Tiga Tahun Berdiri, Vox Point Indonesia Gelar Kongres I di Jakarta
Vox Point Indonesia akan menggelar Kongresnya yang pertama pada 15 – 17 November 2019 mendatang.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Vox Point Indonesia akan menggelar Kongresnya yang pertama pada 15 – 17 November 2019 mendatang.
Mengambil tempat Kongres di Wisma Samadi, Klender, Jakarta Timur, Kongres I Vox Point Indonesia yang mengambil tema ‘Mengakarkan Nilai-Nilai Pancasila Wujudkan Indonesia Maju,”.
Kongres I ini diharapkan menjadi titik pijak untuk perjalanan organisasi ke depan khususnya dalam misi utama mengembangkan nilai-nilai kebangsaan dan meningkatkan partisipasi kader awam Katolik dalam mengisi ruang-ruang publik di masyarakat, baik di level eksekutif maupun legislatif, termasuk di lingkungan TNI – Polri, dunia usaha, akademik, dan pergerakan sosial kemasyarakatan.
Ketua Umum Vox Point Indonesia Yohanes Handoyo Budhisejati menegaskan waktu tiga tahun yang lewat sejak Vox Point Indonesia didirikan pada 12 MAret 2016 banyak catatan sejarah yang sudah ditorehkan.
Tiga tahun perjalanannya, Vox Point Indonesia kata Handoyo terus mendorong keterlibatan aktif dalam percaturan politik tanah air baik melalui jalur eksekutif maupun legislative bagi para kadernya di seluruh Indonesia.
Vox Point Indonesia juga lantang menyuarakan pesan politik kebangsaan dan terlibat aktif dalam dinamika politik Tanah Air, baik pilkada, pileg maupun pilpres.
Komunikasi dengan berbagai pihak baik hirarki, Ormas-ormas kebangsaan, partai-partai politik, lembaga-lembaga Negara maupun para tokoh-tokoh bangsa terus giat dilakukan.
Berbagai agenda internal organisasi juga terus berjalan melalui beberapa program seperti Rekoleksi Politik yang sudah memasuki angkatan ke-7, Diskusi Politik yang digelar setiap bulan dan Pendidikan Politik, termasuk pengembangan organisasi sehingga tanpa terasas Vox Point Indonesia kini telah tersebar di 17 Provinsi atau Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan 60 kabupaten kota atau Dewan Pimpinan Wilayah (DPW).
“Sudah tiga tahun berlalu, saya melihat ini adalah karya Tuhan, Ada campur tangan Ilahi dalam perkembangan Vox Point Indonesia sampai saat ini. Lebih dari itu, hal ini juga menjadi tantangan agar agenda besar mengawal isu-isu kebangsaan terus kita lakukan, karena tantangan dan dinamika hidup berbangsa dan bernegara yang saat ini makin kompleks. Maka tentu saja melalui Kongres ini kita makin memantapkan lagi perjuangan dan komitmen kebangsaan seluruh pengurus dan kader di seluruh Indonesia sehingga kontribusinya menjadi makin nyata lagi di tengah masyarakat,” ungkap Handoyo.
Suara yang Tak Bikin Gaduh
Menengok ke belakang, Vox Point Indonesia atau Vox Populi Institute (Point) Indonesia lahir dari suatu kebutuhan dan kegelisahan.
Salah seorang inisiator, Bambang Sunanta menyebutkan dengan nama ini Vox Point Indonesia benar-benar bertekad menjadi Suara (Vox) yang menyuarakan kepentingan kebangsaan dan itu adalah suara yang benar-benar lahir mewakili kepentingan rakyat atau umat (Populi).
Bukan hanya itu VPI juga ingin menjadi wadah pergerakan, serta pemberdayaan dan kajian sosial politik dan kenegaraan (Institute) di tengah keringnya diskursus kebangsaan.
“Artinya semua perjuangan kita di tengah masyarakat, bagi Gereja, bangsa dan Negara betul-betul menjawab kebutuhan umat dan masyarakat dengan basis refleksi yang mendalam dan terukur. Menjadi suara saat ini tentu saja bukan untuk ikut meramaikan saja ata sekedar menciptakan ‘noise’ atau kebisingan tetapi benar-benar suara atau ‘voice’ yang mendorong perubahan, karena lahir dari suatu proses refleksi yang dalam,” kata Bambang.
Ditambahkan oleh Ketua Umum Yohanes Handojo Budhisejati bahwa dengan misi kebangsaannya, Vox merupakan suara kebangsaan yang bermuara pada tetap tegaknya 4 pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
Karena mengedepankan politik kebangsaan, Vox menurut Handojo berdiri di atas semua golongan dan kelompok serta partai politik apa pun.
“Ada banyak dinamika hidup berbangsa dan bernegara yang memungkinkan kita ditarik dalam berbagai kepentingan tetapi tidak kita lakukan karena kita ingin betul-betul menjawab secara jernih tantangan kebangsaan kita saat ini. Termasuk banyak perkiraan bahwa Vox terlibat politik praktis, itu tidak kita lakukan karena politik kita adalah politik kebangsaan. Di atas segala-galanya, adalah kepentingan bangsa, persatuan dan keutuhan bangsa,” tukas Handojo.
Dalam kerangka itulah menurut Handojo komunikasi terus aktif dilakukan, baik pada para tokoh, partai-partai politik, Ormas, silaturahmi antar umat beragama, tanpa membeda-bedakan.
Di tengah banyak kecurigaan antar elit saat ini karena dinamika politik, Vox ingin menjadi ‘jembatan’ yang bisa melintasi semua kelompok kepentingan.
“Bagi Vox di atas segala-galanya adalah persatuan bangsa, sehingga sekeras apa pun perseteruan politik, sekencang apa pun dinamikanya, kita tetap akan bertemu pada satu titik yaitu keutuhan bangsa. Ini tidak bisa kita tawar dan kompromikan lagi. Maka bagi kami yang utama adalah kita harus menjadi jembatan bagi satu sama lain dan bukan membangun tembok yang saling memisahkan. Mengutip Kata Bapa Kardinal Ignatius Suharyo, Allah itu pada dasarnya mempersatukan, bukan memisah-misahkan,” ungkap Handojo.
Menanti Aksi Nyata Kebangsaan
Jelang momentum Kongres I Vox Point Indonesia, Moderator DPN Vox Point Indonesia Ronney Neto Wuli mengungkapkan bahwa perjalanan Vox Point Indonesia adalah sebuah perjalanan mendayung biduk di tengah berkelindannya berbagai dinamika dan kepentingan hidup berbangsa dan bernegara yang tetap tidak kehilangan warna dan jatidirinya.
“Kalau ada filosofi terlarut tetapi tidak terhanyut, maka itulah Vox Point Indonesia. Tinggal sekarang bagaimana kita konsisten melakukan aksi nyata kebangsaan yang dibutuhkan oleh bangsa ini,” tegas Dosen Universitas Pertahanan Indonesia tersebut.
Tiga tahun perjalanan Vox Point Indonesia kata dia adalah waktu yang sangat singkat dan sudah saatnya untuk merumuskan langkah nyata kebangsaan yang benar-benar dibutuhkan oleh bangsa ini.
“Artinya pada tataran wacana atau diskursus kita bisa terus berupaya tetapi langkah yang tak kalah penting adalah aksi nyata itu yang sedang ditunggu-tunggu,” kata Ronny.
Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia sekaligus Dewan Pakar Vox Point Indonesia Johnny G Plate mengungkapkan Vox Point Indonesia harus hadir menjadi pembeda dari organisasi kebanyakan.
Dalam konteks itu Vox kata dia harus memiliki Sumber Daya Manusia yang kompoten dalam ilmu-ilmu politik dan pengetahuan yang mumpuni untuk mendidik kader-kader yang ingin terjun dalam politik praktis.
"Vox Point Indonesia jangan hanya menyerukan pesan-pesan dan nilai-nilai tentang politik, Vox Point Indonesia harus melakukan sesuatu yang lebih nyata untuk membantu orang-orang yang ingin terjun dalam politik," papar Johny.
Sebagai sebuah wadah pengembangan kader politik, Vox Point Indonesia diharapkan dapat menjadi penghubung calon-calon itu kepada partai politik peserta pemilu.
“Saatnya sangat tepat untuk menyiapkan kader-kader itu supaya memiliki posisi tawar atau bergaingin position. Saya sangat yakin Vox Point Indonesia bisa melakukan itu dan tentunya dengan komitmen yang kuat,” ungkapnya.
Wasekjen Vox Point Indonesia Ervan Tou menambahkan pada fase kedua ini Vox akan melakukan penguatan internal organisasi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan mulai dari menata manajemen keorganisasian hingga menata sumber daya manusia (SDM).
“Nantinya akan ditempatkan orang-orang yang sesuai dengan bidangnya. Selain itu mereka juga harus mengetahui roh dari Vox Point Indonesia dan kemana arah organisasi ini berlangkah,” kata Ervan.
Ketua Steering Committee Kongres I Vox Point Indonesia Eusebius Binsasi menjelaskan, dengan semangat mengakarkan nilai-nilai Pancasila diharapkan Vox Point Indonesia makin memperlihatkan komitmennya pada kemajuan bangsa dan Negara.
“Dengan berbagai tantangan yang ada saat ini kami rasa sangat relevan jika kita mengedepankan secara gamblang nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bersama kita sebagai bangsa dan Negara. Dengan terang Pancasila itulah kita mendorong bangsa ini untuk terus maju,” ungkap Mantan Dirjen Bimas Katolik tersebut.
Ketua Panitia Yacobus Bouk memastikan acara ini akan dihadiri oleh delegasi dari 17 DPD (provinsi) dan 60 DPW (Kabupaten/Kota) dan seluruh pengurus Dewan Pimpinan Nasional dengan jumlah peserta 200 orang.