Menteri Agama: Jadi Pemimpin Tidak Boleh Bodoh
Ia mencontohkan saat Rasullullah menandatangani Perjanjian Hudaibiyyah yang dinilai para sahabat akan merugikan umat muslim.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan menjadi pemimpin harus cerdas dalam mengambil keputusan.
Hal itu disampaikannya saat memberikan sambutan dalam forum Indonesia Islamic Young Leaders Summit 2019, di Gedung Nusantara V DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta, Sabtu (23/11/2019).
Ia mencontohkan saat Rasullullah menandatangani Perjanjian Hudaibiyyah yang dinilai para sahabat akan merugikan umat muslim.
Baca: Kementerian Agama Sebut Ada Dua Pesantren yang Terindikasi Terpapar Radikalisme
"Tapi Rasulullah dengan kecerdasannya mengatakan tidak, ini sangat menguntungkan bagi pasukan muslim. Dan betul sekali, perjanjian itu tadinya diminta untuk ditaati 5 sampai 10 tahun dalam waktu hanya 1 sampai 2 tahun saja kafir Quraisy sudah minta dibatalkan karena sangat merugikan mereka," kata Menag Fachrul.
"Pemimpin tidak boleh hanya bodoh, hanya mendengarkan saran saja. Dia sewaktu-waktu bisa mengambil keputusan yang paling tepat meskipun stafnya mengatakan tidak baik," imbuhnya.
Selain itu, ia juga mengatakan menjadi seorang pemimpin harus mendengarkan saran rakyat atau pengikutnya.
Kemudian ia menunjukkan kembali teladan Rasul yang mendengarkan saran sahabat demi kebaikan umat.
Baca: Cara Menteri Agama Fachrul Razi Tumpaskan Radikalisme di Tubuh ASN, Ada Satgas Khusus
Ia menceritakan saat terjadi Perang Badar, antara muslim dan kafir Quraisy.
Saat itu, Rasul mendengarkan saran dari sahabat yang bernama al Khabab bin Mundzir untuk memindahkan pasukan ke tempat yang lebih aman.
"Rasulullah kemudian memindahkan kedudukannya ke tempat yang disarankan al Khabab itu dan memang tempat itu sangat strategis dan pasukan muslim bisa mengalahkan kafir Quraisy yang jumlahnya jauh lebih besar," ujar Fachrul.
Baca: Reaksi Menteri Agama Tanggapi Ustaz Abdul Somad yang Larang Bermain Catur
Tak hanya cerdas dan mendengarkan saran, Fachrul juga meminta para pemuda muslim meneladani kejujuran dan keadilan yang dimiliki Rasul.
Ia yakin tidak ada korupsi jika semua pemimpin mengutamakan kejujuran.
"Pemimpin itu harus adil dan jujur. Karena itu adalah amanah dan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kalau semua pemimpin muslim apa lagi pemimpin muda jujur, insyaAllah tidak ada lagi korupsi di negara manapun di dunia," ujarnya.