Hadiri Maulid Nabi Muhammad di Yogya, Ma'ruf Amin Puji Santri Selawatan Gunakan Bahasa Inggris
Di Nahdlatul Ulama, dikatakan Ma'ruf, para nahdliyin diajarkan untuk melestarikan sesuatu yang baik untuk menyikapi perkembangan yang ada.
Penulis: Reza Deni
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Wakil Presiden KH. Ma'ruf Amin, di hadapan ratusan santri di Krapyak, Yogyakarta, Minggu (24/11/2019) memuji bagaimana selawatan dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad yang dihadirinya sempat menggunakan bahasa Inggris.
Dirinya pun mengamini bagaimana perkembangan yang berkesinambungan diperlukan untuk menyikapi perubahan yang terjadi pada masa depan, termasuk di Indonesia
"Continuous improvement, itu bahasanya anak muda. Saya ini kan kiai zaman old, kalau sekarang kiai zaman now. Seperti tadi selawatan pakai bahasa inggris, tadi itu santri zaman now luar biasa itu," kata Ma'ruf dalam sambutannya di Krapyak, Yogyakarta, Minggu (24/11/2019).
Baca: Bacaan Selawat untuk Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW 1441 H, Dibaca setelah Salat Wajib
Baca: Peringati Maulid Nabi Muhammad 1441 H/2019, Berikut 35 Kata Bijak Kehidupan dari Ali Bin Abi Thalib
Meski demikian, Ma'ruf mengatakan perkembangan yang berkesinambungan tak hanya harus cepat
"Walaupun cepat, apa yang kita lakukan harus tepat, harus terukur, dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Bekerja harus melahirkan manfaat, maslahat," lanjutnya
Di Nahdlatul Ulama, dikatakan Ma'ruf, para nahdliyin diajarkan untuk melestarikan sesuatu yang baik untuk menyikapi perkembangan yang ada
"Namun tidak cukup disitu saja, kita harus terus berinovasi untuk menghasilkan hal yang lebih baik. Kita harus mentransformasikannya dengan tradisi yang ada dan melakukan perbaikan untuk menciptakan sesuatu yang lebih baik lagi secara berkesinambungan," pungkasnya.
Seperti diketahui, selain Ma'ruf Amin, dalam Maulid Nabi Muhammad tersebut, hadir juga Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Ksnjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam X, Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Muzani, Menteri Desa dan PDTT Abdul Halim Iskandar, putri Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Yenny Wahid, dan sejumlah ulama dan para habaib.