Sebanyak 11 Seismograf akan Dipasang di Maluku
Pemasangan dimaksudkan sebagai upaya memahami lebih lanjut karakteristik gempa susulan pascagempa M 6,5 yang terjadi pada 26 September 2019 lalu.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - BNPB bekerja sama dengan ITB dan BMKG akan memasang 11 seismograf di Maluku.
Pemasangan dimaksudkan sebagai upaya memahami lebih lanjut karakteristik gempa susulan pascagempa M 6,5 yang terjadi pada 26 September 2019 lalu.
Selain itu pemasangan seismograf ini diharapkan juga bisa menjawab kenapa begitu banyak gempa susulan dan Ambon dan apa implikasinya untuk kesiapsiagaan dan mitigasi potensi kejadian yang sama di masa depan.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Agus Wibowo mengatakan, dalam rapat koordinasi pada Kamis (17/10/201) di Pos Komando Penanganan Darurat Bencana Gempa Maluku, rencana pemasangan seismometer dibahas bersama antara Kodam, BNPB, BPBD Provinsi Maluku dan BMKG.
Ia mengatakan, 11 unit seismograf akan dipasang di Ambon sebanyak 4 unit, di Haruku 1 unit, di Saparua 2 unit dan Seram sebanyak 4 unit.
Agus menjelaskan, Berdasarkan arahan Kasdam XVI/ Pattimura Brigjen TNI Asep Setia Gunawan, satu orang babinsa akan bertanggung jawab terhadap setiap titik koordinat rencana pemasangan seismograf kepada Koramil dan Kodim setempat.
Baca: MPR: Persiapan Pelantikan Presiden Sudah 95 Persen
Ia melanjutkan, peserta rapat sepakat bahwa posisi pemasangan alat disesuaikan dengan kondisi di lapangan untuk menjamin keamanan alat selama dua bulan.
"Pemasangan alat tersebut baru akan dilakukan antara BMKG, ITB dan tim teknis Kodam Pattimura pada Jumat (18/10/2019) sampai 10 hari ke depan," kata Agus dalam keterangan resminya pada Kamis (18/10/2019).
Ia mengatakan, BMKG juga telah menganalisis dan memaparkan kepada awak media terkait dengan gempa yang episenter di Kairatu.
"Gempa besar tadi sebelumnya telah dipantau dengan gempa pembukaan dengan magnitudo 1,5 hingga 3,5 sejak 28 Agustus 2019. Sumber gempa tersebut dari segmen sesar Kairatu. Di sekitar kawasan ini, BMKG telah mencatat secara historis gempa besar yang pernah terjadi, seperti gempa 1674 (M 7,8 - 8,0), 1899 (M 7,8), 1948 (M 7,9), dan 1950 (M 7,3)," kata Agus.
Sementara itu, gempa susulan masih terus terdeteksi dan hingga Kamis (17/19), pukul 09.00 WIT BMKG merilis gempa susulan pascagempa M 6,5 sejumlah 1.637 kali.
Ia mengayakan, dari sejumlah gempa susulan tersebut, 184 gempa susulan dapat dirasakan warga setempat.
Data BPBD Provinsi Maluku per Rabu (16/10/2019), pukul 18.00 WIT, mencatat total penyintas berjumlah 103.327 jiwa.
Jumlah penyintas tertinggi berada di Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) sebanyak 90.833 jiwa, sedangkan Kota Ambon 6.251 dan Seram Bagian Barat (SBB) 6.244.
"Gempa dengan magnitudo 6,5 dan berkedalaman 10 km ini menyebabkan 361 luka ringan dan 4 luka berat. Data terkini untuk korban meninggal dunia berjumlah 41 orang, dengan rincian Kabupaten Malteng 18 orang, Kota Ambon 12 dan SBB 11," kata Agus.
Tidak hanya itu, gempa juga menyebabkan kerusakan di sektor pemukiman dan infrastruktur umum.
Total rumah rusak tercatat mencapai 8.753 unit dengan kategori yang berbeda.
"Rincian rumah rusak di Kabupaten Malteng berjumlah 6.416 unit dengan rincian rusak berat (RB) 1.040 unit, rusak sedang (RS) 1.627 dan rusak ringan (RR) 3.749. Jumlah rumah rusak di Kota Ambon berjumlah 1.203 unit dengan rincian, RB 253 unit, RS 261 dan RR 689, sedangkan di SBB RB 298, RS 483 dan RR 353," kata Agus.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.