Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Konsep 'Smart Farming' Permudah Petani Identifikasi Kebutuhan Tanaman

Tidak hanya itu, konsep 'smart farming' juga bisa dimanfaatkan untuk penanganan penjualan hasil pertanian.

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Konsep 'Smart Farming' Permudah Petani Identifikasi Kebutuhan Tanaman
dok. Kemendes PDTT
Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Samsul Widodo. 

TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Pertanian salah satu sektor penting dalam membangun ketahanan pangan memerlukan dukungan teknologi untuk memaksimalkan hasilnya.

Daerah tertinggal yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani mulai memanfaatkan teknologi.

Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Dirjen PDT), Samsul Widodo mengungkapkan bahwa konsep 'Smart Farming' secara sederhana bisa diartikan sebagai precision agriculture atau bertani yang tepat, karena dapat mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan dari setiap tanaman.

“Dari pengidentifikasian tersebut, petani jadi lebih paham tindakan apa yang harus dilakukan pada setiap tanamannya. Tanaman mana yang membutuhkan air, tanaman mana yang harus diberikan pestisida, dan tanaman mana yang harus dipupuk,” ujar Samsul Widodo dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Sabtu (19/10/2019).

Baca: Jusuf Kalla JK Butuh 3 Hari untuk Tulis Surat buat Mufidah JK: Orang Bugis Itu Tak Bisa Romantis

Samsul Widodo menambahkan bahwa penerapan teknologi bidang pertanian dapat meningkatkan potensi pertanian karena akan turut menarik perhatian kaum muda untuk ikut serta menggeluti pertanian di daerahnya.

Implementasi 'smart farming' di daerah tertinggal terus digenjot oleh Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PDT).

Pada tahun 2019, Ditjen PDT telah menetapkan 5 kabupaten daerah tertinggal sebagai lokasi pilot project impelemntasi smart farming, yaitu Kabupaten Situbondo, Kabupaten Dompu, Kabupaten Sumba Timur, dan Kabupaten Pasaman Barat.

Berita Rekomendasi

“Pemilihan pilot project tergantung dari komitmen pemerintah kabupaten tersebut dan jenis tanamannya disesuaikan dengan potensi masing-masing daerah,” kata Samsul.

Pada Rabu (16/10) telah dilakukan launching 'smart farming' di Kabupaten Pasaman Barat melalui Gerakan Menyongsong Pertanian 4.0 dan Implementasi Pertanian Presisi.

Kegiatan tersebut diawali dengan penandatanganan Nota Kesepakatan antara Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) dengan PT Mitra Sejahtera Membangun Bangsa (MSMB) yang sudah mulai bekerja sama untuk menerapkan Pertanian Presisi 4.0 di daerah tertinggal sejak 27 Maret 2019.

Selain itu, Implementasi Pertanian Presisi 4.0 di Kabupaten Pasaman Barat juga turut didukung oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Asian Development Bank (ADB), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan Bank Negara Indonesia yang menyediakan fasilitas peminjaman modal melalui program Kredit Usaha Tani dengan sistem bayar pada saat panen.

“Proyek kerjasama antara MSMB dengan Kemendesa PDTT, Kemenkominfo, Bappenas, ADB dan BNI ini diharapkan dapat meningkatkan potensi warga lokal sehingga dapat meningkatkan produktivitas pada daerah-daerah tertinggal di Indonesia” ujar Chief Marketing Officer MSMB, Anita Hesti.

Metode 'smart farming' bukan sekadar tentang penerapan teknologi. Kunci utama smart farming adalah data terukur berdasarkan analisa sensor yang telah dipasang di areal penanaman.

Sensor itu akan memberikan informasi mengenai berbagai hal yang terkait dengan tanaman.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas