Jelang Purna Tugas Laode Syarif Bercerita Bagaimana KPK Mengubah Kehidupannya
Empat tahun sejak 2015 bergelud dengan lembaga antirasuah, nyatanya mengubah kehidupan Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif.
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lima komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 2015-2019 bakalan berakhir Desember mendatang.
Agus Rahardjo, Laode M Syarif, Saut Situmorang, dan Basaria Panjaitan akan memasuki masa purna tugas, terkecuali Alexander Marwata.
Desember nanti, pimpinan KPK baru yang diketuai Firli Bahuri bakal melanjutkan tongkat estafet lembaga pemberantasan korupsi.
Empat tahun sejak 2015 bergelut dengan lembaga antirasuah, nyatanya mengubah kehidupan Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif.
Bak seorang idola Korea Selatan, Pria asal Lemoambo, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara itu kerap kali mencari akal bagaimana ke tempat publik tanpa dikenal masyarakat.
Ia bercerita, satu waktu akan bertolak ke Yogjakarta dan mengharuskannya menumpangi pesawat.
Baca: Ahok Gelar Acara Mitoni di Bulan Ketujuh Kehamilan Puput Nastiti Devi
Agar tak dikenali banyak orang, ia bahkan mengenakan masker dan topi saat menunggu waktu masuk pesawat.
Tiba waktunya, seluruh penumpang masuk ke kabin pesawat. Pesawat yang ia tumpangi adalah Garuda Indonesia.
Saat sudah duduk, Syarif mencopot topinya dan masker. Sementara itu, dua orang di sampingnya sedang membaca koran. Beritanya berkaitan dengan KPK. Kebetulan, wajah yang terpampang adalah Syarif.
"Ketika saya duduk, tetangga kursi saya lagi baca, (terpampang dalam koran) muka saya gede banget. Jadi duh gimana ini. Kalau di Garuda itu kan depannya suka ada koran. Lagi baca suami istri itu sadar ada saya. Waduh saya jadi enggak enak," cerita Syarif kepada Tribunnews.com, Senin (28/10/2019).
Dengan berceletuk, pria yang pernah menempuh S2 Studi Hukum Lingkungan di Queensland University of Technology, Brisbane, itu menyadari rasanya menjadi seorang pelaku korup dan penjahat. Susah bergerak, atau khawatir saat bepergian.
"Saya bisa yakin sekarang bagaimana seorang penjahat," kata Syarif.
Lebih lanjut, ia mengaku ritme kerjanya juga berubah jika dibandingkan dengan karir sebelumnya.
Syarif diketahui pernah menjadi anggota Komite Lingkungan hidup IUCN. Lantaran lebih banyak berkecimpung di bidang lingkungan, ia menyadari hal tersebut kurang 'seksi' untuk diberitakan media massa.
Agar penelitian ataupun kinerjanya terpublikasi, Syarif bahkan mencari-cari wartawan. Ritme itu kemudian berbalik 180 derajat saat menjabat sebagai Wakil Ketua KPK .
Sebagai punggawa antirasuah, ia bahkan mengaku kerap kali menghindari wartawan karena prinsip kehati-hatian. Terlebih menurutnya, kasus yang ada di KPK menjadi sorotan masyarakat luas.
"Dulu waktu di tempat lama susah banget kita bikin konpers kita cari orang, cari wartawan supaya apa yang kami sampaikan itu diliput. Jadi kalau masuk di salah satu halaman meski bukan bagian depan sudah alhamdulillah atau selintas di TV, wah kerjaan kita tersampaikan dengan baik. Setelah di KPK bagaimana menghindari wartawan ini," kata dia.
Di akhir cerita, ia tidak mengatakan secara detail karier apa yang akan ia jalani setelah purnatugas dari KPK. Yang jelas, Syarif memastikan akan tetap konsentrasi terhadap lingkungan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.