Cerita Siti Jauharoh Menjadi Juru Ketik Saat Abdul Kahar Mudzakkir Terjemahkan Buku Berbahasa Arab
Siti Jauharoh menjadi wakil keluarga dari Abdul Kahar Mudzakkir saat menerima plakat gelar Pahlawan Nasional dari Presiden di Istana Negara.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Siti Jauharoh selalu mengingat pesan dan kisah bersama ayahnya KH Abdul Kahar Mudzakkir.
Siti Jauharoh menjadi wakil keluarga dari Abdul Kahar Mudzakkir saat menerima plakat gelar Pahlawan Nasional dari Presiden di Istana Negara, Jumat (8/11/2019).
Menurut Siti, ayahnya selalu membekali dan meminta anak-anaknya agar menjadi diri sendiri dan tidak manja.
"Bapak pesan jadilah diri sendiri, lebih baik memberi, jangan manja, bekalilah diri sendiri dengan aktivitas, hobi, dan isi waktu luang dengan sebaik-baiknya," kata Siti saat ditemui di Istana Kepresidenan, Jakarta.
Baca: Mengenal Sosok Abdul Kahar Mudzakkir, Perjuangkan Kemerdekaan Indonesia Lewat Tulisan
Siti pun mengenang saat dirinya masih duduk di bangku kuliah.
Sebagai anggota Perserikatan Muhammadiyah, ayahnya kerap melakukan kunjungan kerja ke berbagai kota.
"Biasanya pagi-pagi bapak naik kereta dan naik becak ke stasiun ke Kota Gede. Saat itu juga saya berangkat kuliah, kalau bapak melihat saya, becaknya diberhentiin oleh bapak dan saya diberi sangu (uang)," kata Siti.
Baca: Gubernur Ali Mazi: Tanda Gelar Pahlawan Nasional Sultan Himayatuddin Akan Disimpan di Keraton Buton
Selain itu, Siti juga mengungkapkan, ayahnya juga dosen di Universitas Islam Indonesia mengajar ekonomi syariah.
"Dulu bukunya bahasa arab, bapak menerjemahkan bukunya dan saya yang mengetik. Itu masih saya ingat," ucap Siti.
Abdul Kahar Mudzakkir lahir pada 16 April 1907 di Gading Selatan, Yogyakarta dan wafat pada 1 Desember 1973.
Ia berkontribusi besar bagi perjuangan bangsa Indonesia, baik sebelum maupun setelah kemerdekaan Indonesia.
Baca: Abdul Kahar Muzakir, Pemikir Muda Muhammadiyah Kini Bergelar Pahlawan Nasional
Ia aktif berjuang melalui Gerakan Pelajar Indonesia dan Perhimpunan Indonesia Raya cabang Mesir sebagai ketua pada 1931 sampai 1936.
Saat kembali ke Indonesia pada 1937-1938, ia melibatkan diri ke berbagai organisasi pendidikan, dakwah, dan politik terutama di Muhammadiyah serta Partai Islam Indonesia.
Ia juga turut terlibat aktif dalam Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) untuk mencanangkan Piagam Jakarta.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.