Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pilih Partai Gelora Dibandingkan Partai Besar, ini Alasan Deddy Mizwar

Mantan Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar, mengaku telah hengkang dari Partai Demokrat.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Pilih Partai Gelora Dibandingkan Partai Besar, ini Alasan Deddy Mizwar
Muhammad Yusuf/Warta Kota
Deddy Mizwar 

Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Mohamad Yusuf

TRIBUNNEWS.COM -- Mantan Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar, mengaku telah hengkang dari Partai Demokrat.

Kini ia lebih memilih untuk bergabung dengan Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, besutan Anis Matta dan Fahri Hamzah.

Dibandingkan partai politik lainnya yang telah besar seperti PDI Perjuangan, Gerindra, Golkar, dan lainnya.

Baca: Deddy Mizwar: Jadi Malaikat Aja Bisa Kok, Apalagi Jadi Presiden

Baca: ‘Jenderal Naga Bonar’ Deklarator Partai Gelora: Panjang Diskusinya

Baca: Keluar dari Demokrat & Gabung Partai Gelora, Deddy Mizwar: Gelora Bisa Lihat Perubahan di Masyarakat

"Ini mengantisipasi perubahan. Kemudian juga bagaimana mengaktualisasi partai untuk masyarakat apa sih manfaatnya sekarang. Jangan-jangan sekarang sudah sampai titik nadir orang tidak percaya lagi pada partai," kata Deddy ditemui dalam acara Silahturahmi Nasional Gelora (Gelombang Rakyat) Indonesia, di kawasan Kemang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Sabtu (9/11/2019) malam.

Salah satunya, lanjut Deddy, saat melihat peristiwa gabungnya Prabowo Subianto dalam jajaran menteri dibawah naungan Presiden Joko Widodo.

Dimana keduanya, merupakan rival dan dikenal sangat keras.

Berita Rekomendasi

"Tadinya sangat keras antara '1 dan 2', sekarang tiba-tiba gabung kan. Orang-orang pasti bingung. Masih banyak yang baper, segala macam. Ada perubahan paradigma-paradigma tadi. Manfaatnya partai sekarang apa buat kita? Ini yang harus kita lihat, apa yang dirasakan masyarakat dengan hadirnya Gelora Indonesia," jelasnya.

Namun, ia menegaskan bukan berarti partai-partai saat ini tidak bisa mengakomodir harapan masyarakat. Pasalnya, jika partai cepat beradaptasi dengan perubahan, maka akan bisa bertahan.

"Kita lihat contoh, partai politik yang didukung oleh media massa yang sangat kuat, ya juga tidak bisa berbuat apa-apa. Karena paradigma yang tidak berubah dari sebuah partai, hanya untuk kepentingan eksploitasi rakyat bagi kepentingannya. Kurang lebih seperti itu," jelasnya.

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas