Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Uang Suap Untuk DPRD Lampung Tengah Dimasukkan Plastik Hitam dan Diikat Karet

Anggota DPRD Lampung Tengah periode 2014-2019, Bunyana, mengungkap proses pemberian uang korupsi dari Bupati Lampung Tengah nonaktif, Mustafa.

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Uang Suap Untuk DPRD Lampung Tengah Dimasukkan Plastik Hitam dan Diikat Karet
Glery Lazuardi/Tribunnews.com
terdakwa 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota DPRD Lampung Tengah periode 2014-2019, Bunyana, mengungkap proses pemberian uang korupsi dari Bupati Lampung Tengah nonaktif, Mustafa.

Menurut dia, uang korupsi diberikan kepada para pimpinan fraksi pada suatu pertemuan.

Dia membagi-bagikan uang Rp 2 Miliar menjadi enam bagian, lalu dibungkus plastik hitam dan diikat karet.

Uang itu diberikan agar legislator menyetujui rencana pinjaman daerah Kabupaten Lamteng dari PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dan pengesahan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2018.

Baca: Mantan Ketua DPRD Lampung Tengah Akui Sudah Kembalikan Uang Kepada KPK

"Saya menyimpan di keresek hitam, enam untuk setiap fraksi sesuai tulisan di situ. Saya ikat karet," ujarnya saat memberikan keterangan saat pemeriksaan terdakwa di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis (21/11/2019).

Upaya itu dilakukan setelah Bunyana diperintah mantan Wakil Ketua DPRD Lampung Tengah, Natalis Sinaga.

Berita Rekomendasi

Natalis memerintahkan Bunyana membawa uang senilai Rp 2 Miliar.

Dia tidak merinci jumlah uang dan fraksi-fraksi yang menerima.

Baca: Sempat Terlewat, Raperda Kawasan Tanpa Rokok Diprioritaskan DPRD DKI Rampung 2020

Dia mengaku menerima Rp 30 juta dari bagi-bagi jatah itu.

Sebelum pemberian uang itu, kata dia, Natalis memerintahkan untuk tidak segera membagi-bagikan uang itu.

Sebab, Natalis merasa sudah terdeteksi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Sehingga, Bunyana sempat menyerahkan uang itu kepada sopirnya.

"(Uang,-red) ada tiga hari di sopir saya. Saat itu sangat tidak kondusif sepertinya sudah tercium KPK. Natalis memerintahkan saya suruh menunggu aman. Makanya saya suruh uang dibawa dulu ke kampung sopir," kata Bunyana.

Baca: Kisah di Balik Kopi Maut yang Disajikan kepada Dua Blantik Sapi di Lampung

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas