Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pesan Pengamat Untuk Para Buzzer: Kalau Sayang Presiden, Biarkan Kritikan Masuk

Ia menyebutkan, para buzzer tersebut selalu mencoba menghalau kritik yang diarahkan kepada Jokowi dengan cara apapun.

Editor: Adi Suhendi
zoom-in Pesan Pengamat Untuk Para Buzzer: Kalau Sayang Presiden, Biarkan Kritikan Masuk
Tribunnews.com/ Lusius Genik
Pengamat Politik Hendri Satrio (paling kanan) saat menghadiri acara diskusi buzzer dan ancaman terhadap demokrasi di Kantor LBHI, Jakarta, Jumat (11/10/2019). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menilai ada yang salah dengan cara kerja buzzer dalam membela Presiden Joko Widodo (Jokowi) lewat media sosial.

Ia menyebutkan, para buzzer tersebut selalu mencoba menghalau kritik yang diarahkan kepada Jokowi dengan cara apapun.

"Kalau ada kritik mereka halau itu justru salah. Kalau sayang sama presiden biar saja kritikan masuk," kata Hendri Satrio dalam acara diskusi bertema 'Buzzer dan Ancaman Terhadap Demokrasi' di Kantor LBHI, Jakarta, Jumat (11/10/2019).

Baca: Pengamat: Nasib Gerindra Gabung Pemerintah Tergantung Keberhasilan Jokowi Yakinkan Partai Koalisi

Hendri Satrio mengatakankan sikap Buzzer yang senantiasa menghalau kritik terhadap Jokowi justru bisa membahayakan demokrasi Indonesia.

Namun begitu, ia mengaku tidak masalah dengan merebaknya fenomena buzzer di media sosial asal tujuannya postif.

"Buzzer itu banyak kelebihannya. Coba bayangkan, kalau buzzer ngomong sisi positif. Misalnya kayak influence supaya orang minum susu, meski isunya tidak seksi," ungkapnya.

Baca: Wisma Indonesia di Komples KBRI Bangkok Terbakar

BERITA TERKAIT

Di sisi lain, pihaknya punya kiat-kiat agar masyarakat bisa 'membunuh' buzzer-buzzer yang banyak beredar di medsos.
Khususnya yang kerap menyebarkan isu atau opini yang dianggap meresahkan dan menyesatkan masyarakat.

"Tidak usah dibalas. Mereka harus dibalas dengan gerakan ramai-ramai unfollow akun sosmednya," katanya.

Buzzer sudah tidak diperlukan

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko melihat Buzzer atau orang yang mampu mempengaruhi pengikutnya lewat media sosial, sudah tidak diperlukan lagi.

"Dalam situasi ini, bahwa relatif sudah tidak perlu lagi buzzer-buzzeran," ujar Moeldoko di Jakarta, Jumat (4/10/2019).

Moeldoko menjelaskan, dirinya telah mengimbau kepada para buzzer pendukung Presiden Jokowi, yang salama ini tidak pernah dibentuk secara administrasi agar tidak menyampaikan pesan menyakiti pihak lain.

Baca: Politikus PPP Minta KPU Hati-hati Soal Larangan Pemabuk-Pejudi Ikut Pilkada 2020

"Tapi yang diperlukan adalah dukungan-dukungan politik yang lebih membangun, bukan dukungan politik yang bersifat destruktif karena kalau buzzer ini selalu melemparkan kata-kata yang tidak enak didengar, tidak enak di hati dan itu sudah tidak perlu," paparnya.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (Tribunnews.com/ Theresia Felisiani)

"Partai politik itu sudah bersepakat untuk berkoloborasi, maka saya berharap buzzer dari segala penjuru juga harus menurunkan egonya, menurunkan apa itu semangat yang berlebihan dan seterusnya, semangat untuk membangun kebencian harus dihilangkan," sambungnya.

Baca: Mahasiswa Ultimatum Jokowi Soal Perppu KPK, Ngabalin: Jangan Mengancam!

Mantan Panglima TNI itu pun menilai buzzer yang menyampaikan informasi negatif, dapat merugikan pihak yang didukungnya. Oleh sebab itu, Ia pun berharap narasi positif disebarkan dan tanpa emosi.

"Ya kita melihat dari emosi yang terbangun, emosi yang terbangun dari kondisi yang tercipta itu merugikan jadi ya yang perlu dibangun emosi positiflah," kata Moeldoko.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas