, pak kenapa baru teebakar (hutan) baru ribut. Kita siaga aja tanpa menunggu kebakaran, beliau setuju. Karena menurut UU menangani bencana salah satunya kesiagaan," katanya.
Baca: Pakar Hukum Sarankan Jokowi Tunggu Hasil Uji Materi UU KPK di Mahkamah Konstitusi
Kemudian, yang diubah adalah dengan terus memonitor daerah daerah yang rawan kebakaran hutan atau yang kerap memunculkan titip api atau hotspot.
Di Bulan Maret ia mencontohkan sudah harus waspada dan di bulan Juli. Agustus, September lanjutnya menjadi waktu yang kewaspadaannya harus ditingkatkan dalam mencegah kebakaran hutan.
"Melihat hotspot juga harus melihat kualitas udara dan menyertakan tentara. Yang kemarin ini, ada 251 ribu, TNI dan polisi yang ikut menangani kebakaran hutan," ungkapnya.
Baca: Menteri Siti Nurbaya, Kerja Senyap dan tak Suka Dandan
Cerita berlanjut. Di tahun 2015 ia mengungkap pernah disuruh pulang secepatnya oleh Jokowi. Padahal saat itu dirinya sedang berada di Norwegia.
Disuruh pulang lantaran harus menangani kebakaran hutan yang terjadi dan beberapa negara sempat protes.
"Saya kemudian mempersingkat perjalanan. Saya dipanggil pulang (oleh Jokowi). Kebakaran hutan saat itu jauh lebih hebat dari sekarang sekitar 2.6 juta hektar yang terbakar," kenangnya.
Diakuinya, ia lebih suka bekerja 'senyap' tak suka berkonflik menanggapi jika ada pihak-pihak yang mengkritisinya.
"Saya menjaga Pak Jokowi. Yang penting kerja saja, kan kelihatan hasilnya," katanya lagi.