Potret Kehidupan Guru Prasejahtera di Desa #SahabatGuruIndonesia
Bertepatan dengan Hari Guru Nasional 25 November, Aksi Cepat Tanggap (ACT) telah meluncurkan program “Sahabat Guru Indonesia”
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM, PANDEGLANG - Bertepatan dengan Hari Guru Nasional 25 November, Aksi Cepat Tanggap (ACT) telah meluncurkan program “Sahabat Guru Indonesia” sebagai bentuk apresiasi tertinggi kepada para pahlawan tanpa tanda jasa Indonesia.
Beberapa guru dari berbagai daerah dihadirkan dalam peluncuran program tersebut. Potret kehidupan para guru pun menjadi catatan refleksi bagi pendidikan di Indonesia.
Dedi Mulyadi (37) merupakan salah satu guru prasejahtera yang mendapatkan apresiasi dari ACT berupa beaguru. Sudah 12 tahun Dedi menjadi guru honorer di kampungnya.
Baca: Global Wakaf dan PMI Dea Malela Angkat Ekonomi Umat Lewat Ritel Wakaf
Pekerjaan itu ia jalani walau dengan pendapatan rendah. Alasannya sederhana: sudah menjadi cita-cita Dedi untuk membangun pendidikan di desanya.
Lokasi sekolah berada cukup jauh dari jalan utama Kecamatan Sindangresmi, Kabupaten Pandeglang. Hal ini karena, jalan berlapis tanah dan berbatu tajam menyulitkan mobil bergerak.
Sejak 2007, Dedi telah mengabdikan diri untuk pendidikan di kampung kelahirannya itu. Walau gajinya tak terlalu besar, Dedi mengaku menikmati pekerjaannya.
“Bapak saya dulu 20 tahun jadi guru di sini, jadi saya juga ingin meneruskan pekerjaan bapak, yaitu jadi guru di kampung sendiri. Walau selama ini honorer pun ya tak apa, yang penting anak-anak di kampung ini bisa terus sekolah,” ungkap Dedi.
Baca: Tiga Bulan Terakhir, Pengungsi di Mamboro Induk Kesulitan Air Bersih
Selama menjadi guru honorer di sekolah negeri, Dedi hanya mengantongi gaji 12 ribu rupiah per hari atau bila ditotal 300 ribu per bulan. Namun, gaji tersebut terkadang tak selalu ia terima per bulannya. Seringkali, Dedi menerima gajinya per tiga bulan sekali karena biaya operasional sekolah yang tidak turun.
Setiap harinya, Dedi mengajar di SDN Pasirlancar 2 sejak pukul 7 pagi hingga 1 siang. Di sela waktunya ini terkadang ia juga merangkap mengajar di sekolah lain yang tak jauh dari SD. Di sana Dedi menerima upah Rp 5 ribu per jam ia mengajar.
Walau gajinya tak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, ia mengaku tetap bersyukur. “Ibu, istri, dan anak tau pekerjaan dan gaji saya, tapi mereka menerima, bahkan sangat mendukung,” sebut Dedi.
Baca: Gerakan #IndonesiaDermawan ACT didukung Jaringan Pengusaha Nasional
Pada 25 November lalu, Aksi Cepat Tanggap (ACT) melalui program “Sahabat Guru Indonesia” merayakan Hari Guru Nasional dan mengapresiasi para guru di Indonesia.
Direktur Program ACT Wahyu Novyan mengatakan, pemberian beaguru untuk guru prasejahtera merupakan implementasi program Sahabat Guru Indonesia.
Melalui program ini, ACT mengajak masyarakat luas untuk ikut memberikan apresiasi terbaiknya bagi guru prasejahtera namun tetap memiliki prestasi yang membanggakan bagi sekolah dan muridnya.
“ACT sangat mengapresiasi kehadiran guru-guru berdedikasi tinggi di Indonesia, mereka telah mengabdikan diri bagi pendidikan dan kemajuan zaman, meski dengan pendapatan rendah,” ungkap Wahyu.