Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Siap Kembali Menjadi Dosen, M Nasir Cerita Capaian Kerja 5 Tahun Kemenristekdikti

M. Nasir mengatakan, mulanya dipilih menjadi menteri di Kabinet Kerja Jokowi. Ia mengaku tak pernah terlintas untuk menjadi menteri.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Siap Kembali Menjadi Dosen, M Nasir Cerita Capaian Kerja 5 Tahun Kemenristekdikti
Fransiskus Adhiyuda/Tribunnews.com
Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir saat Bedah Kinerja Capaian Lima Tahun Kemristekdikti, di Gedung Kemenristekdikti, Jakarta Pusat, Jumat (18/10/2019) malam. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengungkapkan perasaannya selama 5 tahun menjabat sebagai menteri.

M. Nasir mengatakan, mulanya dipilih menjadi menteri di Kabinet Kerja Jokowi. Ia mengaku tak pernah terlintas untuk menjadi menteri.

Diakhir jabatannya sebagai Menristekditi, M. Nasir mengatakan keinginannya kembali menjadi dosen.

Hal itu disampaikan M. Nasir saat Bedah Kinerja Capaian Lima Tahun Kemristekdikti, di Gedung Kemenristekdikti, Jakarta Pusat, Jumat (18/10/2019) malam.

Baca: Istana Merdeka Diwarnai Karangan Bunga Ucapan Selamat kepada Jokowi-Maruf

"Saya ingin cerita sebagai menteri bukan cita-cita saya jadi menteri. Saya pada saat diangkat itu pikiran saya kan tetap menjadi rektor. Kalau saya nggak kepilih lagi, saya akan balik lagi jadi dosen," kata Nasir.

Mantan Rektor Universitas Diponegoro mengaku bersyukur bisa dipercaya selama lima tahun masa pemerintahan Jokowi-JK.

M. Nasir pun memaparkan capaiannya selama 5 tahun menjabat sebagai Menristekdikti.

Berita Rekomendasi

Ia menjabarkan capaiannya mulai dari peningkatan publikasi riset hingga motor listrik 'Gesits'.

Setelah terpilih sebagai menteri, Nasir kemudian di hadapan persoalan untuk menggabungkan antara Kemenristek dengan Kemendikbud bidang pendidikan tinggi.

Menurutnya, saat itu mayoritas masalah tertinggi ada di bidang pendidikan yakni perguruan tinggi.

"Masalah paling dominan sampai 60-70 persen ternyata ada di pendidikan tinggi. Berarti setelah pendidikan tinggi dipisah 60-70 persen itu masalahnya berarti penyebab utamanya yang akan menjadi kementerian ini akan jadi masalah," katanya.

"Bisa nggak itu kita perbaiki yang semua itu dari sumber masalah. Alhamdulillah bekerja satu tahun langsung meningkatkan reputasi di pendidikan tinggi dan ristek ini dari WDP menjadi WTP (wajar tanpa pengecualian,red) sampai sekarang," sambungnya.

Nasir juga menceritakan soal penataan sistem online pengurusan jabatan dosen menjadi rektor kepala atau guru besar yang menghabiskan waktu hingga dua tahun.

Menurut M. Nasir, sistem online berdampak pada peningkatan jumlah guru besar yang semakin baik.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas