Seknas Jokowi Minta Nasdem Jangan Ganggu Koalisi dan Kabinet
Sekretaris Jenderal (Seknas) Seknas Jokowi, Dedy Mawardi mengingatkan Partai Nasdem tidak mengganggu koalisi dan kabinet Indonesia Maju.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Manuver politik yang dilakukan Partai Nasdem belakangan ini mendapat perhatian sejumlah pihak.
Tak terkecuali dari para relawan Jokowi di Pilpres 2019.
Sekretaris Jenderal (Seknas) Seknas Jokowi, Dedy Mawardi mengingatkan Partai Nasdem tidak mengganggu koalisi dan kabinet Indonesia Maju.
Partai Nasdem, kata Dedy, harus konsisten dalam menunjukkan sikapnya.
"Kalau Nasdem ingin tetap di Koalisi Indonesia Maju, konsisten saja. Kalau tidak konsisten, maka tidak baik untuk pembelajaran politik," ujar Dedy di Jakarta, Sabtu (9/11/2019).
Baca: Kongres NasDem: Surya Paloh Sindir Balik Jokowi hingga Pujian Anies Baswedan
Baca: Anies Baswedan Hadir di Kongres ke-2 Partai Nasdem, Panitia: Diundang Sebagai Gubernur DKI Jakarta
Dedi menilai manuver Partai Nasdem belakangan ini terjadi karena kekecewaan atas proses pembentukan kabinet Jokowi-Amin.
Menurut Dedy, jika tidak kuat dengan kekecewaan tersebut, lebih baik mundur dibandingkan bermain dua kaki.
"Jadi, tidak usah main dua kaki. Kalau kecewa dengan susunan kabinet, jadi oposisi saja, tarik semua menterinya dari Kabinet Indonesia Maju. Itu lebih terhormat dan elegan, daripada dia menjadi pengganggu di kabinet," tandas dia.
Menurut Dedy, menjadi oposisi juga merupakan pilihan yang terhormat dan mulai. Partai Nasdem, kata dia, bisa bergabung dengan PKS dan PAN di oposisi.
"Daripada dia (Nasdem) di dalam (kabinet dan koalisi), dia mengganggu-ganggun menyinggung-nyinggung dan menghambat kerja kabinet Jokowi-Ma'ruf, itu nggak bagus untuk pembelanjaran politik," ungkap dia.
Lebih lanjut, Dedy menilai langkah Ketum Nasdem Surya Paloh memberikan tempat istimewa kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sudah jelas berorientasi untuk Pemilu 2024.
Menurut Dedy, langkah tersebut sebenarnya sah-sah saja termasuk jika Surya Paloh membangun komunikasi dengan tokoh lain dan partai politik lainnya.
"Namun kalau dia (Nasdem) masih dalam koalisi, dia tidak menghormati prinsip koalisi, tentu tidak etis. Dia mengundang Anies di pembukaan (Kongres Nasdem) dan tidak mengundang Jokowi, itu terlalu kentara, menempatkan Anies dan Jokowi apple to apple, menurut saya sesuatu yang tidak elok," pungkas Dedy.