Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bentuk Partai Gelora dan Jabat Wakil Ketua Umum, Fahri Hamzah Ungkap Alasan Keluar dari PKS

Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah mengungkapkan alasan dirinya keluar dari PKS.

Penulis: Nuryanti
Editor: Fathul Amanah
zoom-in Bentuk Partai Gelora dan Jabat Wakil Ketua Umum, Fahri Hamzah Ungkap Alasan Keluar dari PKS
TRIBUN/ILHAM RIAN PRATAMA
Inisiator Partai Gelora Indonesia Fahri Hamzah memberikan keterangan usai perkenalan partai baru tersebut di Jakarta, Minggu (10/11/2019). Partai Gelora Indonesia yang akan diketuai oleh Anis Matta tersebut menargetkan deklarasi resmi Partai Gelora Indonesia akan berlangsung pada awal Bulan Januari 2020, usai merampungkan dokumen pendaftaran kepengurusan partai di Kementerian Hukum dan HAM. TRIBUNNEWS/ILHAM RIAN PRATAMA 

TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora) Fahri Hamzah, mengungkapkan penyebab dirinya keluar dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Menurut Fahri Hamzah, di dalam PKS susah untuk membangun dialog antar anggota.

"Kalau kita menyebut PKS mungkin publik tahu dari waktu ke waktu, memang di PKS itu kita susah membangun dialog ya," ungkapnya, Selasa, (12/11/2019), melihat tayangan YouTube KOMPASTV.

Fahri menyebut jika banyak hal yang dilakukan oleh pimpinan PKS yaitu Sohibul Iman yang tidak boleh dipertanyakan, termasuk pemecatan dirinya.

"Banyak hal yang dilakukan pimpinan tidak boleh dipertanyakan, sampai saya menghadapinya, direkayasa dengan pemecatan yang tidak ada dasarnya," ungkap Fahri.

Ia mengatakan jika PKS itu seperti mesin yang tidak ada dialog antar anggota.

"Tapi begitulah partai yang seperti mesin ya, tidak ada dialog," katanya.

BERITA REKOMENDASI

Dari penuturannya, banyak anggota PKS yang mengalami kejadian seperti yang dialami dirinya.

"Sebenarnya banyak yang mengalami seperti itu di PKS, termasuk penyingkiran Anis dan banyak sekali," jelas Fahri.

Ia kembali menjelaskan jika dalam PKS susah terjadi dialog karena selalu timbul perasaan yang tidak baik di antara kader dan partai.

"Jadi susah kalau dialog, jika sudah terdorong mengajak dialog, selalu ada perasaan bahwa partai itu superior, bahwa kader itu tidak ada apa-apanya, kader itu harus ikut," ungkap Fahri.

Sikap PKS yang menurutnya salah itu sudah keluar dari tradisi bernegara dan berdemokrasi.


Ia menambahkan, generasi baru di PKS juga mempertanyakan hal yang sama.

"Saya kira seperti itu yang menjadi dasar, sehingga banyak sekali generasi baru di partai ini yang mengajukan pertanyaan yang sama," lanjutnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas