Jaringan Teroris JAD Tengah Bereksperimen Kembangkan Bom Berdaya Ledak Dahsyat dan Beracun
Densus 88 menangkap sejumlah terduga teroris di beberapa daerah sejak penusukan Menko Polhukam Wiranto.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, CIREBON - Pasca penusukan Menko Polhukam Wiranto di Menes, Pandeglang, Jawa Barat, Densus 88 melakukan serangkaian penangkapan terhadap terduga teroris di beberapa daerah.
Dari penangkapan tersebut, polisi melihat teroris yang tergabung dalam Jamaah Ansharut Daulah atau JAD terus mengembangkan kualitas terornya.
Para terduga teroris terutama sel JAD di Jawa Barat bereksperimen untuk menghasilkan bom berdaya ledak besar dan mematikan.
Pada Selasa (15/10/2019), Densus 88 Antiteror Polri kembali menangkap dua terduga teroris yang merupakan anggota JAD Cirebon. Mereka ialah S dan LT.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Dedi Prasetyo di Jakarta, kemarin, mengatakan, penangkapan sejumlah anggota JAD Cirebon itu mengungkap adanya perkembangan kualitas bahan peledak yang mereka ciptakan.
Tidak hanya berbahan utama triaseton triperoksida (TATP) yang membuat bom itu berdaya ledak tinggi, tapi bom itu juga diisi urea, metanol, gotri, paku, serta racun abrin yang berasal dari tanaman saga rambat (Abrus precatorius).
”Kandungan racun itu sangat berbahaya karena dapat membunuh manusia. Penggunaan racun itu merupakan hal baru sehingga tim Densus 88 Antiteror masih mendalami dari mana mereka mendapatkan racun itu,” kata Dedi Prasetyo di laman Kompas.com.
Dari hasil pemeriksaan terhadap anggota JAD Cirebon, kata Dedi, diketahui cara-cara pembuatan bom itu dipelajari secara autodidak melalui buku-buku, terutama buku bertema mikrobiologi dan bahan kimia.
”Selain telah menyiapkan bahan peledak, sel JAD Cirebon juga telah menyiapkan LT sebagai pengantin bom bunuh diri,” ujar Dedi Prasetyo.
Lokasi yang menjadi sasaran aksi teror JAD Cirebon ialah sejumlah markas kepolisian dan tempat ibadah di Cirebon.
Dedi menambahkan, tim Densus 88 Antiteror Polri juga menangkap dua terduga teroris lain, yakni JP dan NMA.
Mereka adalah anggota sel JAD Bandung, Jawa Barat. Meskipun belum mengkreasikan bahan peledak seperti JAD Cirebon, tim Densus 88 Antiteror menemukan sejumlah senapan angin dan senjata tajam yang telah disiapkan untuk aksi teror di wilayah Bandung.
Tim Densus 88 Antiteror juga menyita beberapa botol berisi bahan-bahan kimia dari JP dan NMA.
”Kandungan di dalam cairan itu masih diteliti oleh tim Laboratorium Forensik Polri,” katanya.
Dengan begitu, sudah ada 26 anggota JAD ditangkap di daerah-daerah di Indonesia setelah penusukan terhadap Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, 10 Oktober 2019.
Penangkapan tidak hanya berpusat di Banten dan Jawa Barat, tetapi juga berlangsung di Jawa Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Bali.
Selain itu, kemarin, di Kota Semarang, Jateng, juga dilaporkan tim Densus 88 Antiteror kembali menangkap dua terduga teroris yang juga pasangan suami-istri, yakni AM dan MH.
”Tim Densus 88 terus bergerak untuk memitigasi rencana aksi teror di beberapa wilayah. Berdasarkan hasil pemeriksaan anggota teroris yang ditangkap, kami belum menemukan jejak adanya rencana amaliyah pada agenda pelantikan presiden dan wakil presiden, 20 Oktober,” ujar Dedi.
Berkembang
Sejak 2017, jaringan JAD telah memperkenalkan penggunaan bom berdaya ledak tinggi berjenis TATP. Penggunaan bom yang dijuluki ”Mother of Satan” itu digunakan dalam aksi bom bunuh diri di tiga gereja di Kota Surabaya, Jawa Timur, pada Mei 2018.
Satu tahun berselang, tim Densus 88 Antiteror menemukan rencana aksi teror menggunakan bom berjenis TATP yang bisa diaktifkan dari jarak jauh menggunakan Wi-Fi.
Rencana aksi itu terungkap ketika tim kepolisian mengungkap jaringan JAD yang hendak melakukan aksi teror pada agenda unjuk rasa di depan Komisi Pemilihan Umum, Mei 2019.
Menurut peneliti Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya, kualitas bom rakitan kelompok JAD masih kalah dibandingkan dengan bom rakitan kelompok Jamaah Islamiyah pada awal 2000-an.
Hal itu disebabkan anggota JAD tak ada yang pernah bertempur di daerah konflik seperti Mindanao (Filipina), Afghanistan, atau Suriah.
Menurut dia, ”pendidikan” perakitan bahan peledak kelompok JAD didasari buku yang diciptakan pimpinan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) Indonesia, yaitu Bahrun Naim. Buku itu pun disebarkan di internet.
”Generasi baru JAD menggunakan media sosial dan internet tidak hanya untuk mempertebal kelompok, tetapi juga menjadi media untuk mengembangkan kualitas bahan peledak,” kata Harits.
Direktur International Association for Counterterrorism and Security Professionals (IACSP) Indonesia Rakyan Adibrata mengatakan, jaringan JAD akan selalu mencoba jenis-jenis bahan baru dalam menciptakan bahan peledak.
Ia mencontohkan, pada 2017, anggota JAD Jawa Barat diketahui telah berencana menggunakan radioaktif thorium yang digabungkan TATP untuk merakit bom.
”TATP merupakan bahan baru yang digunakan di era NIIS,” ucapnya.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul JAD Bereksperimen, Kembangkan Bom yang Lebih Dahsyat dari Mother of Satan, Kali Ini Juga Beracun, https://jabar.tribunnews.com/2019/10/16/jad-bereksperimen-kembangkan-bom-yang-lebih-dahsyat-dari-mother-of-satan-kali-ini-juga-beracun?page=all.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.