Fahmi Idris Kurang Setuju Jika Ketua Umum Golkar Dipilih Secara Aklamasi
Politikus senior Golkar, Fahmi Idris, turut menanggapi isu aklamasi dalam pemilihan Ketua Umum Golkar.
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus senior Golkar, Fahmi Idris, turut menanggapi isu aklamasi dalam pemilihan Ketua Umum Golkar.
Ia mengatakan sebaiknya pemilihan ketua umum Partai Golkar dilakukan secara voting.
"Saya termasuk yang kurang setuju kepada aklamasi, biarkan saja siapa memilih calonnya dan bebas saja," ujar Fahmi Idris usai acara diskusi di Senopati, Jakarta Selatan, Selasa (19/11/2019).
Meski tidak menyetujui akan adanya aklamasi, Fahmi Idris mengaku tidak akan melawan putusan apapun terkait proses penentuan Ketua Umum Golkar.
Baca: LSI Sebut Transformasi Kepemimpinan Menjadi Tantangan Bagi Golkar dalam Pemilu 2024
"Saya yang kurang setuju (aklamasi), tapi saya juga tidak bisa menentang," ungkap Fahmi.
Ketika ditanya soal siapa yang lebih kuat untuk menjadi calon ketua umum Golkar, Fahmi Idris menilai baik Bamsoet maupun Airlangga saat ini mempunyai kekuatan yang sama.
Baca: Bamsoet Klaim Didukung 347 DPD Untuk Jadi Ketum Golkar
Selain itu, kedua nama besar tersebut menurutnya memiliki kemampuan untuk memimpin partai berlambang pohon beringin tersebut.
"Oh kedua-duanya punya konsep itu untuk memajukan Golkar yang saya perhatikan selama ini. Di samping itu keduanya juga punya kemampuan untuk memajukan partai Golkar," ucap Fahmi Idris.
LSI Sebut Transformasi Kepemimpinan Menjadi Tantangan Bagi Golkar dalam Pemilu 2024
Direktur Eksekutif Lembaga Survey Indonesia (LSI), Djayadi Hanan, mengatakan tranformasi kepemimpinan nasional akan terjadi pada tahun 2024.
Menurutnya, transformasi kepemimpinan merupakan sebuah proses kelahiran seorang pemimpin baru yang cenderung tidak memiliki kaitan terhadap isu-isu primordial atau organisatoris masa lalu.
Fenomena ini dinilainya menjadi sebuah tantangan bagi Golkar terutama dalam upayanya memenangi Pemilu 2024 mendatang.
Baca: Pontjo Sutowo: FKPPI Solid Hadapi Munas Golkar
"Kepemimpinan Jokowi masih saya anggap kepemimpinan nasional yang sifatnya transisi karena kalau kita bicara kepemimpinan, kita tidak bicara figur satu orang tapi keseluruhan generasi yang mengelola bangsa itu," ujar Djayadi Hanan dalam diskusi 'Golkar Mempersiapkan Transformasi Kader Bangsa' di Jenggala Center, Senopati, Jakarta Selatan, Selasa (19/11/2019).
Baca: Ahok Dikabarkan Jabat Bos BUMN, Iwan Fals Sebut BTP dengan Julukan Seperti Ini
Menurutnya generasi yang mengelola Indonesia saat ini adalah campuran antara pemimpin yang betul-betul baru muncul setelah reformasi dengan para pemimpin yang sudah ada sebelumnya.
Djayadi Hanan menyebut generasi milenial akan menjadi generasi pemimpin nasional pada 2024 dan dimungkinkan akan terjadi banyak perubahan.
Baca: Aklamasi Dinilai Hilangkan Tradisi Demokrasi di Golkar
Hal itu berkaitan dengan munculnya pemimpin lokal yang bertaraf nasional seperti dicontohkan beberapa walikota hingga gubernur.
"Itu isu yang pertama saya kira yang perlu dijawab partai yang bertanggung jawab memang salah satu tugas partai adalah political rekrutmen," ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.