Inisiasi Mentan Syahrul Yasin Limpo dalam Program 100 Hari Kerja
Syahrul menegaskan bahwa data luas baku sawah antara Kementan dan Kementerian Tata Ruang harus sinkron per 1 Desember 2019 mendatang.
Editor: Dewi Agustina
Menyiapkan War Room Kostra Tani
Selain pembenahan data, gebrakan Syahrul yang tak kalah penting adalah penyiapkan War Room Sistem Komando Strategis Teknis Pertanian (Kostra Tani).
Sistem ini dipersiapkan untuk memonitor dan mengoptimalkan peran penyuluh di kecamatan sebagai ujung tombak dan garda terdepan ketahanan pangan nasional.
Dalam pelaksanaannya, Mentan Syahrul menyebutkan sistem ini sebagai semacam Pentagon Pertanian Indonesia yang dikendalikan langsung dari Kantor Pusat Kementerian Pertanian di Jakarta.
Secara teknis, kinerja para penyuluh di Balai-balai tingkat kecamatan (BPP) akan dilengkapi dengan data, informasi dan media digital yang bisa memprediksi kapan waktu panen, serangan hama penyakit dan cara pengendaliannya, teknologi budidaya, peluang dan informasi dinamika pasar dalam dan luar negeri, sampai dengan informasi pergerakan Alat Mesin Pertanian (Alsintan).
Mengutip apa yang disampaikan SYL dalam Rakernas Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Perhiptani), di Jakarta, Rabu (30/10/2019), bahwa penyuluh haruslah “dream academic’’ petani yang memiliki kemampuan teknis dan intelektual tinggi.
"Penyuluh adalah otaknya petani, dan manajemen serta hatinya petani, yang selalu mendampingi petani”.
Mereka akan menjadi semacam pasukan kopassus-nya pembangunan pertanian di daerah.
Menurut Kuntro, jika ditafsirkan secara lebih dalam, apa yang dimaksud Mentan SYL adalah tingkatan atau level petani sangat ditentukan oleh penguasaan iptek teknologi pertanian yang diajarkan oleh para penyuluh pertanian di lapangan.
Baca: Mentan Syahrul Tegaskan Persiapkan War Room Kostra Tani di Kementan
Baca: Soal Validasi Data, Langkah Syahrul Diapresiasi Banyak Pihak
Disisi lain, Menurut Kuntoro, Mentan juga memikirkan peran penelitian dan pengkajian di bidang pertanian sangat memnentukan dan akan menjadi perhatian khusus.
Dalam hal ini, hasil riset pertanian harus menjadi inovasi yang dapat dipraktikkan petani di lapangan. Riset pertanian harus secara nyata berkontribusi terhadap peningkatan produksi, serta efisiensi dan efektivitas dari kegiatan usahatani.
Tak hanya sampai disitu, SYL dalam Pengukuhan Proffesor Riset Bidang Pertanian ke 139, 140 dan 141 di Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbangtan) Selasa (29/10/2019), juga menegaskan dan mendorong agar para peneliti di Kementerian Pertanian dan Perguruan Tinggi untuk menunjukkan seluruh kemampuannya dalam menemukan hasil riset baru, varietas baru dan cara bertani yang baru.
Agar petani bisa lebih efektif dan efisien, bahkan mampu menopang kebutuhan pangan industri dan ekspor pertanian yang terus bergerak positif.
Langkah ini sangat penting dalam meningkatkan produksi, serta kualitas produk pertanian.
Sinergi untuk Indonesia Berdaulat Pangan
Menurut Kuntoro Boga, Menteri Pertanian juga berharap para petani, peneliti dan penyuluh mampu bekerja sama dalam mendiseminasi inovasi-inovasi pertanian terbaru.
Dengan begitu, diharapkan tercipta kesadaran yang luas pada pentingnya aplikasi teknologi dan optimalisasi pertanian.
Namun yang lebih penting menurutnya, peneliti sebagai penghasil inovasi juga harus memastikan inovasi-inovasi tersebut mampu dipraktikkan petani di lapangan.
Adapun peranan lain yang juga sebagai titik vital dalam pembangunan pertanian adalah kontribusi pemerintah daerah. Pemerintah daerah wajib terlibat dalam upaya penanganan kerentanan rawan pangan.
Baca: Pesan Amran ke Syahrul Yasin Limpo, Kak Kita Harus Minum Pil Sabar
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.