Darwis Triadi: Saya tahu Pikiran Jokowi lagi Berat
Dan yang berikutnya adalah bagaimana memanfaatkan waktu yang sesingkat-singkatnya itu secara maksimal. Waktunya kan cuma setengah jam.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Foto resmi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Maruf Amin sudah dapat dimiliki masyarakat dan dipajang di kantor lembaga/kementerian hingga sekolah-sekolah.
Namun, banyak masyarakat belum tahu sosok fotografer yang dipercaya memotret orang nomor 1 dan 2 Indonesia itu.
Adalah fotografer senior Andreas Darwis Triadi (65) dipercaya memotret Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2019-2024, Joko Widodo dan Ma'ruf Amin. Ia menyimpan cerita di balik sesi pemotretan tersebut.
Ditemui tim Tribun di Darwis Triadi School of Photography, Mampang, Jakarta Selatan, Jumat (18/10/2019) kemarin, Darwis menceritakan dirinya dituntut aturan atau SOP kenegaraan dan durasi setengah jam untuk menghasilkan karya foto resmi kepala negara dan wakil kepala negara yang baik.
Selain penguasaan teknis dan kemampuan khusus, seorang fotografer untuk foto resmi presiden dan wakil presiden juga harus mengetahui psikologi kedua orang yang hendak dipotretnya.
Baca: Kesan Khusus Jusuf Kalla selama Jabat Wakil Presiden: Pak Jokowi Tahu Detail, Tak Bisa Dibohongi
Darwis mengungkapkan dirinya meyakini Jokowi sebagai presiden tengah memiliki beban pikiran berat menyusul sejumlah gejolak politik, hukum dan keamanan, yang terjadi sebulan terakhir.
Oleh karena itu, ia berusaha membuat Presiden Jokowi untuk rileks atau santai sebelum ia membidik dengan kamera SLR miliknya. Lalu, bagaimana seorang Darwis Triadi bisa melakukan hal itu?
Berikut petikan wawancara reporter Tribun, Dennis Destryawan, dengan fotografer senior Darwis Triadi:
Bagaimana awal mula Anda menjadi official fotografer Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin?
Mungkin karena sebelumnya beliau pernah menggunakan jasa saya untuk membuat profile untuk keperluan kampanye Pilpres 2019 lalu. Dari situ lah saya dipanggil ke Istana Negara untuk bisa memotret foto resm kemarin.
Kebetulan waktu itu yang kontak saya adalah Triawan Munaf (Kepala Badan Ekonomi Kreatif). Mungkin karena beliau (Jokowi) tidak tahu nomor saya. Di situ lah saya diminta motret Bapak (Jokowi) dengan Pak Kiai (Ma'ruf Amin).
Mungkin setelah saya memotret bapak (Jokowi) terjadi sebuah kecocokan. Kalau saya kan seorang profesional, jadi setiap ada tugas saya kerjakan secara maksimal.
Tapi, ada satu hal saya tarik kebelakang itu, saya kepikiran sata saya melihat foto resmi bapak yang dulu (2014-2019) itu foto bapak kok karakternya tidak keluar. Karena aya ini tahu bagaimana teknis lighting, saya fotografer potret. Jadi saya mempelajari itu.
Bukan berarti di sini tidak paham, tapi mungkin secara detail kurang dipahami. Karena motret itu sebetulnya bukan hanya masalah teknis saja. Bapak (Jokowi) sebelumnya bilang, kalau sudah waktunya tepat, kita motret lagi. Ya saya memang mempersiapkan diri untuk itu.
Seberapa sulit mengatur seorang kepala negara untuk dipotret?
Nah, ini kadang-kadang memang menjadi sebuah problem. Hal ini bisa terjadi di Indonesia maupun di negara lain. Pertama adalah sebuah protokoler yang agak, SOP, kadang-kadang bisa menjadi sebuah gap. Tapi kesulitan-kesulitan hanya seperti itu.
Dan yang berikutnya adalah bagaimana memanfaatkan waktu yang sesingkat-singkatnya itu secara maksimal. Waktunya kan cuma setengah jam.
Dan yang ketiga adalah bagaimana saya bisa meyakini Pak Jokowi dan Pak Kiai bahwa saya akan buat sesuatu karya foto yang bagus. jadi, itu harus ada trust. Trust itu muncul dari sikap kita, cara kita meng-handle semuanya. Semua itu berkaitan dengan leadship dan lainnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.