Polisi Jelaskan Rencana Dosen IPB untuk Gagalkan Pelantikan Presiden
Kombes Suyudi Ario Seto mengungkapkan motif utama dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) Abdul Basith menyiapkan 29 bom ikan berisi paku.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Suyudi Ario Seto mengungkapkan motif utama dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) Abdul Basith menyiapkan 29 bom ikan berisi paku.
Dari hasil pemeriksaan, puluhan bom tersebut untuk menggagalkan pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden RI.
Baca: Pertama Kali dalam 40 Tahun, Pemerintah Iran Izinkan Wanita Menonton Laga Bola di Stadion
Baca: PSSI Umumkan Harga Tiket Laga Timnas Indonesia Kontra Vietnam di Bali
Caranya, kata Suyudi, adalah dengan membuat kerusuhan yakni meledakkan bom ikan berisi paku di sepanjang wilayah Grogol sampai dengan Roxy, Jakarta Barat.
Menurut Suyudi, saat aksi Mujahid 212, Abdul Basith dibantu delapan rekannya membawa misi menurunkan Jokowi sebagai presiden dengan isu karhutla dan revisi UU KPK.
"Dan target utama atau tujuan akhirnya menggagalkan pelantikan Jokowi sebagai Presiden," katanya.
Suyudi mengatakan dari pemeriksaan terhadap 9 tersangka yang mereka bekuk temasuk Abdul Basith, diketahui bahwa mereka berencana membuat kerusuhan di Jakarta dengan tujuan utama menggagalkan pelantikan presiden terpilih, Joko Widodo.
"Jadi tahapan rencana mereka setelah kerusuhan tercipta yakni menurunkan presiden dengan isu karhutla dan revisi UU KPK.
Lalu terakhir yang menjadi target utama mereka adalah membatalkan pelantikan presiden terpilih," kata Suyudi.
Seperti diketahui Abdul Basith ditangkap polisi di rumahnya di kawasan Tangerang pada Jumat (27/9/2018). Di sana didapati 29 bom berisi paku.
Selain Abdul, polisi menangkap 8 tersangka lain, salah satunya pensiunan TNI AL Sony Santoso. Mereka saat ini ditahan di Mapolda Metro Jaya.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan barang bukti yang disita dari rumah dosen IPB Abdul Basith di Tangerang, Sabtu (28/9/2019) lalu adalah bom ikan berisi paku.
Sebelumnya polisi menduga itu adalah molotov.
"Itu adalah bom ikan yang di dalamnya ada paku. Jumlahnya 29. Jadi tersangka AB memberikan dana untuk mendatangkan ahli pembuat bom ikan yang di dalamnya ada pakunya.
Ahli pembuat bom ikan ini dari Papua dan dari Ambon. Mereka diiayai oleh AB, termasuk tiket. Lalu ada dana yang sudah diberikan ke mereka oleh AB sebanyak Rp 8 juta," kata Argo.