Menag Fachrul Razi: Saya Bukan Kyai dan Bukan Tamatan Pesantren, Tapi . . .
Pada acara serah terima jabatan (sertijab), alumnus akademi militer itu tak menampik dirinya tak memiliki track record dibidang agama.
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penunjukan Fachrul Razi sebagai Menteri Agama sempat menuai pro-kontra di masyarakat.
Pada acara serah terima jabatan (sertijab), alumnus akademi militer itu tak menampik dirinya tak memiliki track record dibidang agama.
Hal tersebut disampaikan oleh Fachrul Razi dihadapan seluruh pejabat eselon 1 ataupun 2 Kementerian Agama (Kemenag). Di situ, ada pula eks menteri agama Lukman Hakim Saifuddin.
Baca: ST Burhanuddin Cerita Namanya Disingkat ST oleh Guru SD
"Teman-teman sekalian saya bukan Kyai dan juga bukan tamatan pesantren atau sekolah-sekolah agama lainnya," kata Razi dalam paparannya di Gedung Kemenag, Jakarta, Rabu (23/10/2019).
Namun demikian, Razi mengatakan, bukan berarti dia tidak mengetahui sama sekali mengenai pengetahuan agama Islam.
Di lingkungan keluarga sampai karir militer, dia mengaku kerap terhimpun dalam berbagai kegiatan keagamaan.
"Saya dibesarkan dalam sebuah wilayah yang memang Islamnya sangat ketat sehingga dididik orang tua dengan cara yang sangat ketat juga," ungkapnya.
"Setelah masuk ke Akademi Militer, saya tergabung dalam istilahnya itu adalah kelompok taruna yang tugas membina taruna-taruna Islam lainnya agar menjadi lebih baik," lanjutnya.
Di sana, Razi menyatakan kerap mengajar baca Alquran, berdakwah sampai dengan mengajarkan salat. Pasalnya pada eranya, hampir setengah taruna tersebut tidak mengetahui pengetahuan keagamaan.
"Kami ajarkan dan tentu saja kalau saya mengajarkannya tingkat tingkat yang sangat bawah. Kalau soal tingkat lanjutan kan tajwid saya juga kan nggak baik. Kalau masih mengajar untuk bisa bagaimana membaca Alquran itu kami lakukan," jelasnya.
Atas dasar itu, Razi menyatakan, dirinya selalu diminta untuk mengisi khotbah di masjid-masjid yang berada di sekitaran Samarinda. Meskipun dia memahami, pengetahuannya mengenai keagamaan juga cukup terbatas.
"Dimanapun saya berada saat itu pasti saya sudah punya jadwal khotbah di masjid masjid, meskipun pembahasan ayat-ayat saya tidak banyak," tuturnya.
Dia menegaskan, pesan khotbah yang selalu ia sampaikan ialah hal-hal yang sederhana. Yakni, mengenai toleransi dan perdamaian.
"Kalau ada orang yang suka ngikutin saya pasti bilang 'ah temanya pak Fahrul itu selalu gak banyak, cuma islam yang damai, islam yang rahmatan lil Alamin, islam yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, islam yang anti radikalisme, islam yang toleran," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.