Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menyikapi Penyerangan Wiranto, PB PMII Minta Pemerintah Harus Serius Tangani Radikalisme

Agus menambahkan, insiden ini merupakan sinyal kuat radikalisme masih mengancam negara

Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Menyikapi Penyerangan Wiranto, PB PMII Minta Pemerintah Harus Serius Tangani Radikalisme
Kolase KompasTV & Twitter/Ukun Kurnia
Tanggapan psikolog sosial soal insiden penusukan Menkopolhukam Wiranto tak dapat simpati netizen 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) Agus Mulyono Herlambang menilai insiden penyerangan dan penusukan terhadap Menkopolhukam RI Wiranto adalah tindakan yang tidak beradab.

"Apapun alasan dan motifnya, tindakan tersebut tidak beradab dan tidak dapat dibenarkan. Apalagi Pak Wiranto itu adalah Menkopolhukam yang saat penyerangan, beliau sedang melaksanakan tugasnya sebagai pejabat negara," ujar Agus dalam keterangan persnya, Kamis (10/10/2019).

Baca: Keluarga Wiranto di Solo Syok dan Gemetaran Saat Lihat Kabar Penusukan Sang Menteri

Agus menambahkan, insiden ini merupakan sinyal kuat radikalisme masih mengancam negara.

"Pelaku penyerangan yang merupakan suami istri ditengarai terpapar radikalisme. Ini menjadi sinyal kuat bahwa negara masih dalam ancaman radikalisme yang mengatasnamakan agama. Pemerintah harus serius menangani masalah radikalisme ini. Jangan dianggap sepele. Pejabat negara saja sudah diserang seperti itu, apalagi masyarakat biasa yang tanpa pengamanan khusus," ungkapnya.

Baca: Penjelasan KSAD atas Pencopotan Dandim Kendari Terkait Status Nyinyir Istri di Facebook soal Wiranto

Agus mengimbau masyarakat untuk tidak perlu takut terhadap upaya teror yang sengaja diciptakan di tengah-tengah masyarakat.

"Pemerintah harus segera mengkonsolidasikan kekuatan negara bersama masyarakat. Negara kita memiliki Polri, TNI dan BIN. Mereka saya yakin siap untuk menjaga keamanan di tengah-tengah masyarakat terhadap bahaya tindakan radikalisme, ekstrimisme dan terorisme," pungkasnya.

Prabowo jenguk Wiranto

BERITA REKOMENDASI

Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto menjenguk Menkopolhukam Wiranto di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Jumat (11/10/2019) sekitar pukul 18.10 WIB.

Setelah turun dari mobil Lexus putihnya Prabowo ditemani Sekjen Gerindra Ahmad Muzani dan Wakil Ketua Umum Gerindra Sugiono langsung menuju lift.

Prabowo terlihat masih menggunakan kemeja safari putih yang digunakannya saat menemui Presiden Joko Widodo di Istana Negara tadi sore.

Baca: BREAKING NEWS - Seorang Pria Tewas Kecelakaan di Jalan Tanjungpura, Ini Kronologinya

Baca: Kedua Orangtua Fitri Dipulangkan Polisi Tengah Malam, Menutup Diri dan Enggan Temui Tetangga

Baca: Pemerhati Terorisme Ungkap Dugaan Motif Penusukan Wiranto

Rombongan Prabowo terlihat menjenguk Wiranto dalam waktu bersamaan dengan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo.

Banyak tokoh tampak menjenguk Wiranto pada hari ini setelah menjalani operasi pemotongan usus akibat luka tusuk yang dialaminya.


Tokoh yang hari ini menjenguk Wiranto antara lain Menhub Budi Karya Sumadi, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Kepala KSP Moeldoko, Wantimpres Agum Gumelar, Subagyo Hadi Siswoyo, Sidarto Danusubroto, dan lain-lain.

Ditusuk pakai pisau ala ninja

Pihak kepolisian membenarkan bahwa Menko Polhukam Wiranto ditusuk menggunakan pisau ala ninja.

Berdasarkan foto yang beredar, senjata yang digunakan penyerang bernama kunai.

Senjata tajam tersebut digunakan Syahril Alamsyah (SA) alias Abu Rara untuk menusuk Wiranto di Alun-alun Menes, Pandeglang, Banten siang ini, Kamis (10/10/2019).

Senjata tersebut berwarna hitam dengan bulatan di ujung pegangannya.

Pisau yang diduga digunakan pelaku untuk menyerang Menkopolhukam Wiranto
Pisau yang diduga digunakan pelaku untuk menyerang Menkopolhukam Wiranto (Istimewa)

Pada gagangnya, terdapat lilitan tali berwarna merah.

"Benar (pisau itu yang digunakan pelaku)," ujar Kabid Humas Polda Banten Kombes Edy Sumardi saat dikonfirmasi, Kamis (10/10/2019).

Kunai sendiri merupakan senjata yang berasal dari Jepang. 

Pisau itu juga kerap muncul di serial anime Jepang, salah satunya Naruto.

Teknik memegang senjata

Peristiwa penusukan terhadap Menkopolhukam Wiranto mengagetkan semua pihak.

Serangan terorisme yang dilakukan 10 hari jelang pelantikan Presiden Jokowi tersebut membuktikan sel dan jaringan teroris masih ada.

"Pelaku inisial S alias AR secara ideologi menolak Pancasila dan demokrasi, dan Menkopolhukam dianggap sebagai simbol Thaghut atau setan besar yang wajib diperangi," ujar peneliti terorisme UI Ridlwan Habib di Jakarta, Kamis (10/10/2019).

Serangan dilakukan dua orang yang mempunyai mental kejam dan nekad.

Baca: Presiden Jokowi Ungkap Kondisi Wiranto yang Menjadi Korban Penusukan, Harus Jalani Operasi

Baca: Air Mata Ammar Zoni Pecah saat Ceritakan Kecantikan Bayinya, Irish Bella: Mukanya Mirip Ammar

"Mereka berpura-pura sebagai warga masyarakat yang menunggu mobil Menkopolhukam mendekat, jarak pelaku saat menunggu hanya 3 meter dari sasaran, ini kelengahan pihak pengamanan setempat, " kata Ridlwan.

Posisi pelaku sebelum aksi penusukan terjadi kepada Menkopolhukam Wiranto
Posisi pelaku sebelum aksi penusukan terjadi kepada Menkopolhukam Wiranto di Alun-Alun Mens, Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019).

Dari berbagai video maupun foto yang beredar di media sosial, tampak dua pelaku memang menunggu mobil Wiranto datang.

Keduanya berdiri tepat di samping Kapolsek.

Baca: Ammar Zoni Ceritakan Kondisi Mendiang Bayi Kembar, Tangis Irish Bella Pecah & Ungkap Kesalahannya

"Jarak itu memungkinkan pelaku merangsek dari sudut kiri belakang pak Wiranto, sudut itu kosong karena ajudan menghadap ke kanan, " kata Ridlwan yang juga praktisi beladiri KravMaga tersebut.

Dari cara memegang senjata saat dihunjamkan kepada sasarannya, tampak pelaku cukup terlatih.

"Teroris itu memegang senjatanya dengan teknik reverse grip, atau pegangan terbalik yang mengakibatkan daya hunjaman dua kali lebih kuat dari gaya pegang biasa, " ujar alumni S2 Kajian Intelijen UI tersebut.

Ridlwan menilai, informasi kunjungan Wiranto ke desa Menes Pandeglang yang memicu kedua pelaku untuk beraksi.

"Itu jelas tidak spontan, ada niat jahat yang sudah direncanakan, termasuk teknik pelaku menyembunyikan senjata tanpa terdeteksi petugas keamanan setempat, " kata Ridlwan.

Kejadian ini menurutnya merupakan alarm bagi aparat keamanan untuk lebih meningkatkan kewaspadaan.

Posisi pelaku sebelum aksi penusukan terjadi kepada Menkopolhukam Wiranto 2
Posisi pelaku sebelum aksi penusukan terjadi kepada Menkopolhukam Wiranto di Alun-Alun Mens, Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019).

"Evaluasi prosedur pengamanan VVIP, cek ulang peta simpatisan atau orang orang yang terpapar faham terorisme, dan segera lakukan pencegahan dini, " kata Ridlwan.

Meski begitu Ridlwan berharap serangan teroris terhadap Menkopolhukam Wiranto tidak menimbulkan kepanikan dan ketakutan di masyarakat.

"Tujuan kelompok-kelompok teroris memang ingin menyebarkan rasa takut, saling curiga bahkan konflik antar warga, ini harus dilawan dengan kekompakan semua elemen bangsa, " katanya.

Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) menjadi korban penusukan di Menes, Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019).

Wiranto mengalami dua luka tusuk di tubuh bagian depan.

Bukan hanya Wiranto yang menjadi korban, Kapolsek Menes, Kompol Dariyanto yang melakukan pengamanan juga mengalami luka tusuk di bagian punggung.

Baca: Gisella Anastasia Cerita Awal Ketemu Wijin, Katakan Hal yang Tak Bisa Diganggu Gugat oleh Sang Pacar

Kemudian, ajudan Wiranto, Fuad, juga mengalami luka tusuk di bagian dada sebelah kiri atas.

Peristiwa penusukan tersebut terjadi di Pintu Gerbang Alun-alun Menes, Pandeglang, Banten pukul 11.55 WIB.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas