Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mewujudkan Perdamaian Bak Melempar Kerikil ke Telaga

Mewujudkan perdamaian itu ibarat melempar kerikil ke telaga. Apapun pengaruhnya yang diharapkan harus diawali dari KEHENDAK BAIK

Editor: FX Ismanto
zoom-in Mewujudkan Perdamaian Bak Melempar Kerikil ke Telaga
TRIBUNNEWS.COM/IST
Alumnus Lemhannas RI PPSA XXI, AM Putut Prabantoro dalam kapasitasnya sebagai Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa), Presiden Dewan Kepausan Untuk Dialog Antar Agama Kardinal Ayuso Guixot dan Markus Solo Kewuta SVD dari Kantor Dewan Kepausan Untuk Dialog AntarAgama, Vatikan, Selasa (15/10/2019). 

Ia menilai rakyat Indonesia secara internal saat ini tengah ditantang rasa kerukunan dan rasa kesatuannya sebagai sebangsa se-Tanah Air yang sudah mulai goyah, mengalami ketidakpastian. Dengan berbagai peristiwa kekerasan, seperti terakhir menimpa Menko Polhukam Wiranto, menurut dia, turut mendukung rasa ketidakpastian di dalam relasi antarmasyarakat. Orang jadi takut dan waswas satu sama lain, selalu curiga yang sebenarnya hal itu tidak boleh terjadi.

Kepada masyarakat Indonesia, Padre Marco berharap, untuk lebih berpikir waras dan lebih bijak dalam menyerap berita, menerima doktrin dan menyikapi pengaruh yang mugkin pada akhirnya menjatuhkan kehidupan berbangsa.

Pasalnya, ia melihat gejala-gejala dan alur yang sama dari negara-negara yang sudah hancur, kini tengah dialami Indonesia. “Alur di negara kita seperti itu, tentu kita tidak mau sampai ke sana (hancur). Karena itu kita harus bekerja sama mencegah hal itu dengan terus menjaga dan meningkatkan kerukunan, persatuan, perhabatan, demi perdamaian,” ujarnya.

Sebaliknya bagi mereka yang merasa tidak puas dengan keadaan yang ada, Padre Marco mengimbau mereka untuk menggunakan jalur-jalur konstitusi yang sudah ada. “Sampaikan aspirasi melalui jalur konsitusi. Kalau menggunakan hukum rimba nanti akan chaos. Kita tidak mau hal itu terjadi,” pungkasnya.

PERDAMAIAN DALAM NEGERI
Sementara AM Putut Prabantoro mengatakan, semua warga negara Indonesia tidak bisa lepas dari kewajiban sebagaimana yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu ikut serta secara aktif dalam perdamaian dunia.

“Syarat utama ikut dalam perdamaian dunia adalah sebagai warga negara Indonesia harus terlibat dulu mewujudkan perdamaian dalam negeri,” tegas Putut Prabantoro.

Ditandaskan Putut, perdamaian bukan soal agama, suku, kelompok atau ras, tetapi soal kehendak bersama untuk membangun harmoni - keserasian, kesesuaian dengan berbagai modalnya yang telah diberikan dan diwariskan pendiri negara serta pemimpin bangsa kepada bangsa Indonesia. Indonesia yang damai inilah yang kelak akan diberikan kepada generasi-generasi mendatang.

Berita Rekomendasi

“Indonesia adalah rumah bersama kita semua. Karena rumah bersama adalah wajib hukumnya bagi setiap warga negara untuk menjaga rumah bersama itu tetap kokoh berdiri. Leluhur Indonesia memberi nasihat yang baik tentang rumah bersama yakni (bahasa Jawa) aja mancal kandang - (ayam) jangan merusak rumahnya sendiri,” jelasnya.

Dalam konteks ini, lanjut Putut Prabantoro, diharapkan NKRI yang menjadi rumah bersama dengan berlandaskan Pancasila harus dijaga kedamaiannya yang diwujudkan dalam Sila Ketiga - Persatuan Indonesia.

“Jika NKRI kehilangan sila ketiga, pada saat itu pula bangsa asing siap menguasai Indonesia dengan segala kekayaannya,” kata AM Putut Prabantoro.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas