Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

‘Jenderal Naga Bonar’ Deklarator Partai Gelora: Panjang Diskusinya

Deddy Mizwar optimis dengan pilihannya bergabung dengan Partai Gelora. Ia melihat ada perubahan siklus 20 tahunan.

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in ‘Jenderal Naga Bonar’ Deklarator Partai Gelora: Panjang Diskusinya
Tribunnews/Irwan Rismawan
Mantan Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar berpose saat ditemui di acara Silaturahmi Nasional Partai Gelora di Jakarta, Sabtu (9/11/2019). Tribunnews/Irwan Rismawan 

Artinya partai-partai yang sudah ada saat ini, tidak bisa mengakomodir harapan masyarakat?

Belum tentu. Kalau cepat beradaptasi dengan perubahan, dia akan bisa bertahan. Kalau tidak akan tenggelam. Kita lihat contoh, partai politik yang didukung oleh media massa yang sangat kuat, ya juga tidak bisa berbuat apa-apa.

Karena paradigma yang tidak berubah dari sebuah partai, hanya untuk kepentingan eksploitasi rakyat bagi kepentingannya. Kurang lebih seperti itu.

Termasuk partai Anda yang dilepas sebelum masuk ke Partai Gelora?

Ya, barangkali salah satunya. Kita tidak bisa menuding ya. Karena kelihatan juga penurunan yang signifikan. Dari partai pemenang sampai turun sekali. Ini kan' ada perubahan, dan tidak ada partai yang mencapai 20 persen.

Yang ada malah, yang tadinya masuk parlemen, sekarang ke luar. Yang baru tidak bisa masuk parlemen, tetapi tidak satu pun yang melebihi 20 persen. Ada apa ini sebetulnya.

Sebagai partai baru, tentunya tugasnya akan lebih berat. Bagaimana ke depan?

Berita Rekomendasi

Pasti lebih berat. Tapi kalau kita memahami apa harapan masyarakat saat ini. Perubahan yang kita alami, mungkin akan lebih tepat. Bisa jauh lebih besar, dibandingkan kita pakai paradigma lama. Karena itu kita harus bisa menampung itu semua. Arah baru itu.

Target Partai Gelora sendiri seperti apa?

Kalau itu bisa tanya ke Pak Ketua. Kalau saya dengan kemarin, 2020 sudah bisa masuk calon-calon dari kader kita, bisa masuk Pilkada mungkin dengan partai lain. Bisa terjadi seperti itu. Ini kan' masalah trust dari masyarakat. Maka penting paradigma apa yang kita ubah untuk kepentingan masyarakat.

Bukan masyarakat kita eksploitasi untuk kepentingan elite politik. Kekecewaan-kekecewaan pasti terjadi di masyarakat. Dan mungkin semarang sampai ke titik nadir.

Ada rencana Partai Gelora berkomunikasi dengan pemerintah? Bergabung dan mendukung pemerintah?

Ya jelas harus lah. Kita harus memperkuat dalam arti bikin gonjang-ganjing yang tidak produktif. Kasihan masyarakat. Kan' kita untuk kepentingan masyarakat yang lebih banyak. Untuk apa kita gonjang-ganjing justru merusak stabilitas. Malah mengganggu pertumbuhan ekonomi, kemudian membuat resah orang.

Kan' tidak ada gunanya juga. Tapi bantuan seperti apa yang bisa mendorong, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang lebih baik, keamanan, kenyamanan.

Baca: Gabung Partai Gelora, Deddy Mizwar Bantah Mundur dari Demokrat Diam-diam

Dan yang lebih penting adalah masyarakat banyak merasa terakomodir kepentingannya untuk kembali buat kepentingan masyarakat lemah dan banyak. Karena di sana piramidnya. Kelompok menengah ini semakin besar saat ini. Dan mereka mau berpartisipasi.

Dan mereka sudah mapan, dan tidak perlu lagi buat kepentingan dirinya. Itu sudah semakin besar. Saya kira ini yang perlu diantisipasi. Mereka punya aspirasi. Mereka sudah mau terjun ke politik, berbicara politik.

Anda melihat bergabungnya Gerindra atau Prabowo berkoalisi dengan Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin seperti apa?

Kita kan' selesai. Tiba-tiba menjadi bingung kan', gamang, ada yang masih baper masyarakatnya. Ini kan' paradigma-paradigma yang mesti kita tinggalkan. Kalau kita sudah duga akan masuk Gerindra ini. Tapi tidak menyangka Pak Prabowo sendiri ha-ha. Kemungkinan 2024 PDI Perjuangan dengan Gerindra berkoalisi.

Termasuk Partai Gelora?

Kita belum tahu. Karena kita lagi..mungkin sendiri kalau tidak ada President Threshold. Ha-ha. Kita tidak tahu apa yang terjadi. Tapi yang terpenting adalah kepentingan masyarakat tadi tidak kita manipulir, hanya dengan mengeksploitasi mereka.

Anda sudah selesai. Dan clear ke luar dari Partai Demokrat?

Yang penting sudah sampaikan surat. Pak Syarief Hasan juga bilang, tidak ada yang berlarut-larut dalam proses pengunduran diri seseorang. Sebagai anggota ya. Tidak ada. Pasti dikabulkan. Karena ada hak politik yang harus dihormati.

Saya kira Demokrat sudah dewasalah. Namanya saja Partai Demokrat. Sudah sangat dewasa. Dan tidak hanya sekali, saya kira wajar-wajar saja. Kenapa saya diributkan.

Tanggapan dari Demokrat?

Tidak ada masalah apa-apa.

Baca: Andi Arief Sindir Partai Gelora Besutan Fahri Hamzah: Gelanggang Orang Rapuh

Andi Arief berbicara agak keras mengenai itu?

Ya pendapat-pendapat itu kan' biasa. Jangan baper lah kita. Andi Arief bisa benar, bisa juga keliru. Sama seperti saya, bisa saja benar, bisa saja keliru. Jangan ditanggapi berlebihan. Sahabat-sahabat kita juga mereka.

 Andi Arief bisa saja berbeda dengan Ferdinand Hutahaean. Itu lah demokrasi. Mereka saling menghargai juga. Kita juga harus menghargai karena mereka berbeda pendapat. Karena kita bukan pemilik kebenaran. Kita hanya berupaya untuk menjadi benar. Jadi berfilsafat.

Anda sendiri saat ini sedang sibuk apa?

Makanya saya besok tidak bisa datang ke acara Partai Gelora, karena saya ada shooting (film). Tadi ada shooting pertama, besok shooting hari kedua. Shooting film.

Anda masih aktif di dunia film?

Ya iyalah, wong mata pencaharian gua itu. Ngerampok tidak bisa. Tidak berani ngerampok. Film Tanpa Kata Cinta.

Selain film?

Ya film saja, ada juga untuk shooting sinetron Ramadhan. Tapi kita banyak di film sekarang. Ada enam film sedang kita siapkan.

Anda sebelumnya sebagai tim sukses pasangan Jokowi-Ma'ruf. Ada kekecewaan tidak mendapat posisi di jabatan tertentu?

Memang bantu orang, berharap jabatan. Saya ini kebetulan, Alhamdulillah Allah berikan sesuatu yang tidak orang lain miliki. Spesial. Saya bisa jadi presiden sekarang. Enam bulan, saya tinggal bikin film jadi preside. Ha-ha.

Di film Nagabonar, dipanggil jadi Jenderal. Bikin film Para Pencari Tuhan, dipanggil Pak Haji. Ya bisa jadi apa saja. Belajar lah kita melakukan sesuatu karena memang demi kebaikan, kemaslahatan, bukan tujuan kita untuk jabatan. Sementara saya bisa jadi apa saja. Jadi malaikat saja bisa kok. Apalagi jadi presiden.

Tinggal bikin filmnya, ha-ha. Cuma presiden, cuma menteri. Kita tidak tahu perjalanan hidup kita. Yang penting kita mensyukuri, yang sudah diberikan.

Dan upayakan yang sudah diberikan ini, dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Buat orang banyak. Itu saja. Baik partai ini kah, baik pengetahuan kita. Tidak diciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Allah.

Caranya macem-macem, tidak hanya kiai saja. Kalau kamu Ilmuwan, manfaatkan ilmu kamu untuk masyarakat. Kalau Wartawan, manfaatkan untuk masyarakat. Jangan-jangan cuma bikin berantem saja, masuk neraka nanti.

Baca: Intip Perbandingan Harta Fahri Hamzah & Anis Matta yang Bakal Pimpin Partai Gelora, Dulu dari PKS

Ha-ha. Hanya sensasi, yang penting dibaca orang banyak. Tapi dampaknya masyarakat jadi terpecah, masyarakat jadi memupuk kebencian yang terakumulasi. Ujungnya neraka tuh. Kalau belum taubat. Kayak orang bener ye, ha-ha.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas