Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menkes Mengaku Kaget Dikawal Lebih Ketat Usai Peristiwa Penyerangan Kepada Wiranto

Ia mengaku kaget saat turun dari pesawat dirinya mendapat pengawalan lebih ketat oleh kepolisian setempat

Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Menkes Mengaku Kaget Dikawal Lebih Ketat Usai Peristiwa Penyerangan Kepada Wiranto
TRIBUNNEWS/CHAERUL UMAM
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rizal Bomantama

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moelok menjenguk Menko Polhukam Wiranto di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Selasa (15/10/2019).

Kepada awak media, Nila F Moeloek mengungkapkan Wiranto kini sudah dipindahkan ke ruang perawatan setelah sebelumnya mendapat perawatan intensif di ICU (Intensive Care Unit) usai menjalani operasi pemotongan usus halus akibat mengalami luka tusuk.

Baca: Bom Buatan Kelompok Teroris JAD Cirebon Memiliki Daya Ledak Tinggi dan Mengandung Racun

Nila F Moeloek mengatakan dirinya dan Wiranto sebenarnya bersama-sama mengunjungi Wamena, Papua sebelum Wiranto diserang dua orang tak dikenal di Pandeglang, Banten.

“Sebenarnya saya dan Pak Wiranto bersama-sama ke Wamena. Kemudian saya lanjut ke Palu, Pak Wiranto lalu ke Pandeglang, saya mendapatkan kabar beliau diserang saat saya transit di Makassar,” kata Nila F Moeloek.

Sehari kemudian, tepatnya hari Jumat (11/10/2019) Nila bertolak ke Padang untuk menghadiri ujian S3 di Universitas Andalas.

Ia mengaku kaget saat turun dari pesawat dirinya mendapat pengawalan lebih ketat oleh kepolisian setempat.

Berita Rekomendasi

“Saya kaget saat itu dijemput kapolres setempat dan semua polisi yang ada saat itu mengikuti saya, padahal saya hanya akan menguji sidang S3 di Universitas Andalas. Kapolresnya bilang prosedur dan ketetapannya (protap) seperti itu,” ucapnya

“Saya kemudian menelepon Pak Kapolri kenapa kok banyak polisi yang mengikuti saya, dan beliau jawab memang protapnya diperketat,” katanya.

Nila pun menerima aturan tersebut meski pun dirinya mengaku agak kerepotan jika dijaga terlalu banyak polisi saat kunjungan kerja.

Baca: Kembali Ke Gerindra, Sandiaga Uno Berpeluang Kembali Jabat Wakil Ketua Dewan Pembina

Dia mengatakan penjagaan diperketat hingga pelantikan presiden dan wakil presiden pada 20 Oktober 2019 mendatang.

“Saya harus mengerti keadaan itu tapi saya juga kerepotan kalau diikuti banyak polisi ke mana-mana. Penjagaan ini menunggu Kabinet Kerja I berakhir pada 20 Oktober 2019 dan kami harap setelah itu normal kembali,” pungkasnya.

Rentetan penangkapan terduga teroris pascainsiden penusukan

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto menjadi target serangan teroris yang terpapar radikalime ISIS.

Wiranto ditusuk di Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019) usai menghadiri sebuah acara di Universitas Mathla'ul Anwar.

Polisi langsung mengamankan sepasang suami istri, yakni SA dan FA. Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo, kedua tersangka penyerangan Wiranto tersebut hanya simpatisan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), bukan termasuk dalam struktur.

Baca: Akhirnya Go Public, Rezky Aditya Beri Tanggapan Soal Kabar Lakukan Foto Prewed dengan Citra Kirana

Baca: Prabowo Potong Jawaban Surya Paloh saat Ditanya Sikap Gerindra di Pemerintahan

Baca: POPULER Agresif Mengritik Jokowi, Ternyata Ini Alasan Rocky Gerung Ogah Memuji Prestasi Presiden

SA diketahui hanya rekrutan salah satu tokoh sentral JAD, yakni Abu Zee. Tapi, bukan berarti SA ini langsung masuk ke dalam JAD.

"Afiliasinya saja yang ke JAD. Tidak secara eksplisit bahwa dia (SA) itu JAD," ujar Dedi saat konferensi pers di Gedung Mabes Polri, Jumat (11/10/2019).

Sementara itu, Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror (Densus 88) Polri telah mengamankan Abu Zee pada 23 September 2019 lalu di wilayah Tambun, Kabupaten Bekasi.

Abu zee diamankan bersama delapan teroris lainnya di wilayah Jakarta dan Bekasi yang tergabung dalam kelompok JAD Bekasi.

Jaringan teroris di Bali

Tak berselang lama setelah peristiwa penyerangan terhadap Wiranto, Tim Densus 88 Antiteror dan Counter Transnational and Organize Crime (CTOC) Polda Bali menangkap dua terduga teroris berinisial AT dan ZAI di wilayah Jembrana, Bali, pada Kamis.

Keduanya diketahui berstatus ayah dan anak. Mereka diduga telah berbaiat kepada pimpinan ISIS Abu Bakar Al Baghdadi.

Kepala Bidang Humas Polda Bali Kombes Hengky Widjaja mengatakan, AT memiliki hubungan dengan SA atau Abu Rara, tersangka penusukan terhadap Wiranto. Pasalnya, AT dan Abu Rara tergabung dalam satu grup yang disebut "Menanti Al Mahdi".

Oleh karena itu, AT diduga mengetahui rencana penyerangan terhadap Wiranto.

"AT mempunyai hubungan dekat dengan (pelaku penyerangan Wiranto di Banten) dan berada dalam satu grup 'Menanti Al Mahdi'," kata Hengky melalui keterangan tertulis, Sabtu (12/10/2019).

Jaringan teroris di Jakarta dan Bekasi

Pada Jumat (12/10/2019), Tim Densus 88 Antiteror Polri juga menangkap terduga teroris yang berbaiat dengan kelompok Abu Zee, berinisial TH di sebuah rumah di Jl. Bambu Larangan, Cengkareng, Jakarta Barat.

Berdasarkan pemeriksaan sementara, TH diduga pernah mengikuti idad atau pelatihan di Taman dan Lapangan Perumahan Puri Cendana. Bahkan, TH disebut mengetahui perencanaan aksi amaliyah oleh kelompok Abu Zee.

Saat penggerebekan di kediaman TH polisi menemukan sejumlah barang bukti, di antaranya dua buah bendera, satu lembar foto pahlawan pembela Islam, delapan kertas catatan ISIS, serta sebilah pisau lipat di dalam tas selempang hitam yang digunakan TH.

Pada Minggu (13/10/2019), Tim Densus 88 kembali menggeledah kontrakan seorang teroris berinisial NAS di daerah Tambun, Kabupaten Bekasi.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, NAS diduga terlibat dalam kelompok media sosial pendukung ISIS atau Daulah. Dia juga diketahui berbaiat kepada Al Baghdadi bersama dengan kelompok Abu Zee.

"Dia berbaiat kepada Al Baghdadi bersama dengan kelompok Abu Zee. Bahkan, dia juga pernah membahas tentang khilafah bersama dengan kelompok Abu Zee," kata Argo, Minggu.

NAS juga merupakan ustaz dari organisasi bernama Khilafatul Muslimin. Khilafatul Muslimin merupakan organisasi yang menentang Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan UUD 45.

Saat penggerebekan, polisi menemukan sejumlah barang bukti terkait ISIS di antaranya buku panduan jihad, delapan dabiq buku ISIS, sebuah buku Al Khilafah.

Saat ini, belum ada pernyataan resmi dari polisi tentang keterkaitan penangkapan teroris di Jakarta dan Bekasi dengan peristiwa penusukan Wiranto.

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Rentetan Penangkapan Terduga Teroris Setelah Peristiwa Penusukan Wiranto

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas